Senin, 30 Juni 2014
RIMANEWS - Program kegiatan operasi pasar murah terus digelar oleh Bulog Sumatera Utara. Tujuan operasi pasar antara lain membantu masyarakat untuk membeli sembako dengan harga terjangkau selama Ramadhan.
"Pasar murah dilakukan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota dan instansi lainnya, sedangkan operasi pasar belum dilakukan karena kalaupun ada kenaikan masih dalam batas wajar," papar Kepala Bulog Sumut, Fasika Khaerul Zaman, Senin (30/6).
Beberapa pasar murah tersebar di Kelurahan Kwala Bingei, Stabat dan di kantor Brimob Medan.
"Bulog siap melakukan pasar murah, sementara OP (operasi pasar) akan dilakukan kalau harga naik di luar kewajaran atau terus-terusan naik di atas persentase yang ditetapkan," lanjutnya.
Sementara itu, Humas Bulog Sumut, Rudy Adlyn menyatakan bahan pokok seperti gula dan beras dijual dengan harga murah. Setiap kilogram gula dilepas dengan haerga Rp 9.850. adapun harga pasar umum mencapai Rp10.500 - Rp12.000 per kg. Selanjutnya, harga beras premium senilai Rp 8.500 – Rp 9.000 per kg.
Program pasar murah mendapat apresiasi dari Ketua Tim Ahli Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut, Difi A Johansyah. Dia menyatakan pasar murah yang dihasilkan dari kerja sama Bulog, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) provinsi, kabupaten dan kota mulai berhasil menahan kenaikan harga.
"Kalau Bulog direncanakan mengadakan pasar murah di sembilan gerai BulogMart, maka Disperindag menggelar pasar murah di lima kabupaten/kota, meliputi Medan, Binjai, Langkat, Deliserdang dan Tebing Tinggi. Pemkot Medan tercatat paling banyak menggelar pasar murah itu atau ada 151 titik," jelasnya.
(chus)
http://www.rimanews.com/read/20140630/158798/tpid-sumut-puji-kinerja-pasar-murah-dari-bulog-dan-pemprov
Senin, 30 Juni 2014
Harga Daging di Palangka Raya Tembus Rp130.000 per Kilo
Senin, 30 Juni 2014
Palangka Raya - Harga daging di pasar tradisional Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, satu hari sebelum Ramadan menembus Rp130.000 per kilogram.
Muhammad Hajali, pedagang daging sapi di Pasar Besar Palangka Raya, mengatakan normalnya harga daging antara Rp110.000 - Rp115.000 per kilogram. Dan dalam sepekan ini mengalami kenaikan cukup signifikan Rp15.000.
"Yah sudah naik lagi mas, satu minggu lalu masih bertahan Rp115.000 per kilogram, sekarang udah Rp130.000 per kilogram," katanya, Minggu (29/6).
Ia menjelaskan pedagang menaikkan harga jual kepada konsumen untuk menyesuaikan harga beli dari agen atau pemasok yang ada.
"Harga yang naik, bukan karena pasokan tak cukup, tetapi karena harga beli pedagang ke pemasok yang naik," tandasnya.
Selain daging sapi, harga daging ayam potong juga mengalami kenaikan dari Rp 31.000 per kilogram tembus menjadi Rp33.000--Rp34.000 per kilo gram. Sedangkan harga daging ayam kampung dari Rp 55.000 per kilogram ke Rp 60.000 per kilo.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan (Distanak) Kota Palangka Raya, Ikhwansyah mengatakan bahwa untuk persedian daging ayam maupun daging sapi di daerah setempat masih aman hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah.
"Kami sudah menyiapkan beberapa program untuk menekan kelangkaan akan daging tersebut khususnya di Palangka Raya, sehingga untuk persedian daging hingga Hari Raya Idul Fitri tetap aman terkendali," ucapnya.
Penulis: /AF
Sumber:Antara
http://www.beritasatu.com/ekonomi/193463-harga-daging-di-palangka-raya-tembus-rp130000-per-kilo.html
Palangka Raya - Harga daging di pasar tradisional Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, satu hari sebelum Ramadan menembus Rp130.000 per kilogram.
Muhammad Hajali, pedagang daging sapi di Pasar Besar Palangka Raya, mengatakan normalnya harga daging antara Rp110.000 - Rp115.000 per kilogram. Dan dalam sepekan ini mengalami kenaikan cukup signifikan Rp15.000.
"Yah sudah naik lagi mas, satu minggu lalu masih bertahan Rp115.000 per kilogram, sekarang udah Rp130.000 per kilogram," katanya, Minggu (29/6).
Ia menjelaskan pedagang menaikkan harga jual kepada konsumen untuk menyesuaikan harga beli dari agen atau pemasok yang ada.
"Harga yang naik, bukan karena pasokan tak cukup, tetapi karena harga beli pedagang ke pemasok yang naik," tandasnya.
Selain daging sapi, harga daging ayam potong juga mengalami kenaikan dari Rp 31.000 per kilogram tembus menjadi Rp33.000--Rp34.000 per kilo gram. Sedangkan harga daging ayam kampung dari Rp 55.000 per kilogram ke Rp 60.000 per kilo.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan (Distanak) Kota Palangka Raya, Ikhwansyah mengatakan bahwa untuk persedian daging ayam maupun daging sapi di daerah setempat masih aman hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriah.
"Kami sudah menyiapkan beberapa program untuk menekan kelangkaan akan daging tersebut khususnya di Palangka Raya, sehingga untuk persedian daging hingga Hari Raya Idul Fitri tetap aman terkendali," ucapnya.
Penulis: /AF
Sumber:Antara
http://www.beritasatu.com/ekonomi/193463-harga-daging-di-palangka-raya-tembus-rp130000-per-kilo.html
Minggu, 29 Juni 2014
Bulog Divre Sumsel Adakan Pasar Murah Keliling
Minggu, 29 Juni 2014
REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sejak H-7 bulan Ramadhan, Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Selatan (Divre Sumsel) sudah mengadakan pasar murah. Pasar murah pada Ramadhan kali ini berbeda dibanding Ramadhan sebelumnya.
Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Bambang Napitupulu, mengatakan, “Sejak H-7 Ramadhan Bulog Divre Sumsel mengadakan pasar murah selama 35 hari kerja. Pasar murah Ramadhan kali ini dengan pola bergerak. Di Palembang, ada 24 titik dari pasar tradisional sampai pemukiman padat akan kita layani kebutuhan pokoknya dengan pasar murah ini.”
Menurut Bambang Napitupulu, kegiatan pasar murah ini selain dilaksanakan di Palembang juga akan dilaksana di 15 kabupaten kota lainnya di Sumatera Selatan.
Pada pasar murah tersebut, Bulog Divre Sumsel selain menjual barang kebutuhan pokok seperti beras, juga ada dijual minyak goreng, gula dan terigu yang dijual dengan harga produsen. “Untuk tiga komuditas tersebut dijual ke konsumen dengan harga produsen, sehingga Bulog tidak melakukan subsidi harga. Untuk beras Bulog menjual dengan harga produksi,” kata Bambang.
Untuk harga beras medium yang dijual Bulo pada pasar murah dengan kemasan 2,5 kg dijual harga Rp 19.500, beras premium kemasan 10 kg seharga Rp84.000, dan kemasan 20 kg dijual dengan harga Rp166.000. “Di pasaran harga beras premium saat ini rata-rata Rp9.500 perkilogram dan di pasar murah Bulog menjual dengan harga Rp8.400 perkilogram,” ujarnya.
REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sejak H-7 bulan Ramadhan, Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Selatan (Divre Sumsel) sudah mengadakan pasar murah. Pasar murah pada Ramadhan kali ini berbeda dibanding Ramadhan sebelumnya.
Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Bambang Napitupulu, mengatakan, “Sejak H-7 Ramadhan Bulog Divre Sumsel mengadakan pasar murah selama 35 hari kerja. Pasar murah Ramadhan kali ini dengan pola bergerak. Di Palembang, ada 24 titik dari pasar tradisional sampai pemukiman padat akan kita layani kebutuhan pokoknya dengan pasar murah ini.”
Menurut Bambang Napitupulu, kegiatan pasar murah ini selain dilaksanakan di Palembang juga akan dilaksana di 15 kabupaten kota lainnya di Sumatera Selatan.
Pada pasar murah tersebut, Bulog Divre Sumsel selain menjual barang kebutuhan pokok seperti beras, juga ada dijual minyak goreng, gula dan terigu yang dijual dengan harga produsen. “Untuk tiga komuditas tersebut dijual ke konsumen dengan harga produsen, sehingga Bulog tidak melakukan subsidi harga. Untuk beras Bulog menjual dengan harga produksi,” kata Bambang.
Untuk harga beras medium yang dijual Bulo pada pasar murah dengan kemasan 2,5 kg dijual harga Rp 19.500, beras premium kemasan 10 kg seharga Rp84.000, dan kemasan 20 kg dijual dengan harga Rp166.000. “Di pasaran harga beras premium saat ini rata-rata Rp9.500 perkilogram dan di pasar murah Bulog menjual dengan harga Rp8.400 perkilogram,” ujarnya.
Serangan Hama Ancam Target Serapan Beras
Minggu, 29 Juni 2014
TULUNGAGUNG – Serangan hama di wilayah pertanian padi membuat cemas Bulog Subdivre Tulungagung. Serangan hama itu, khususnya wereng, mengakibatkan banyak sawah gagal panen. Dampaknya, target serapan beras Bulog terancam.
Kepala Bulog Subdrive Tulungagung Supriyanto menyatakan, saat ini banyak sawah warga yang terserang hama seperti wereng, burung, dan tikus. Akibatnya, banyak sawah yang gagal panen. Para petani pun harus menanam ulang.
Dia berharap panen padi di wilayah Tulungagung, Trenggalek, dan Blitar pada musim kemarau II (MK-II) pertengahan tahun ini bisa optimal sehingga target serapan beras terdongkrak. ’’Semoga hama tidak mengganggu musim panen petani pada MK-II Juli-Agustus nanti,’’ katanya Sabtu (28/6).
Serapan beras, lanjut dia, tahun ini agak berat. Sebab, terjadi serangkaian kasus gagal panen di sejumlah area pertanian di tiga daerah. Menurut dia, merebaknya hama wereng merupakan penyebab utama sawah gagal panen di wilayah Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek. Penyebab lainnya adalah cuaca yang tidak menentu. Terkadang hujan, lalu tiba-tiba panas dan kering hingga beberapa hari. ’’Jika serangan hama minimal bisa dikendalikan, panen petani bisa optimal. Hanya cuaca yang memang belum bisa diprediksi secara tepat,’’ tuturnya.
Menurut dia, naiknya produksi padi di tiga wilayah itu memberi harapan Bulog untuk bisa menggenjot serapan beras. Akhir pertengahan tahun ini, kata Supriyanto, daya serap Bulog baru mencapai 45 persen dari total target 80 ton. Pencapaian tersebut sebenarnya sudah cukup baik. Sebab, serapan beras di akhir April lalu hanya berkisar 20 persen atau sekitar 16 ribu ton. ’’Kalau tidak ada gangguan hama dan faktor alam (bencana), insya Allah target 80 ribu ton tahun ini bisa tercapai,’’ ucapnya optimistis.
Bukan hanya hama wereng yang menyerang padi di Tulungagung. Hama burung juga menyerang puluhan hektare padi siap panen di Kecamatan Kauman. Untuk menghindari kerugian, petani terpaksa membuat jaring-jaring dari plastik bekas.
Menurut Sunaryo, petani setempat, hama burung mulai bermunculan saat memasuki musim panen. Burung-burung tersebut memakan bulir padi yang sudah berisi. ’’Jika dibiarkan, ya padinya bisa habis. Jadi, kami pasang jaring untuk menakuti burung,’’ ucapnya.
Saat ini, imbuh dia, puluhan hektare sawah memasuki masa panen. Hampir seluruhnya dipasangi jaring untuk menakuti burung. ’’Kami juga memasang jebakan tikus. Selain hama burung, tikus menjadi salah satu kendala bagi para petani saat memasuki masa panen,’’ ungkapnya. (wen/c1/ris/JPNN/c23/dwi)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/29/243111/Serangan-Hama-Ancam-Target-Serapan-Beras-#
TULUNGAGUNG – Serangan hama di wilayah pertanian padi membuat cemas Bulog Subdivre Tulungagung. Serangan hama itu, khususnya wereng, mengakibatkan banyak sawah gagal panen. Dampaknya, target serapan beras Bulog terancam.
Kepala Bulog Subdrive Tulungagung Supriyanto menyatakan, saat ini banyak sawah warga yang terserang hama seperti wereng, burung, dan tikus. Akibatnya, banyak sawah yang gagal panen. Para petani pun harus menanam ulang.
Dia berharap panen padi di wilayah Tulungagung, Trenggalek, dan Blitar pada musim kemarau II (MK-II) pertengahan tahun ini bisa optimal sehingga target serapan beras terdongkrak. ’’Semoga hama tidak mengganggu musim panen petani pada MK-II Juli-Agustus nanti,’’ katanya Sabtu (28/6).
Serapan beras, lanjut dia, tahun ini agak berat. Sebab, terjadi serangkaian kasus gagal panen di sejumlah area pertanian di tiga daerah. Menurut dia, merebaknya hama wereng merupakan penyebab utama sawah gagal panen di wilayah Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek. Penyebab lainnya adalah cuaca yang tidak menentu. Terkadang hujan, lalu tiba-tiba panas dan kering hingga beberapa hari. ’’Jika serangan hama minimal bisa dikendalikan, panen petani bisa optimal. Hanya cuaca yang memang belum bisa diprediksi secara tepat,’’ tuturnya.
Menurut dia, naiknya produksi padi di tiga wilayah itu memberi harapan Bulog untuk bisa menggenjot serapan beras. Akhir pertengahan tahun ini, kata Supriyanto, daya serap Bulog baru mencapai 45 persen dari total target 80 ton. Pencapaian tersebut sebenarnya sudah cukup baik. Sebab, serapan beras di akhir April lalu hanya berkisar 20 persen atau sekitar 16 ribu ton. ’’Kalau tidak ada gangguan hama dan faktor alam (bencana), insya Allah target 80 ribu ton tahun ini bisa tercapai,’’ ucapnya optimistis.
Bukan hanya hama wereng yang menyerang padi di Tulungagung. Hama burung juga menyerang puluhan hektare padi siap panen di Kecamatan Kauman. Untuk menghindari kerugian, petani terpaksa membuat jaring-jaring dari plastik bekas.
Menurut Sunaryo, petani setempat, hama burung mulai bermunculan saat memasuki musim panen. Burung-burung tersebut memakan bulir padi yang sudah berisi. ’’Jika dibiarkan, ya padinya bisa habis. Jadi, kami pasang jaring untuk menakuti burung,’’ ucapnya.
Saat ini, imbuh dia, puluhan hektare sawah memasuki masa panen. Hampir seluruhnya dipasangi jaring untuk menakuti burung. ’’Kami juga memasang jebakan tikus. Selain hama burung, tikus menjadi salah satu kendala bagi para petani saat memasuki masa panen,’’ ungkapnya. (wen/c1/ris/JPNN/c23/dwi)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/29/243111/Serangan-Hama-Ancam-Target-Serapan-Beras-#
Mentan Harapkan Bulog Jaga Kestabilan Harga
Sanbtu, 28 Juni 2014
INILAHCOM, Jakarta - Mentan Suswono menginginkan agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) dapat membantu pasokan bahan pokok pada saat harga jatuh.
"Tapi pada petani dia bisa menjual yang menguntungkan. Ada bagusnya, juga nanti BUMN seperti bulog untuk menyelamatkan harga pada saat harga jatuh ," ujar Suswono di Pasar Induk Kramata Jati, Jum'at (27/6/2014).
Mengenai harga cabai yang turun drastis, Suswono mengatakan adanya ketakukan petani yang sering dihadapkan pada posisi segan untuk menanam kembali. "Penurunan harga petani sering dihadapkan pd posisi dia segan untuk menanam kembali," katanya.
Menurut dia, sidak yang dilakukan oleh Menko Bidang Perekonomian Chairul Tandjung (CT), Menteri Perdagangan (Mendag), Menteri BUMN, serta Kepala BULOG agar bisa memahami persoalan lapangan di sektor bahan pangan saat bulan puasa dan lebaran. "Kami berharap mudah-mudahan dengan upaya pak menko turun sendiri memahami persoalan lapangan," ucapnya.
Lebih lanjut, Suswono menjelaskan dengan melakukan sidak pasar, CT dapat mengambil solusi-solusi yang konkrit untuk dapat menjaga pasokan dan kebutuhan pada bahan pokok.
"Persoalan lapangan kami berharap mudah-mudahan nanti ada solusi bagaimana petani tidak direpotkan pada saat tertentu panen raya ataupun pada melimpah. Jadi bisa dijaga bagaimana keseimbangan untuk supply dan demandnya," jelasnya. [hid]
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2114171/mentan-harapkan-bulog-jada-kestabilan-harga#.U69wIOOSzN8
INILAHCOM, Jakarta - Mentan Suswono menginginkan agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) dapat membantu pasokan bahan pokok pada saat harga jatuh.
"Tapi pada petani dia bisa menjual yang menguntungkan. Ada bagusnya, juga nanti BUMN seperti bulog untuk menyelamatkan harga pada saat harga jatuh ," ujar Suswono di Pasar Induk Kramata Jati, Jum'at (27/6/2014).
Mengenai harga cabai yang turun drastis, Suswono mengatakan adanya ketakukan petani yang sering dihadapkan pada posisi segan untuk menanam kembali. "Penurunan harga petani sering dihadapkan pd posisi dia segan untuk menanam kembali," katanya.
Menurut dia, sidak yang dilakukan oleh Menko Bidang Perekonomian Chairul Tandjung (CT), Menteri Perdagangan (Mendag), Menteri BUMN, serta Kepala BULOG agar bisa memahami persoalan lapangan di sektor bahan pangan saat bulan puasa dan lebaran. "Kami berharap mudah-mudahan dengan upaya pak menko turun sendiri memahami persoalan lapangan," ucapnya.
Lebih lanjut, Suswono menjelaskan dengan melakukan sidak pasar, CT dapat mengambil solusi-solusi yang konkrit untuk dapat menjaga pasokan dan kebutuhan pada bahan pokok.
"Persoalan lapangan kami berharap mudah-mudahan nanti ada solusi bagaimana petani tidak direpotkan pada saat tertentu panen raya ataupun pada melimpah. Jadi bisa dijaga bagaimana keseimbangan untuk supply dan demandnya," jelasnya. [hid]
http://ekonomi.inilah.com/read/detail/2114171/mentan-harapkan-bulog-jada-kestabilan-harga#.U69wIOOSzN8
Sabtu, 28 Juni 2014
Stok Daging Sapi Melimpah
Sabtu, 28 Juni 2014
JAKARTA, KOMPAS — Harga daging sapi dilaporkan mulai naik, tetapi dalam waktu dekat diperkirakan turun. Pemerintah beralasan stok daging melimpah. Sementara itu, kenaikan harga di beberapa komoditas lainnya dilaporkan naik, tetapi masih bisa ditoleransi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, secara umum harga komoditas masih stabil, tetapi harga sejumlah komoditas daging sapi dan hortikultura dilaporkan turun sehingga perlu memperoleh perhatian utama.
”Kita ingin membantu memperbaiki posisi tawar petani ketika harga turun. Harga referensi harus bisa membuat harga bahan pangan tidak terlalu berfluktuasi,” ucap Lutfi, Jumat (27/6), seusai peninjauan ke pasar tradisional dan pasar induk sayur- mayur di Kramatjati, Jakarta Timur.
Peninjauan tersebut dipimpin Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung yang diikuti Menteri Pertanian Suswono, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan, dan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso.
Asep, pedagang daging sapi di Pasar Kramatjati, menyampaikan, harga daging sudah naik Rp 3.000 sejak Kamis lalu dari Rp 95.000 per kg menjadi Rp 98.000 per kg.
Menurut Lutfi, harga daging sapi akan mengalami penurunan menuju sekitar Rp 90.000 per kg karena stok melimpah. Ia mengatakan, harga ideal daging sapi tidak kurang dari Rp 85.000 per kg. Dengan harga sekian, peternak masih bisa memperoleh insentif sehingga terus mau memelihara sapi.
”Saya sudah memberi tahu Menko Perekonomian dan Mentan agar ada harga panduan baru sehingga peternak tetap mau memelihara sapi karena harga tidak terlalu rendah jika turun,” kata Lutfi.
Harga cabai
Harga komoditas lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah harga cabai yang rendah.
”Dari hasil peninjauan ke pasar, kita bisa melihat kondisi harga yang rendah pada komoditas hortikultura. Contohnya, cabai dengan harga saat ini di pasar, berarti dijual petani dengan harga yang lebih rendah,” kata Lutfi.
Untuk komoditas lainnya, harga-harga dilaporkan naik, tetapi masih bisa ditoleransi.
Dari pemantauan di pasar, harga telur ayam ras juga naik. Pedagang telur di Pasar Kramatjati, Ati, mengatakan bahwa telur ayam ras naik secara bertahap selama sepekan, dari Rp 18.000 per kg menjadi Rp 20.000 per kg.
Lutfi mengungkapkan, kenaikan memang terjadi pada harga telur ayam ras serta daging ayam, tetapi itu telah dirancang Kementerian Perdagangan.
”Kami mematok harga normal daging ayam pada kisaran Rp 28.000-Rp 31.000 per kg, dan telur ayam ras pada kisaran Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. Jika menjelang puasa dan Lebaran naik 10 persen dari harga tertinggi, harga masih tergolong wajar,” ujar Lutfi.
Menurut data Kemendag, secara nasional, harga sejumlah bahan pangan meningkat pada 26 Juni dibandingkan seminggu sebelumnya, tetapi masih dalam batas toleransi.
Komoditas tersebut antara lain daging ayam ras yang kini harganya Rp 31.724 per kg, cabai merah besar Rp 18.657 per kg, cabai rawit merah Rp 25.157 per kg, dan bawang merah Rp 27.283 per kg. Lutfi menjamin stok masih mencukupi untuk kebutuhan Ramadhan dan Idul Fitri. (A03)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140628kompas/#/19/
JAKARTA, KOMPAS — Harga daging sapi dilaporkan mulai naik, tetapi dalam waktu dekat diperkirakan turun. Pemerintah beralasan stok daging melimpah. Sementara itu, kenaikan harga di beberapa komoditas lainnya dilaporkan naik, tetapi masih bisa ditoleransi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, secara umum harga komoditas masih stabil, tetapi harga sejumlah komoditas daging sapi dan hortikultura dilaporkan turun sehingga perlu memperoleh perhatian utama.
”Kita ingin membantu memperbaiki posisi tawar petani ketika harga turun. Harga referensi harus bisa membuat harga bahan pangan tidak terlalu berfluktuasi,” ucap Lutfi, Jumat (27/6), seusai peninjauan ke pasar tradisional dan pasar induk sayur- mayur di Kramatjati, Jakarta Timur.
Peninjauan tersebut dipimpin Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung yang diikuti Menteri Pertanian Suswono, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan, dan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso.
Asep, pedagang daging sapi di Pasar Kramatjati, menyampaikan, harga daging sudah naik Rp 3.000 sejak Kamis lalu dari Rp 95.000 per kg menjadi Rp 98.000 per kg.
Menurut Lutfi, harga daging sapi akan mengalami penurunan menuju sekitar Rp 90.000 per kg karena stok melimpah. Ia mengatakan, harga ideal daging sapi tidak kurang dari Rp 85.000 per kg. Dengan harga sekian, peternak masih bisa memperoleh insentif sehingga terus mau memelihara sapi.
”Saya sudah memberi tahu Menko Perekonomian dan Mentan agar ada harga panduan baru sehingga peternak tetap mau memelihara sapi karena harga tidak terlalu rendah jika turun,” kata Lutfi.
Harga cabai
Harga komoditas lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah harga cabai yang rendah.
”Dari hasil peninjauan ke pasar, kita bisa melihat kondisi harga yang rendah pada komoditas hortikultura. Contohnya, cabai dengan harga saat ini di pasar, berarti dijual petani dengan harga yang lebih rendah,” kata Lutfi.
Untuk komoditas lainnya, harga-harga dilaporkan naik, tetapi masih bisa ditoleransi.
Dari pemantauan di pasar, harga telur ayam ras juga naik. Pedagang telur di Pasar Kramatjati, Ati, mengatakan bahwa telur ayam ras naik secara bertahap selama sepekan, dari Rp 18.000 per kg menjadi Rp 20.000 per kg.
Lutfi mengungkapkan, kenaikan memang terjadi pada harga telur ayam ras serta daging ayam, tetapi itu telah dirancang Kementerian Perdagangan.
”Kami mematok harga normal daging ayam pada kisaran Rp 28.000-Rp 31.000 per kg, dan telur ayam ras pada kisaran Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. Jika menjelang puasa dan Lebaran naik 10 persen dari harga tertinggi, harga masih tergolong wajar,” ujar Lutfi.
Menurut data Kemendag, secara nasional, harga sejumlah bahan pangan meningkat pada 26 Juni dibandingkan seminggu sebelumnya, tetapi masih dalam batas toleransi.
Komoditas tersebut antara lain daging ayam ras yang kini harganya Rp 31.724 per kg, cabai merah besar Rp 18.657 per kg, cabai rawit merah Rp 25.157 per kg, dan bawang merah Rp 27.283 per kg. Lutfi menjamin stok masih mencukupi untuk kebutuhan Ramadhan dan Idul Fitri. (A03)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140628kompas/#/19/
MEREVITALISASI PERAN STRATEGIS BULOG
Jumat, 27 Juni 2014
Setiap tahun, tepatnya setiap kali menjelang perayaan lebaran Idul Fitri yang didahului dengan puasa bulan Ramadhan, terjadi lonjakan harga kelompok sembilan bahan pokok (sembako). Pada kurun waktu tersebut, hampir pasti laju inflasi bulanan melonjak dibanding bulan-bulan lainnya. Faktor pendorongnya adalah lonjakan harga sembako yang luar biasa.
Lonjakan inflasi yang melambung tinggi memberikan efek lanjut berupa kenaikan suku bunga acuan atau BI rate. Ini karena salah satu upaya efektif meredem inflasi adalah dengan mengerek BI Rate. Celakanya, kenaikan BI Rate akan diikuti oleh kenaikan suku bunga bank. Ujung-ujungnya pelaku usaha menjerit karena beban usaha meningkat disebabkan angsuran pokok dan bunganya melonjak dari biasanya.
Oleh karena itu, pemerintah harus berpikir strategis bagaimana mengupayakan pengendalian inflasi yang efektif dari sisi persediaan sembako. Karena sembako terkait dengan kelompok hasil pertanian seperti beras, minyak goreng, ikan asing, cabe, dan gula pasir, maka perlu dipikirkan ulang untuk merevitalisasi peran Badan Usaha Logistik (Bulog) sebagai stabilisator harga di pasar.
Seperti diketahui, perum Bulog memiliki peran strategis dalam ketahanan pangan nasional. Tugas mulia yang diamanatkan pemerintah kepada Bulog tersebut, bukan berarti selama ini tidak menemui halangan dan rintangan. Dengan ketangguhan manajemen, Bulog mampu melalui halang rintang tersebut.
Terbukti Bulog selama ini berhasil menjadi stabilisator beras dimana Bulog berperan sebagai penyelenggara Public Service Obligation (PSO) dan sebagai BUMN yang mutlak berorientasi pada profit, Bulog pun dapat menjalankan fungsi tersebut dengan baik. Dua fungsi berbeda yang selama ini dilakukan Bulog memang sangat bertolak belakang.
Disatu sisi berfungsi sebagai instrumen stabilisasi yang harus menjaga harga di tingkat produsen dan konsumen tidak timbul gejolak inflasi. Tetapi, di sisi lain layaknya sebuah perusahaan, BUMN ini harus memiliki keuntungan untuk dapat mencukupi segala kebutuhan operasional bisnisnya.
Jika berbicara mengenai aspek stabilisator, tentunya harus ada tolak ukur untuk menilai tingkat keberhasilan yang dicapai. Saat ini, Bulog masih berfungsi sebagai stabilisator pangan, khususnya beras, yaitu Bulog dituntut mampu menjaga harga di tingkat produsen dan mampu menjaga harga di tingkat konsumen sesuai dengan yang diinginkan pemerintah (administered price).
Sepanjang 2013 lalu, Bulog berhasil mencukupi cadangan beras, maka pada tahun tersebut Bulog tidak melakukan impor. Selama periode tersebut, Bulog berhasil menjaga harga beras pada tingkat yang relatif stabil. Dapat disimpulkan, periode 2013 Bulog telah berhasil menjaga ketahanan pangan nasional.
Untuk tahun 2014 ini, Bulog harus memiliki cadangan beras sebanyak 2 juta ton sesuai dengan ketetapan pemerintah. Namun demikian, hal tersebut kembali lagi kepada kemampuan produksi nasional. Kalau produksi nasional tidak mencukupi, maka harus dilakukan impor untuk dapat menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.
Berdasarkan pengalaman selama ini, Bulog mampu menjaga harga di tingkat produsen karena kemampuannya melakukan pengadaan beras di dalam negeri dengan mengandalkan empat strategi pokok. Pertama, strategi dorong tarik, yaitu mendorong agar petani mau langsung menjual ke Bulog. Caranya, Bulog memberikan beberapa layanan menarik seperti menyediakan gudang, kemudahan pembayaran dan memberikan insentif karung.
Kedua, strategi jaringan semut. Yaitu, jika dulu Bulog membeli beras dari para pelaku bisnis besar, maka sekarang Bulog membeli langsung dari kelompok tani, petani perorangan dan berbagai penggilingan skala kecil. Manfaat utama jaringan semut adalah, mata rantai Bulog dengan produsen menjadi lebih pendek, sehingga proses pengadaan beras lebih cepat dan produsen atau petani memperoleh harga yang wajar karena semuanya menjadi lebih efisien.
Ketiga, strategi insentif, di mana daerah yang defisit beras bisa membeli langsung dari daerah produsen dengan harga berbeda, tetapi tidak boleh lebih tinggi dari harga Bulog yang mengangkut beras dari daerah produsen ke daerah defisit. Strategi ini memberi keuntungan ganda, baik bagi perusahaan maupun masyarakat. Daerah defisit dapat melakukan pembelian gabah/beras dengan harga lebih tinggi dari Harga Pokok Penjualan (HPP), namun tambahan harga yang diberikan dalam bentuk insentif tersebut tidak lebih dari 80% biaya pengangkutan jika beras dikirim dari area atau regional produsen.
Keempat, strategi on farm, yaitu kerjasama langsung dengan petani yang mengolah hasil panennya di tempat Bulog seperti menjemur untuk mengeringkan gabah dan sekaligus menggilingnya di tempat Bulog. Kerjasama ini juga semakin memotong mata rantai sehingga petani akan mendapatkan nilai tambah.
Dengan empat strategi tersebut, Bulog mampu menjaga harga di tingkat konsumen agar tidak terjadi gejolak yang menyebabkan kenaikan sehingga harus dilakukan operasi pasar. Maka, jika mau mengukur keberhasilan Bulog di sisi konsumen, tentu ada pada aspek stabilitas harga tersebut. Dengan kata lain, Bulog sejauh ini mampu menjadi stabilisator harga di tingkat konsumen! Sebaliknya, jika sampai terjadi kenaikan harga yang ekstrim di tingkat konsumen, maka artinya Bulog telah gagal melakukan stabilisasi harga.
Selain harus memenuhi aspek sebagai stabilisator, Bulog juga memiliki fungsi komersial karena sebagai BUMN harus memiliki pendapatan untuk menghidupi dan membesarkan lembaga secara keseluruhan. Secara aspek komersial, Bulog melakukan serangkaian strategi bisnis untuk dapat menopang pendapatan. Bulog telah membentuk tiga anak usaha mulai hulu sampai hilir, dimana salah satu anak usaha tersebut sudah dilepas menjadi anak perusahaan.
Pertama, Unit Usaha Hulu, di mana Bulog memiliki Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB). Ke depan, unit usaha ini akan ditingkatkan tidak hanya sebagai unit pengolahan, tetapi juga menjadi unit usaha mulai dari kegiatan on farm. Jadi, Bulog menyediakan peralatan mesin pengolah tanah bekerjasama dengan kelompok tani, sampai dengan pengolahan hasil panen dan petani bisa langsung menjual berasnya kepada Bulog.
Kedua, Unit Usaha Jasa, yaitu jasa transportasi dalam pendistribusian. Anak usaha ini sudah dilepas dalam bentuk anak perusahaan, yaitu PT Jasa Prima Logistik (PT. JPL) yang bergerak di bidang logistik, survei dan pemberantasan hama.
Ketiga, Unit Usaha Hilir yang bergerak di bidang pemasaran dengan salah satu pasarnya adalah Public Service Obligatory (PSO). Namun, Bulog juga memiliki pasar lain seperti koperasi, ritel, pasar umum dan pasar tradisional. Pasar-pasar tersebut akan dilayani distribution center Bulog yang dikenal sebagai BulogMart, yang saat ini sudah mencapai 128 unit. BulogMart ini juga bisa dijadikan sarana untuk melakukan operasi pasar.
Dengan revitalisasi peran Bulog sebagaimana digambarkan di atas, maka impor bahan pangan dan pangan olahan sebagai bagian dari sembako dapat ditekan. Alhasil, ini akan menyeimbangkan neraca perdagangan nasional yang dalam waktu terakhir ini mengalami defisit. Untuk tahun ini, diperkirakan impor bahan pangan dan pengan olahan (processed foods) bisa mencapai lebih dari Rp200 triliun. Konon memasuki tahun pemilu, perburuan rente untuk menjaring dana demi memenangkan pihak tertentu disinyalir menjadi salah satu faktor melonjaknya impor pangan pada 2014.
Di samping juga akibat terbatasnya produksi pangan nasional sebagai dampak kurang maksimalnya pembangunan sektor pertanian, kondisi tersebut akan membuat defisit pangan tahun ini kembali melebar. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2004-2013), khusus impor bahan pangan (beras, gandum, jagung, kedelai, dan kacang-kacangan), relatif tinggi, apalagi bila ditambah bahan pangan kelompok hortikultura dan peternakan, besaran impor (tonase ataupun nilai) semakin tinggi.
Pada 2004, impor bahan pangan hanya mencapai 9,67 juta ton senilai USD2,42 miliar, namun pada 2006 meningkat menjadi 11,46 juta ton senilai USD2,57 miliar. Lalu pada 2010 melonjak menjadi 10,50 juta ton senilai USD3,89 miliar. Begitupun pada 2011 meningkat menjadi 15,36 juta ton senilai USD7,02 miliar dan pada 2012 sebesar 15,66 juta ton senilai USD5,07 miliar. Pada Januari-November 2013 lalu saja impor bahan pangan hanya 12,01 juta ton senilai USD5,069 miliar.
Defisit bahan pangan untuk komoditas yang sama dan periode sama juga menunjukkan tren peningkatan, meski pada 2013 ada kecenderungan menurun. Pada 2004, defisit pangan dari sisi tonase hanya 8 juta ton dengan nilai minus USD2,15 miliar. Namun pada 2006 melonjak menjadi minus 8,39 juta ton dengan nilai minus USD2,30 miliar.
Lalu pada 2010 menjadi minus 9,61 juta ton dengan nilai minus USD3,42 miliar, dilanjutkan pada 2011 menjadi minus 14,55 juta ton dengan nilai minus USD6,44 miliar, dan pada 2012 minus 15,40 juta ton dengan nilai minus USD6,78 miliar. Sedangkan pada Januari-November 2013, defisit 11,73 juta ton dengan nilai minus USD4,91 miliar.
Dari angka defisit pangan tersebut, menjadi tugas berat pemerintah sekarang maupun yang akan datang untuk bisa menjamin stok pangan agar tidak terjadi defisit. Maka, pengelolaan stok pangan yang kuat di daerah lebih efektif meredam inflasi, ketimbang pendekatan harga seperti dilakukan pemerintah selama ini.
Untuk itu, pemerintahan mendatang harus menjadikan peningkatan produksi pangan sebagai kunci meredam gejolak inflasi. Pemerintah juga harus memperkuat kerja sama antardaerah, membangun infrastruktur pertanian, dan melaksanakan reformasi agraria.
Tahun lalu, dari laju inflasi yang mencapai 8,38%, kelompok bahan makanan menyumbang andil terbesar 2,75%, diikuti kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 2,36%, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 1,48%.
Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau berkontribusi 1,34%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,26%, kelompok kesehatan 0,15%, serta kelompok sandang 0,04%. Pendekatan manajemen stok pangan yang kuat di daerah juga menjadi solusi jangka panjang, tidak hanya sementara. Hal ini akan menciptakan ketahanan pangan dan berujung pada kemandirian pangan nasional.
Pembangunan stok pangan yang kuat di daerah antara lain dilakukan dengan mendorong daerah sentra pangan bekerja sama dengan daerah sentra konsumen, sehingga saling melengkapi. Dengan cara ini, opsi impor pangan bisa dihindari karena potensi dalam negeri benar-benar dimaksimalkan. Di sinilah Bulog bisa memainkan peran strategisnya.
Diakui, selama ini pemerintah melakukan pendekatan harga yang bersifat jangka pendek, yakni menambah impor ketika harga pangan melambung. Hal ini kerap hanya menguntungkan importir dan segelintir pihak. Sedangkan konsumen tetap menjadi korban karena harga pangan mahal. Kedaulatan pangan nasional juga rapuh.
Guna menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok untuk jangka panjang, pemerintah perlu mengembalikan peran Bulog dan memberikan kewenangan lebih untuk mengendalikan distribusi dan mengintervensi harga komoditas pokok.
Bulog tidak hanya diberi kewenangan menjaga suplai beras dan menyalurkannya kepada masyarakat miskin, tetapi juga menjaga suplai sejumlah komoditas strategis seperti tepung, gula, minyak sayur, kedelai, dan lain-lain. Di samping itu pemerintah juga harus melakukan intervensi terhadap kebutuhan pokok dengan tidak menyerahkan harga sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
Intervensi dengan penetapan standar harga untuk sejumlah komoditas pokok dinilai bisa menjaga stabilitas harga jangka panjang. Hal ini juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani dengan adanya kepastian harga dari pemerintah dan mengurangi impor. Selama ini, pemerintah sepenuhnya menyerahkan kendali harga kepada mekanisme pasar sehingga ketika keran impor dibuka, komoditas dari luar negeri membanjiri pasar domestik dengan harga murah, maka petani dalam negeri enggan memproduksi karena harga produksinya tidak kompetitif lagi.
Karena lemahnya kontrol pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap impor. Imbasnya, petani lokal sulit mengembangkan usaha pertanian berbasis kebutuhan pokok karena kalah bersaing dengan komoditas impor. Mestinya, kalau mau swasembada dan mengurangi impor, pemerintah harus mau mensubsidi petani dengan kepastian harga produksi mereka.
Sudah seharusnya menjelang penerapan Komunitas Ekonomi Asean (KEA) 2015, pemerintah mengembalikan peran Bulog tidak hanya menyangkut suplai beras, tetapi juga kebutuhan pokok lainnya.
(Rk)
http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/merevitalisasi-peran-strategis-bulog.php
Setiap tahun, tepatnya setiap kali menjelang perayaan lebaran Idul Fitri yang didahului dengan puasa bulan Ramadhan, terjadi lonjakan harga kelompok sembilan bahan pokok (sembako). Pada kurun waktu tersebut, hampir pasti laju inflasi bulanan melonjak dibanding bulan-bulan lainnya. Faktor pendorongnya adalah lonjakan harga sembako yang luar biasa.
Lonjakan inflasi yang melambung tinggi memberikan efek lanjut berupa kenaikan suku bunga acuan atau BI rate. Ini karena salah satu upaya efektif meredem inflasi adalah dengan mengerek BI Rate. Celakanya, kenaikan BI Rate akan diikuti oleh kenaikan suku bunga bank. Ujung-ujungnya pelaku usaha menjerit karena beban usaha meningkat disebabkan angsuran pokok dan bunganya melonjak dari biasanya.
Oleh karena itu, pemerintah harus berpikir strategis bagaimana mengupayakan pengendalian inflasi yang efektif dari sisi persediaan sembako. Karena sembako terkait dengan kelompok hasil pertanian seperti beras, minyak goreng, ikan asing, cabe, dan gula pasir, maka perlu dipikirkan ulang untuk merevitalisasi peran Badan Usaha Logistik (Bulog) sebagai stabilisator harga di pasar.
Seperti diketahui, perum Bulog memiliki peran strategis dalam ketahanan pangan nasional. Tugas mulia yang diamanatkan pemerintah kepada Bulog tersebut, bukan berarti selama ini tidak menemui halangan dan rintangan. Dengan ketangguhan manajemen, Bulog mampu melalui halang rintang tersebut.
Terbukti Bulog selama ini berhasil menjadi stabilisator beras dimana Bulog berperan sebagai penyelenggara Public Service Obligation (PSO) dan sebagai BUMN yang mutlak berorientasi pada profit, Bulog pun dapat menjalankan fungsi tersebut dengan baik. Dua fungsi berbeda yang selama ini dilakukan Bulog memang sangat bertolak belakang.
Disatu sisi berfungsi sebagai instrumen stabilisasi yang harus menjaga harga di tingkat produsen dan konsumen tidak timbul gejolak inflasi. Tetapi, di sisi lain layaknya sebuah perusahaan, BUMN ini harus memiliki keuntungan untuk dapat mencukupi segala kebutuhan operasional bisnisnya.
Jika berbicara mengenai aspek stabilisator, tentunya harus ada tolak ukur untuk menilai tingkat keberhasilan yang dicapai. Saat ini, Bulog masih berfungsi sebagai stabilisator pangan, khususnya beras, yaitu Bulog dituntut mampu menjaga harga di tingkat produsen dan mampu menjaga harga di tingkat konsumen sesuai dengan yang diinginkan pemerintah (administered price).
Sepanjang 2013 lalu, Bulog berhasil mencukupi cadangan beras, maka pada tahun tersebut Bulog tidak melakukan impor. Selama periode tersebut, Bulog berhasil menjaga harga beras pada tingkat yang relatif stabil. Dapat disimpulkan, periode 2013 Bulog telah berhasil menjaga ketahanan pangan nasional.
Untuk tahun 2014 ini, Bulog harus memiliki cadangan beras sebanyak 2 juta ton sesuai dengan ketetapan pemerintah. Namun demikian, hal tersebut kembali lagi kepada kemampuan produksi nasional. Kalau produksi nasional tidak mencukupi, maka harus dilakukan impor untuk dapat menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.
Berdasarkan pengalaman selama ini, Bulog mampu menjaga harga di tingkat produsen karena kemampuannya melakukan pengadaan beras di dalam negeri dengan mengandalkan empat strategi pokok. Pertama, strategi dorong tarik, yaitu mendorong agar petani mau langsung menjual ke Bulog. Caranya, Bulog memberikan beberapa layanan menarik seperti menyediakan gudang, kemudahan pembayaran dan memberikan insentif karung.
Kedua, strategi jaringan semut. Yaitu, jika dulu Bulog membeli beras dari para pelaku bisnis besar, maka sekarang Bulog membeli langsung dari kelompok tani, petani perorangan dan berbagai penggilingan skala kecil. Manfaat utama jaringan semut adalah, mata rantai Bulog dengan produsen menjadi lebih pendek, sehingga proses pengadaan beras lebih cepat dan produsen atau petani memperoleh harga yang wajar karena semuanya menjadi lebih efisien.
Ketiga, strategi insentif, di mana daerah yang defisit beras bisa membeli langsung dari daerah produsen dengan harga berbeda, tetapi tidak boleh lebih tinggi dari harga Bulog yang mengangkut beras dari daerah produsen ke daerah defisit. Strategi ini memberi keuntungan ganda, baik bagi perusahaan maupun masyarakat. Daerah defisit dapat melakukan pembelian gabah/beras dengan harga lebih tinggi dari Harga Pokok Penjualan (HPP), namun tambahan harga yang diberikan dalam bentuk insentif tersebut tidak lebih dari 80% biaya pengangkutan jika beras dikirim dari area atau regional produsen.
Keempat, strategi on farm, yaitu kerjasama langsung dengan petani yang mengolah hasil panennya di tempat Bulog seperti menjemur untuk mengeringkan gabah dan sekaligus menggilingnya di tempat Bulog. Kerjasama ini juga semakin memotong mata rantai sehingga petani akan mendapatkan nilai tambah.
Dengan empat strategi tersebut, Bulog mampu menjaga harga di tingkat konsumen agar tidak terjadi gejolak yang menyebabkan kenaikan sehingga harus dilakukan operasi pasar. Maka, jika mau mengukur keberhasilan Bulog di sisi konsumen, tentu ada pada aspek stabilitas harga tersebut. Dengan kata lain, Bulog sejauh ini mampu menjadi stabilisator harga di tingkat konsumen! Sebaliknya, jika sampai terjadi kenaikan harga yang ekstrim di tingkat konsumen, maka artinya Bulog telah gagal melakukan stabilisasi harga.
Selain harus memenuhi aspek sebagai stabilisator, Bulog juga memiliki fungsi komersial karena sebagai BUMN harus memiliki pendapatan untuk menghidupi dan membesarkan lembaga secara keseluruhan. Secara aspek komersial, Bulog melakukan serangkaian strategi bisnis untuk dapat menopang pendapatan. Bulog telah membentuk tiga anak usaha mulai hulu sampai hilir, dimana salah satu anak usaha tersebut sudah dilepas menjadi anak perusahaan.
Pertama, Unit Usaha Hulu, di mana Bulog memiliki Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB). Ke depan, unit usaha ini akan ditingkatkan tidak hanya sebagai unit pengolahan, tetapi juga menjadi unit usaha mulai dari kegiatan on farm. Jadi, Bulog menyediakan peralatan mesin pengolah tanah bekerjasama dengan kelompok tani, sampai dengan pengolahan hasil panen dan petani bisa langsung menjual berasnya kepada Bulog.
Kedua, Unit Usaha Jasa, yaitu jasa transportasi dalam pendistribusian. Anak usaha ini sudah dilepas dalam bentuk anak perusahaan, yaitu PT Jasa Prima Logistik (PT. JPL) yang bergerak di bidang logistik, survei dan pemberantasan hama.
Ketiga, Unit Usaha Hilir yang bergerak di bidang pemasaran dengan salah satu pasarnya adalah Public Service Obligatory (PSO). Namun, Bulog juga memiliki pasar lain seperti koperasi, ritel, pasar umum dan pasar tradisional. Pasar-pasar tersebut akan dilayani distribution center Bulog yang dikenal sebagai BulogMart, yang saat ini sudah mencapai 128 unit. BulogMart ini juga bisa dijadikan sarana untuk melakukan operasi pasar.
Dengan revitalisasi peran Bulog sebagaimana digambarkan di atas, maka impor bahan pangan dan pangan olahan sebagai bagian dari sembako dapat ditekan. Alhasil, ini akan menyeimbangkan neraca perdagangan nasional yang dalam waktu terakhir ini mengalami defisit. Untuk tahun ini, diperkirakan impor bahan pangan dan pengan olahan (processed foods) bisa mencapai lebih dari Rp200 triliun. Konon memasuki tahun pemilu, perburuan rente untuk menjaring dana demi memenangkan pihak tertentu disinyalir menjadi salah satu faktor melonjaknya impor pangan pada 2014.
Di samping juga akibat terbatasnya produksi pangan nasional sebagai dampak kurang maksimalnya pembangunan sektor pertanian, kondisi tersebut akan membuat defisit pangan tahun ini kembali melebar. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2004-2013), khusus impor bahan pangan (beras, gandum, jagung, kedelai, dan kacang-kacangan), relatif tinggi, apalagi bila ditambah bahan pangan kelompok hortikultura dan peternakan, besaran impor (tonase ataupun nilai) semakin tinggi.
Pada 2004, impor bahan pangan hanya mencapai 9,67 juta ton senilai USD2,42 miliar, namun pada 2006 meningkat menjadi 11,46 juta ton senilai USD2,57 miliar. Lalu pada 2010 melonjak menjadi 10,50 juta ton senilai USD3,89 miliar. Begitupun pada 2011 meningkat menjadi 15,36 juta ton senilai USD7,02 miliar dan pada 2012 sebesar 15,66 juta ton senilai USD5,07 miliar. Pada Januari-November 2013 lalu saja impor bahan pangan hanya 12,01 juta ton senilai USD5,069 miliar.
Defisit bahan pangan untuk komoditas yang sama dan periode sama juga menunjukkan tren peningkatan, meski pada 2013 ada kecenderungan menurun. Pada 2004, defisit pangan dari sisi tonase hanya 8 juta ton dengan nilai minus USD2,15 miliar. Namun pada 2006 melonjak menjadi minus 8,39 juta ton dengan nilai minus USD2,30 miliar.
Lalu pada 2010 menjadi minus 9,61 juta ton dengan nilai minus USD3,42 miliar, dilanjutkan pada 2011 menjadi minus 14,55 juta ton dengan nilai minus USD6,44 miliar, dan pada 2012 minus 15,40 juta ton dengan nilai minus USD6,78 miliar. Sedangkan pada Januari-November 2013, defisit 11,73 juta ton dengan nilai minus USD4,91 miliar.
Dari angka defisit pangan tersebut, menjadi tugas berat pemerintah sekarang maupun yang akan datang untuk bisa menjamin stok pangan agar tidak terjadi defisit. Maka, pengelolaan stok pangan yang kuat di daerah lebih efektif meredam inflasi, ketimbang pendekatan harga seperti dilakukan pemerintah selama ini.
Untuk itu, pemerintahan mendatang harus menjadikan peningkatan produksi pangan sebagai kunci meredam gejolak inflasi. Pemerintah juga harus memperkuat kerja sama antardaerah, membangun infrastruktur pertanian, dan melaksanakan reformasi agraria.
Tahun lalu, dari laju inflasi yang mencapai 8,38%, kelompok bahan makanan menyumbang andil terbesar 2,75%, diikuti kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 2,36%, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 1,48%.
Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau berkontribusi 1,34%, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,26%, kelompok kesehatan 0,15%, serta kelompok sandang 0,04%. Pendekatan manajemen stok pangan yang kuat di daerah juga menjadi solusi jangka panjang, tidak hanya sementara. Hal ini akan menciptakan ketahanan pangan dan berujung pada kemandirian pangan nasional.
Pembangunan stok pangan yang kuat di daerah antara lain dilakukan dengan mendorong daerah sentra pangan bekerja sama dengan daerah sentra konsumen, sehingga saling melengkapi. Dengan cara ini, opsi impor pangan bisa dihindari karena potensi dalam negeri benar-benar dimaksimalkan. Di sinilah Bulog bisa memainkan peran strategisnya.
Diakui, selama ini pemerintah melakukan pendekatan harga yang bersifat jangka pendek, yakni menambah impor ketika harga pangan melambung. Hal ini kerap hanya menguntungkan importir dan segelintir pihak. Sedangkan konsumen tetap menjadi korban karena harga pangan mahal. Kedaulatan pangan nasional juga rapuh.
Guna menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok untuk jangka panjang, pemerintah perlu mengembalikan peran Bulog dan memberikan kewenangan lebih untuk mengendalikan distribusi dan mengintervensi harga komoditas pokok.
Bulog tidak hanya diberi kewenangan menjaga suplai beras dan menyalurkannya kepada masyarakat miskin, tetapi juga menjaga suplai sejumlah komoditas strategis seperti tepung, gula, minyak sayur, kedelai, dan lain-lain. Di samping itu pemerintah juga harus melakukan intervensi terhadap kebutuhan pokok dengan tidak menyerahkan harga sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
Intervensi dengan penetapan standar harga untuk sejumlah komoditas pokok dinilai bisa menjaga stabilitas harga jangka panjang. Hal ini juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani dengan adanya kepastian harga dari pemerintah dan mengurangi impor. Selama ini, pemerintah sepenuhnya menyerahkan kendali harga kepada mekanisme pasar sehingga ketika keran impor dibuka, komoditas dari luar negeri membanjiri pasar domestik dengan harga murah, maka petani dalam negeri enggan memproduksi karena harga produksinya tidak kompetitif lagi.
Karena lemahnya kontrol pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap impor. Imbasnya, petani lokal sulit mengembangkan usaha pertanian berbasis kebutuhan pokok karena kalah bersaing dengan komoditas impor. Mestinya, kalau mau swasembada dan mengurangi impor, pemerintah harus mau mensubsidi petani dengan kepastian harga produksi mereka.
Sudah seharusnya menjelang penerapan Komunitas Ekonomi Asean (KEA) 2015, pemerintah mengembalikan peran Bulog tidak hanya menyangkut suplai beras, tetapi juga kebutuhan pokok lainnya.
(Rk)
http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/merevitalisasi-peran-strategis-bulog.php
Jumat, 27 Juni 2014
Harga Cabai Turun, Bulog Perlu Dilibatkan
Jumat, 27 Juni 2014
KBRN, Jakarta: Menteri Pertanian Suswono menilai Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog perlu dilibatkan untuk meredam saat harga cabai anjlok. Bagi petani saat panen cabai, petani hanya menginginkan tempat yang dapat membeli cabai petani dengan harga menguntungkan.
“Bagi petani intinya ada tempat jual yang menguntungkan. Ada bagusnya Bulog bisa dilibatkan saat harga cabai jatuh. Ini salah satu solusi yang dapat dilakukan ke depan,” kata Suswono, kepada wartawan usai memantau harga di dua pasar tradisional di Jakarta yaitu pasar tradisional kecil Kramatjati dan Pasar Induk Kramatjati, Jumat (27/6/2014).
Dalam kunjungannya ke pasar tradisional bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, harga cabai rawit justru menurun. Menteri Chairul Tanjung menilai penurunan harga pada cabai rawit merugikan petani. Saat ini harga cabai rawit Rp 6.000 per kilogram, berarti ditingkat grosir membeli cabai Rp 5.475 per kilogram, sementara harga di tingkat petani Rp 3.000 per kilogram.
Penyebab turunnya harga karena berlimpahnya pasokan cabai. Dalam waktu dekat, pemerintah akan menggelar rapat koordinasi. Mentan Suswono berharap dengan turunnya Menteri Chairul Tanjung, ada solusi bagi petani. “Kami berharap dengan upaya dari Pak Menko Perekonomian dengan turun langsung, maka ada solusi untuk petani dan tidak direpotkan saat harga panen berlimpah. Sekarang panen bagus, tidak terganggu cuaca. Panen berlimpah,” ujarnya. (Sgd/Eman Rero/AKS)
KBRN, Jakarta: Menteri Pertanian Suswono menilai Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog perlu dilibatkan untuk meredam saat harga cabai anjlok. Bagi petani saat panen cabai, petani hanya menginginkan tempat yang dapat membeli cabai petani dengan harga menguntungkan.
“Bagi petani intinya ada tempat jual yang menguntungkan. Ada bagusnya Bulog bisa dilibatkan saat harga cabai jatuh. Ini salah satu solusi yang dapat dilakukan ke depan,” kata Suswono, kepada wartawan usai memantau harga di dua pasar tradisional di Jakarta yaitu pasar tradisional kecil Kramatjati dan Pasar Induk Kramatjati, Jumat (27/6/2014).
Dalam kunjungannya ke pasar tradisional bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Chairul Tanjung, harga cabai rawit justru menurun. Menteri Chairul Tanjung menilai penurunan harga pada cabai rawit merugikan petani. Saat ini harga cabai rawit Rp 6.000 per kilogram, berarti ditingkat grosir membeli cabai Rp 5.475 per kilogram, sementara harga di tingkat petani Rp 3.000 per kilogram.
Penyebab turunnya harga karena berlimpahnya pasokan cabai. Dalam waktu dekat, pemerintah akan menggelar rapat koordinasi. Mentan Suswono berharap dengan turunnya Menteri Chairul Tanjung, ada solusi bagi petani. “Kami berharap dengan upaya dari Pak Menko Perekonomian dengan turun langsung, maka ada solusi untuk petani dan tidak direpotkan saat harga panen berlimpah. Sekarang panen bagus, tidak terganggu cuaca. Panen berlimpah,” ujarnya. (Sgd/Eman Rero/AKS)
Sambut Ramadhan, Bulog Mart Gelar Pasar Murah
Kamis, 26 Juni 2014
MEDAN (Berita): Menyambut bulan suci Ramadhan tahun 2014 yang tinggal dua hari lagi, Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Sumatera Utara melalui “Bulog Mart” mereka menggelar pasar murah di beberapa tempat.
Humas Perum Bulog Divre Sumut Rudy Adlyn Damanik kepada Berita di kantornya Kamis (26/6) mengatakan untuk saat ini Bulog Mart bekerjasama dengan Pemkab Langkat menggelar pasar murah di daerah tersebut. Lokasi pasar murah antara lain di Lapangan pasar 6 Kelurahan Kwala Bingai Stabat.
Kemudian Bulog Mart kerjasama pula dengan Polda Sumut yang dilaksanakan di halaman Brimob Jalan Wahid Hasyim Medan pada Kamis, 26 Juni 2014. Produk yang dijual antara lain beras premium dan gula pasir yang harganya terjangkau, lebih murah dari harga pasar dengan kualitas yang sama.
Harga beras merek Reog Rp8.500 per kg, merek ulos Rp8.900 per kg dan merek Poci Rp9.000 per kg. Tentu harga beras premium setara dengan beras kuku balam super ini di mana di pasaran harganya Rp10.000 lebih per kg, memang beras premium Bulog lebih murah. Sedangkan harga gula pasir Rp9.850 per kg, di pasaran harganya lebih Rp11.000 per kg.”Pasar murah yang digelar Bulog Mart ini memang tujuannya membantu masyarakat,” kata Rudy.
Saat ini di pasar tradisional, harga bahan pangan memang relatif stabil seperti cabe merah di posisi Rp16.000 per kg., bawang merah tetap R23.000 per kg dan tomat Rp16.000 per kg. “Yang mengalami kenaikan hanya ikan basah, ayam potong dan daging lembu,” kata salah seorang pedagang di Pasar Simpang Limun Medan Kamis (26/6).
Menurut Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin kepada Berita Kamis (26/6), operasi pasar (OP) memang cukup efektif dalam meredam harga dalam jangka pendek. Ini merupakan bentuk intervensi pemerintah terhadap fluktuasi harga pangan yang terjadi di masayarakat akibat meningkatnyas permintaan terlebih menjelang puasa Ramadhan sampai Idul Fitri nanti.”Kenaikan permintaan biasanya kerap memicu terjadinya kenaikan harga,” kata Gunawan.
Jadi untuk melindungi masyarakat dari kerugian memang operasi pasar kerap dijadikan instrumen untuk menstabilkan harga. Bahan pangan yang paling potensial menyebabkan kenaikan harga menjadi fokus pemerintah untuk mengatasinya.
Kalau beras dikendalikan oleh Bulog, sementara barang lainnya terlebih yang masuk dalam daftar sembilan bahan pokok kerap dijadikan barang yang masuk terget pasar murah.Menurutnya, masalah permintaan yang tinggi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri memang belum mampu diimbangi sepenuhnya oleh industri kita.
Kunci pokok untuk menciptakan keseimbangan tersebut ada di sisi persediaan. Namun industri kita tidak akan mampu mengimbangi kejutan permintaan. Karena tren konsumsi akan cenderung mengalami penurunan di saat setelah perayaan. (wie)
http://beritasore.com/2014/06/26/sambut-ramadhan-bulog-mart-gelar-pasar-murah/
MEDAN (Berita): Menyambut bulan suci Ramadhan tahun 2014 yang tinggal dua hari lagi, Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Sumatera Utara melalui “Bulog Mart” mereka menggelar pasar murah di beberapa tempat.
Humas Perum Bulog Divre Sumut Rudy Adlyn Damanik kepada Berita di kantornya Kamis (26/6) mengatakan untuk saat ini Bulog Mart bekerjasama dengan Pemkab Langkat menggelar pasar murah di daerah tersebut. Lokasi pasar murah antara lain di Lapangan pasar 6 Kelurahan Kwala Bingai Stabat.
Kemudian Bulog Mart kerjasama pula dengan Polda Sumut yang dilaksanakan di halaman Brimob Jalan Wahid Hasyim Medan pada Kamis, 26 Juni 2014. Produk yang dijual antara lain beras premium dan gula pasir yang harganya terjangkau, lebih murah dari harga pasar dengan kualitas yang sama.
Harga beras merek Reog Rp8.500 per kg, merek ulos Rp8.900 per kg dan merek Poci Rp9.000 per kg. Tentu harga beras premium setara dengan beras kuku balam super ini di mana di pasaran harganya Rp10.000 lebih per kg, memang beras premium Bulog lebih murah. Sedangkan harga gula pasir Rp9.850 per kg, di pasaran harganya lebih Rp11.000 per kg.”Pasar murah yang digelar Bulog Mart ini memang tujuannya membantu masyarakat,” kata Rudy.
Saat ini di pasar tradisional, harga bahan pangan memang relatif stabil seperti cabe merah di posisi Rp16.000 per kg., bawang merah tetap R23.000 per kg dan tomat Rp16.000 per kg. “Yang mengalami kenaikan hanya ikan basah, ayam potong dan daging lembu,” kata salah seorang pedagang di Pasar Simpang Limun Medan Kamis (26/6).
Menurut Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin kepada Berita Kamis (26/6), operasi pasar (OP) memang cukup efektif dalam meredam harga dalam jangka pendek. Ini merupakan bentuk intervensi pemerintah terhadap fluktuasi harga pangan yang terjadi di masayarakat akibat meningkatnyas permintaan terlebih menjelang puasa Ramadhan sampai Idul Fitri nanti.”Kenaikan permintaan biasanya kerap memicu terjadinya kenaikan harga,” kata Gunawan.
Jadi untuk melindungi masyarakat dari kerugian memang operasi pasar kerap dijadikan instrumen untuk menstabilkan harga. Bahan pangan yang paling potensial menyebabkan kenaikan harga menjadi fokus pemerintah untuk mengatasinya.
Kalau beras dikendalikan oleh Bulog, sementara barang lainnya terlebih yang masuk dalam daftar sembilan bahan pokok kerap dijadikan barang yang masuk terget pasar murah.Menurutnya, masalah permintaan yang tinggi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri memang belum mampu diimbangi sepenuhnya oleh industri kita.
Kunci pokok untuk menciptakan keseimbangan tersebut ada di sisi persediaan. Namun industri kita tidak akan mampu mengimbangi kejutan permintaan. Karena tren konsumsi akan cenderung mengalami penurunan di saat setelah perayaan. (wie)
http://beritasore.com/2014/06/26/sambut-ramadhan-bulog-mart-gelar-pasar-murah/
Ramadhan, Bulog Siapkan Strategi Perang Psikologis Lawan Tengkulak
Kamis, 26 Juni 2014
BENGKULU, KOMPAS.com - Bulog Divisi Regional Bengkulu telah menyiapkan agenda pasar murah sebagai bentuk perang psikologis terhadap para tengkulak menjelang Bulan Suci Ramadhan.
"Kami akan aktif berpartisipasi dalam pasar murah bekerjasama dengan Disperindag di beberapa pemerintah daerah menjelang Ramadhan guna perang psikologis melawan tengkulak," kata Kepala Bulog Divisi Regional Bengkulu, Basirun, Kamis (26/6/2014).
Dia menambahkan, pasar murah tersebut dilakukan sebagai bentuk menahan laju harga bahan pokok seperti beras, gula pasir, dan minyak goreng kemasan yang kerap dipermainkan oleh spekulan apalagi menjelang Ramadhan.
Menurut dia, kenaikan harga sembako menurutnya lebih kepada faktor psikologis dan semacam tradisi tahunan pada perdagangan komoditi sembako. Jika dilihat dari sisi ketersediaan, stok di pasar maupun di Bulog mencukupi. Sementara itu, di sisi lain, kebutuhan konsumsi di bulan Ramadhan juga tidak berbeda bahkan cenderung menurun.
Terkait program pasar murah yang digelar dengan pemerintah daerah, Basirun mengatakan, produk beras, gula dan minyak goreng dengan patokan harga dibawah eceran dengan selisih harga lebih murah antara Rp 500 hingga Rp 1.000.
Pasar murah di Bengkulu akan digelar dari tanggal 24 Juni hingga 26 Juni 2014 di Kecamatan Muarabangkahulu, tanggal 12 Juli hingga 14 Juli 2014 di Kecamatan Teluk Segara, dan 18 Juli hingga 20 Juli 2014 di Kecamatan Selebar.
"Sementara untuk kabupaten lainnya masih dalam konfirmasi, berapa pun stok yang dibutuhkan warga Bulog siap menyuplai," ujar Basirun.
Untuk mengantisipasi kelangkaan bahan pokok terutama beras, gula dan minyak goreng, Bulog Bengkulu telah menyiagakan 9.712 ton beras yang mampu memenuhi kebutuhan operasional bulog di Bengkulu selama enam bulan. Sementara untuk stok gula terdapat 154 ton, begitu juga dengan minyak goreng.
http://regional.kompas.com/read/2014/06/26/1856014/Ramadhan.Bulog.Siapkan.Strategi.Perang.Psikologis.Lawan.Tengkulak
BENGKULU, KOMPAS.com - Bulog Divisi Regional Bengkulu telah menyiapkan agenda pasar murah sebagai bentuk perang psikologis terhadap para tengkulak menjelang Bulan Suci Ramadhan.
"Kami akan aktif berpartisipasi dalam pasar murah bekerjasama dengan Disperindag di beberapa pemerintah daerah menjelang Ramadhan guna perang psikologis melawan tengkulak," kata Kepala Bulog Divisi Regional Bengkulu, Basirun, Kamis (26/6/2014).
Dia menambahkan, pasar murah tersebut dilakukan sebagai bentuk menahan laju harga bahan pokok seperti beras, gula pasir, dan minyak goreng kemasan yang kerap dipermainkan oleh spekulan apalagi menjelang Ramadhan.
Menurut dia, kenaikan harga sembako menurutnya lebih kepada faktor psikologis dan semacam tradisi tahunan pada perdagangan komoditi sembako. Jika dilihat dari sisi ketersediaan, stok di pasar maupun di Bulog mencukupi. Sementara itu, di sisi lain, kebutuhan konsumsi di bulan Ramadhan juga tidak berbeda bahkan cenderung menurun.
Terkait program pasar murah yang digelar dengan pemerintah daerah, Basirun mengatakan, produk beras, gula dan minyak goreng dengan patokan harga dibawah eceran dengan selisih harga lebih murah antara Rp 500 hingga Rp 1.000.
Pasar murah di Bengkulu akan digelar dari tanggal 24 Juni hingga 26 Juni 2014 di Kecamatan Muarabangkahulu, tanggal 12 Juli hingga 14 Juli 2014 di Kecamatan Teluk Segara, dan 18 Juli hingga 20 Juli 2014 di Kecamatan Selebar.
"Sementara untuk kabupaten lainnya masih dalam konfirmasi, berapa pun stok yang dibutuhkan warga Bulog siap menyuplai," ujar Basirun.
Untuk mengantisipasi kelangkaan bahan pokok terutama beras, gula dan minyak goreng, Bulog Bengkulu telah menyiagakan 9.712 ton beras yang mampu memenuhi kebutuhan operasional bulog di Bengkulu selama enam bulan. Sementara untuk stok gula terdapat 154 ton, begitu juga dengan minyak goreng.
http://regional.kompas.com/read/2014/06/26/1856014/Ramadhan.Bulog.Siapkan.Strategi.Perang.Psikologis.Lawan.Tengkulak
Kamis, 26 Juni 2014
Bulog Siapkan Stok Beras Di Aceh Sampai Enam Bulan
Kamis, 26 Juni 2014
BANDA ACEH – Persediaan beras untuk masyarakat di Provinsi Aceh terpenuhi hingga enam bulan mendatang, kata Kepala Divisi Regional Perum Bulog Aceh Ali Ardi.
“Tidak masalah dengan persediaan beras khususnya menyambut puasa Ramadhan dan lebaran. Apalagi stok yang kita miliki saat ini bisa terpenuhi hingga enam bulan ke depan,” katanya di Banda Aceh, Rabu (25/6).
Ia menyebutkan, beras yang tersimpan di gudang Perum Bulog Divre Aceh saat ini mencapai sebanyak 37.000 ton. Terpenuhinya persediaan beras itu karena pasokan dari sejumlah daerah yang saat ini sedang panen padi.
“Untuk wilayah barat dan selatan Aceh saat ini sedang memasuki musim panen, sementara daerah pesisir utara dan timur juga akan memasuki musim panen,” katanya menambahkan.
Namun, Ali Ardi menjelaskan pihaknya siap melakukan operasi pasar guna menstabilkan harga terjadi lonjakan di pasaran di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.
Disebutkan, persediaan beras Bulog Divre Aceh sepanjang 2014 itu mencapai sebanyak 64.200 ton, dan beras untuk kebutuhan masyarakat miskin (raskin), Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kemenkum dan HAM, serta bencana alam mencapai 50.000 ton.
“Jadi kebutuhan sebesar 87 persen dari total persediaan raskin, LP Kemenkum dan HAM itu telah direalisasikan,” kata Ali Ardi menambahkan. Secara total kebutuhan beras di Aceh rata-rata per tahunnya mencapai 720 ribu ton dengan jumlah penduduk sebesar 5 juta jiwa. Kebutuhan tersebut didasarkan pada asumsi konsumsi per kapita masyarakat yakni sebesar 0,4 kg per hari per jiwa.(Antara)
BANDA ACEH – Persediaan beras untuk masyarakat di Provinsi Aceh terpenuhi hingga enam bulan mendatang, kata Kepala Divisi Regional Perum Bulog Aceh Ali Ardi.
“Tidak masalah dengan persediaan beras khususnya menyambut puasa Ramadhan dan lebaran. Apalagi stok yang kita miliki saat ini bisa terpenuhi hingga enam bulan ke depan,” katanya di Banda Aceh, Rabu (25/6).
Ia menyebutkan, beras yang tersimpan di gudang Perum Bulog Divre Aceh saat ini mencapai sebanyak 37.000 ton. Terpenuhinya persediaan beras itu karena pasokan dari sejumlah daerah yang saat ini sedang panen padi.
“Untuk wilayah barat dan selatan Aceh saat ini sedang memasuki musim panen, sementara daerah pesisir utara dan timur juga akan memasuki musim panen,” katanya menambahkan.
Namun, Ali Ardi menjelaskan pihaknya siap melakukan operasi pasar guna menstabilkan harga terjadi lonjakan di pasaran di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.
Disebutkan, persediaan beras Bulog Divre Aceh sepanjang 2014 itu mencapai sebanyak 64.200 ton, dan beras untuk kebutuhan masyarakat miskin (raskin), Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kemenkum dan HAM, serta bencana alam mencapai 50.000 ton.
“Jadi kebutuhan sebesar 87 persen dari total persediaan raskin, LP Kemenkum dan HAM itu telah direalisasikan,” kata Ali Ardi menambahkan. Secara total kebutuhan beras di Aceh rata-rata per tahunnya mencapai 720 ribu ton dengan jumlah penduduk sebesar 5 juta jiwa. Kebutuhan tersebut didasarkan pada asumsi konsumsi per kapita masyarakat yakni sebesar 0,4 kg per hari per jiwa.(Antara)
Impor 500 Ribu Ton Beras, Tergantung Kemampuan Bulog
Kamis, 26 Juni 2014
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan pemerintah telah menyusun rencana untuk mengimpor 500.000 ton beras guna mengantisipasi dampak badai kering el nino.
Namun, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menegaskan, impor 500 ribu ton beras dapat dilakukan jikalau Perum Bulog tidak dapat memenuhi stok beras hingga akhir tahun sebesar 1,5 juta ton.
"Tergantung dari kemampuan Bulog dulu, menyetok dalam negerinya berapa," kata Suswono usai Rakor di Kantor Pelindo II, Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Suswono mengatakan, jikalau Perum Bulog hingga akhir tahun berhasil menyetok beras hingga 1,5 juta ton. Maka, niatan atau rencana awal untuk melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton tidak akan dilakukan.
"Jadi begini sampai akhir tahun Bulog itu harus memiliki stok sampe 1,5 juta ton, kalau kurang baru impor," tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan, pemerintah akan melakukan impor beras sebesar 500 ribu ton, hal tersebut seiring adanya badai el nino. Meski badai kering el nino ini setiap tahunnya terjadi. Namun, ditakuti dengan adanya badai tersebut memberikan dampak pada produksi. (rzy)
http://economy.okezone.com/read/2014/06/26/320/1004562/impor-500-ribu-ton-beras-tergantung-kemampuan-bulog
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan pemerintah telah menyusun rencana untuk mengimpor 500.000 ton beras guna mengantisipasi dampak badai kering el nino.
Namun, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono menegaskan, impor 500 ribu ton beras dapat dilakukan jikalau Perum Bulog tidak dapat memenuhi stok beras hingga akhir tahun sebesar 1,5 juta ton.
"Tergantung dari kemampuan Bulog dulu, menyetok dalam negerinya berapa," kata Suswono usai Rakor di Kantor Pelindo II, Jakarta, Kamis (26/6/2014).
Suswono mengatakan, jikalau Perum Bulog hingga akhir tahun berhasil menyetok beras hingga 1,5 juta ton. Maka, niatan atau rencana awal untuk melakukan impor beras sebanyak 500 ribu ton tidak akan dilakukan.
"Jadi begini sampai akhir tahun Bulog itu harus memiliki stok sampe 1,5 juta ton, kalau kurang baru impor," tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan, pemerintah akan melakukan impor beras sebesar 500 ribu ton, hal tersebut seiring adanya badai el nino. Meski badai kering el nino ini setiap tahunnya terjadi. Namun, ditakuti dengan adanya badai tersebut memberikan dampak pada produksi. (rzy)
http://economy.okezone.com/read/2014/06/26/320/1004562/impor-500-ribu-ton-beras-tergantung-kemampuan-bulog
Rabu, 25 Juni 2014
Cadangan Beras Bulog Berlimpah
Selasa, 24 Juni 2014
Stok Beras Mencukupi untuk Lebaran dan Natal
KUDUS - Cadangan stok beras di Kabupaten Kudus masih aman hingga hingga Juni tahun 2015 mendatang. Kondisi tersebut mampu mencukupi kebutuhan masyarakat selama Lebaran 2014, hingga Natal dan Tahun Baru 2015.
Wakil Kepala Perum Bulog Sub Divre II Pati Rizqul Achbar memastikan stok beras cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah eks-Karesidenan Pati selama 12 bulan mendatang. Berdasarkan data per 31 Mei 2014 lalu, stok beras yang dikuasai Perum Bulog Pati sebanyak 64.381,96 ton setara beras. “Sementara jumlah kuantum penyaluran per bulan, sebanyak 5.560.815 kilogram beras,” ujarnya dalam paparan rapat koordinasi ekonomi, keuangan dan industri di kantor Setda Kudus, baru-baru ini.
Rizqul menjelaskan, stok beras itu dari hasil penyerapan atau pembelian terhadap beras petani melalui mitra Bulog. Stok beras yang dimiliki Bulog tersebut dimungkinkan masih akan terus bertambah melalui sejumlah mitra Bulog dari hasil penyerapan beras petani. “Mitra Bulog sebanyak 100 mitra yang tersebar di lima kabupaten, yakni Kabupaten Pati, Kudus, Jepara, Rembang dan Blora,” ungkapnya.
Rizqul memaparkan, cadangan beras untuk tiga gudang yang berada di Kabupaten Pati sebanyak 34.628,76 ton, gudang di Kudus sebanyak 7.254,04 ton, gudang di Jepara 1.417,5 ton, gudang Rembang sebanyak 10.394,25 ton dan gudang di Blora sebanyak 10.687,41 ton. “Untuk target penyerapan beras selama tahun 2014 sebanyak 146.000 ton dan meningkat dari target pada tahun 2013 lalu yang hanya mencapai 145.000 ton,” katanya. (ian)
http://m.patiekspres.co/2014/06/cadangan-beras-bulog-berlimpah/
Stok Beras Mencukupi untuk Lebaran dan Natal
KUDUS - Cadangan stok beras di Kabupaten Kudus masih aman hingga hingga Juni tahun 2015 mendatang. Kondisi tersebut mampu mencukupi kebutuhan masyarakat selama Lebaran 2014, hingga Natal dan Tahun Baru 2015.
Wakil Kepala Perum Bulog Sub Divre II Pati Rizqul Achbar memastikan stok beras cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah eks-Karesidenan Pati selama 12 bulan mendatang. Berdasarkan data per 31 Mei 2014 lalu, stok beras yang dikuasai Perum Bulog Pati sebanyak 64.381,96 ton setara beras. “Sementara jumlah kuantum penyaluran per bulan, sebanyak 5.560.815 kilogram beras,” ujarnya dalam paparan rapat koordinasi ekonomi, keuangan dan industri di kantor Setda Kudus, baru-baru ini.
Rizqul menjelaskan, stok beras itu dari hasil penyerapan atau pembelian terhadap beras petani melalui mitra Bulog. Stok beras yang dimiliki Bulog tersebut dimungkinkan masih akan terus bertambah melalui sejumlah mitra Bulog dari hasil penyerapan beras petani. “Mitra Bulog sebanyak 100 mitra yang tersebar di lima kabupaten, yakni Kabupaten Pati, Kudus, Jepara, Rembang dan Blora,” ungkapnya.
Rizqul memaparkan, cadangan beras untuk tiga gudang yang berada di Kabupaten Pati sebanyak 34.628,76 ton, gudang di Kudus sebanyak 7.254,04 ton, gudang di Jepara 1.417,5 ton, gudang Rembang sebanyak 10.394,25 ton dan gudang di Blora sebanyak 10.687,41 ton. “Untuk target penyerapan beras selama tahun 2014 sebanyak 146.000 ton dan meningkat dari target pada tahun 2013 lalu yang hanya mencapai 145.000 ton,” katanya. (ian)
http://m.patiekspres.co/2014/06/cadangan-beras-bulog-berlimpah/
Bea Cuka Tangkap Beras Impor
Selasa, 24 Juni 2014
Petugas Bea dan Cukai mengeledah muatan kapal dan megamankan beras ketan impor asal Thailand yang berupaya diselundupkan dari free port Sabang menggunakan kapal ferr saat tiba di pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Selasa (24/6). Patugas Bea Cukai hanya berhasil mengamankan sekitar 40 zak beras ketan illegal, sementara ratusan zak beras ketan dan termasuk gula pasir gagal diamankan dari kapal feerry yang keburu kembali berangkat menuju Sabang. ANTARAACEH.COM /Ampelsa/14
http://www.antaraaceh.com/2014/06/bea-cuka-tangkap-beras-impor.html
Petugas Bea dan Cukai mengeledah muatan kapal dan megamankan beras ketan impor asal Thailand yang berupaya diselundupkan dari free port Sabang menggunakan kapal ferr saat tiba di pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Selasa (24/6). Patugas Bea Cukai hanya berhasil mengamankan sekitar 40 zak beras ketan illegal, sementara ratusan zak beras ketan dan termasuk gula pasir gagal diamankan dari kapal feerry yang keburu kembali berangkat menuju Sabang. ANTARAACEH.COM /Ampelsa/14
Importir Nakal Beras Vietnam Segera Disidangkan
Selasa, 24 Juni 2014
Intelijen - Terbongkarnya penyelewengan impor beras asal Vietnam memasuki babak baru. Penyidik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menjerat PT Kusuma Food Indonesia, perusahaan pemilik 16 kontainer beras Vietnam, sebagai tersangka. Berkas penyidikan dinyatakan lengkap alias P21 oleh Imran Yusuf, Kepala Seksi Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Jakarta Utara, sejak 5 Juni 2014. “Dokumen dan barang bukti secepatnya kami limpahkan,” katanya, Rabu, 18 Juni 2014.
Imran menargetkan persidangan bisa dimulai pekan ini dan rampung pada akhir Juli. Penyidik menduga kuat Kusuma Food Indonesia menyelewengkan izin importasi. Kusuma Food tercatat sebagai importir yang sah. Namun beras yang diimpor tidak sesuai dengan isi dokumen. Surat persetujuan impor untuk Kusuma Food menyebutkan beras yang boleh diimpor adalah jenis Thai Hom Mali. Sedangkan yang diimpor beras non-Thai Hom Mali.
Tempo menyaksikan dari dekat saat beras milik Kusuma Food diperiksa ketat sebelum dinyatakan ditahan untuk barang bukti pada pemeriksaan fisik terpadu pusat di distribusi kargo Banda, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu, 5 Februari 2014. Dalam pemeriksaan itu ada 24 kontainer berisi beras yang ditelisik, yaitu 16 milik Kusuma Food dan 8 kontainer milik CV Pangan Sejahtera.
Pejabat Bea dan Cukai mengatakan, selain 24 kontainer itu, ada 8 kontainer lain milik PT Tri Mitra Makmur Lohata yang juga ditahan. Anehnya, baru Kusuma Food yang ditetapkan sebagai tersangka kendati jenis beras dan modus importasi kedua importir itu setali tiga uang.
Seorang pejabat Kementerian Keuangan yang mengetahui penyidikan ini juga heran dengan pemeriksaan yang tidak menyasar pemain besar. Pemeriksaan penyimpangan impor beras Vietnam ini membongkar praktek jual-beli kuota impor beras premium di pemerintahan. “Pemain besarnya adalah yang mengantongi kuota besar,” katanya.
Petugas Bea dan Cukai menemukan 58 importir terdaftar dikuasai oleh tiga orang, yaitu Efendi Ng, Mustika, dan Yudi, pengusaha Surabaya. Efendi Ng, pedagang beras yang tercatat sebagai pengurus Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Seluruh Indonesia (Perpadi), membantah tudingan itu. Ia mengaku baru menekuni bisnis impor dari Vietnam sejak tahun lalu. “Astaga, itu tidak benar,” ucapnya.
Sumber: Tempo
Pemerintah Membuka Peluang Impor Beras untuk Antisipasi Cuaca Ekstrem
Selasa, 24 Juni 2014
Jakarta -Fenomena gelombang panas (kemarau) atau El Nino yang diprediksi akan terjadi dalam waktu dekat di Indonesia dikhawatirkan mengganggu produksi beras nasional.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan pemerintah membuka peluang adanya impor beras untuk cadangan darurat di gudang-gudang Bulog jika dibutuhkan. Fenomena El Nino berpotensi mempengaruhi produksi pertanian di Indonesia khususnya produksi beras.
"Menghadapi El Nino dan ganguan produksi dan sebagainya, boleh saja ada pemikiran-pemikiran impor untuk memperkuat cadangan beras di dalam negeri. Tetapi instrumen itu disiapkan saja tetapi tidak secara otomatis dieksekusi (dilakukan)," kata Rusman saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (24/06/2014).
Ia memperkirakan jumlah beras yang harus diimpor untuk antisipasi pengurangan produksi beras di dalam negeri adalah 500.000 ton. Rinciannya 200.000 ton adalah beras premium sedangkan 300.000 ton adalah beras medium.
"Tetapi jangan sampai produksi yang pernah kita capai di tahun 2013 jangan sampai turun. Bagaimana kita bisa mempertahankan volume produksi. Memang kita harus antisipasi El Nino ini terutama di bulan Oktober, November, Desember ini semua cara kita lakukan tetapi tidak perlu dieksekusi," imbuhnya.
Menurut data Kementerian Pertanian, produksi beras tahun ini ditargetkan sebesar 76,57 juta ton gabah kering giling (gkg) lebih besar dari tahun 2013 dengan angka produksi mencapai 71,29 juta ton.
Dari jumlah yang ditargetkan itu, sebanyak 50% sudah direalisasikan pada semester I-2014. Meskipun begitu, Rusman menegaskan hingga akhir Agustus, pemerintah belum akan membuka keran impor beras.
"Kalau untuk urusan impor kita paling konsen jangan sampai melukai petani tetapi bukan berarti Kementan mengatakan itu haram. Bulog ya mengajukan dan diberi ruang untuk itu. Dibicarakan dengan calon eksportirnya tetapi belum dieksekusi. Juni-Juli-Agustus tidak memberikan ruang untuk itu," tegasnya.
(wij/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/06/24/154149/2617871/4/pemerintah-membuka-peluang-impor-beras-untuk-antisipasi-cuaca-ekstrem
Jakarta -Fenomena gelombang panas (kemarau) atau El Nino yang diprediksi akan terjadi dalam waktu dekat di Indonesia dikhawatirkan mengganggu produksi beras nasional.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan mengatakan pemerintah membuka peluang adanya impor beras untuk cadangan darurat di gudang-gudang Bulog jika dibutuhkan. Fenomena El Nino berpotensi mempengaruhi produksi pertanian di Indonesia khususnya produksi beras.
"Menghadapi El Nino dan ganguan produksi dan sebagainya, boleh saja ada pemikiran-pemikiran impor untuk memperkuat cadangan beras di dalam negeri. Tetapi instrumen itu disiapkan saja tetapi tidak secara otomatis dieksekusi (dilakukan)," kata Rusman saat ditemui di kantor Kementerian Perdagangan, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Selasa (24/06/2014).
Ia memperkirakan jumlah beras yang harus diimpor untuk antisipasi pengurangan produksi beras di dalam negeri adalah 500.000 ton. Rinciannya 200.000 ton adalah beras premium sedangkan 300.000 ton adalah beras medium.
"Tetapi jangan sampai produksi yang pernah kita capai di tahun 2013 jangan sampai turun. Bagaimana kita bisa mempertahankan volume produksi. Memang kita harus antisipasi El Nino ini terutama di bulan Oktober, November, Desember ini semua cara kita lakukan tetapi tidak perlu dieksekusi," imbuhnya.
Menurut data Kementerian Pertanian, produksi beras tahun ini ditargetkan sebesar 76,57 juta ton gabah kering giling (gkg) lebih besar dari tahun 2013 dengan angka produksi mencapai 71,29 juta ton.
Dari jumlah yang ditargetkan itu, sebanyak 50% sudah direalisasikan pada semester I-2014. Meskipun begitu, Rusman menegaskan hingga akhir Agustus, pemerintah belum akan membuka keran impor beras.
"Kalau untuk urusan impor kita paling konsen jangan sampai melukai petani tetapi bukan berarti Kementan mengatakan itu haram. Bulog ya mengajukan dan diberi ruang untuk itu. Dibicarakan dengan calon eksportirnya tetapi belum dieksekusi. Juni-Juli-Agustus tidak memberikan ruang untuk itu," tegasnya.
(wij/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/06/24/154149/2617871/4/pemerintah-membuka-peluang-impor-beras-untuk-antisipasi-cuaca-ekstrem
Selasa, 24 Juni 2014
Prabowo dan Jokowi Sama-sama Siap Lanjutkan Raskin
Senin, 23 Juni 2014
JAKARTA - Calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo sama-sama berkomitmen melanjutkan program beras miskin (raskin) yang telah dijalankan di era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tim Ekonomi pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, Arif Budimanta mengatakan bahwa program-program yang berdampak baik bagi rakyat seperti Raskin, tidak bisa ditawar-tawar lagi.
"Program-program yang memiliki dampak bagus bagi rakyat seperti Raskin itu sebuah harga mati untuk menjawab dan menjaga daya beli masyarakat," kata Arif, Senin (23/6).
Kendati begitu, Arif memastikan jika program Raskin sekarang akan diperbaiki. Misalnya, dia mencontohkan, dengan meningkatkan kualitas beras, menjaga agar harga tetap terjangkau rakyat miskin dan penyalurannya tepat waktu serta sasaran.
Menurutnya, harga tebus beras raskin oleh rumah tangga sasaran harus sesuai dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah.
Karenanya, Arif menegaskan bahwa kekurangan-kekurangan itu akan diperbaiki Jokowi-JK jika terpilih nanti.
Intinya, ia menambahkan, Jokowi-JK akan memperbaiki berbagai hal terkait Raskin berdasarkan hasil kajian pemerintah, dan sesuai dengan rekomendasi serta temuan Komisi Pemberantasan Korupsi. "Jadi tinggal perbaiki saja apa kekurangannya," kata dia.
Prinsipnya, ia melanjutkan, jangan sampai rakyat menjadi susah. "Tujuannya kan menjadikan rakyat lebih sejahtera," pungkasnya.
Arif pun menambahkan, soal raskin sebenarnya tak hanya bicara serapan beras. Namun, juga harus menjaga pasokannya dari hasil produksi dalam negeri. "Selama ini pengadaannya antara lain dengan cara impor. Nah ke depan harus bisa semaksimal mungkin dipenuhi dari produksi dalam negeri," paparnya.
Makanya, ia melanjutkan, Jokowi-JK berkomitmen untuk meningkatkan produksi pertanian. Jadi, kata dia, subsidi bukan hanya diberikan kepada rakyat maupun kepada konsumen secara keseluruhan. "Tapi juga produsennya," ungkap Arif.
Sedangkan Tim Ekonomi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Didiek J Rachbini, menyatakan punya komitmen yang sama untuk melanjutkan program Raskin. "Masyarakat Indonesia ini ada yang supermaju dan ada yang masih tertinggal. Yang super maju itu dipersilakan untuk mengembangkan daya saing di internasional, investasi global dan kerja sama level dunia. Tapi yang miskin tetap harus diperhatikan," kata Didik.
Saat mendapat dukungan dari Fraksi Demokrat, Prabowo menyatakan kesiapannya melanjutkan berbagai program pemerintahan presiden SBY yang dibutuhkan dan disukai rakyat.
"Sebagai amanah ungkapan, harapan, dan dorongan semangat untuk meneruskan pembangunan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, saya berharap bisa meneruskan program-program beliau (SBY) jika mendapat mandat dari seluruh rakyat Indonesia pada 9 juli nanti," ujar Prabowo.
Komitmen itu akan terwujud dari program penambahan dua juta hektare lahan untuk menambah pasokan pangan di dalam negeri. Lahan baru itu dipakai untuk menanam berbagai jenis pangan dengan sistem tumpang sari. Program ini diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja baru bagi 12 juta tenaga kerja. (boy/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/23/242039/Prabowo-dan-Jokowi-Sama-sama-Siap-Lanjutkan-Raskin-#
JAKARTA - Calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo sama-sama berkomitmen melanjutkan program beras miskin (raskin) yang telah dijalankan di era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tim Ekonomi pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, Arif Budimanta mengatakan bahwa program-program yang berdampak baik bagi rakyat seperti Raskin, tidak bisa ditawar-tawar lagi.
"Program-program yang memiliki dampak bagus bagi rakyat seperti Raskin itu sebuah harga mati untuk menjawab dan menjaga daya beli masyarakat," kata Arif, Senin (23/6).
Kendati begitu, Arif memastikan jika program Raskin sekarang akan diperbaiki. Misalnya, dia mencontohkan, dengan meningkatkan kualitas beras, menjaga agar harga tetap terjangkau rakyat miskin dan penyalurannya tepat waktu serta sasaran.
Menurutnya, harga tebus beras raskin oleh rumah tangga sasaran harus sesuai dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah.
Karenanya, Arif menegaskan bahwa kekurangan-kekurangan itu akan diperbaiki Jokowi-JK jika terpilih nanti.
Intinya, ia menambahkan, Jokowi-JK akan memperbaiki berbagai hal terkait Raskin berdasarkan hasil kajian pemerintah, dan sesuai dengan rekomendasi serta temuan Komisi Pemberantasan Korupsi. "Jadi tinggal perbaiki saja apa kekurangannya," kata dia.
Prinsipnya, ia melanjutkan, jangan sampai rakyat menjadi susah. "Tujuannya kan menjadikan rakyat lebih sejahtera," pungkasnya.
Arif pun menambahkan, soal raskin sebenarnya tak hanya bicara serapan beras. Namun, juga harus menjaga pasokannya dari hasil produksi dalam negeri. "Selama ini pengadaannya antara lain dengan cara impor. Nah ke depan harus bisa semaksimal mungkin dipenuhi dari produksi dalam negeri," paparnya.
Makanya, ia melanjutkan, Jokowi-JK berkomitmen untuk meningkatkan produksi pertanian. Jadi, kata dia, subsidi bukan hanya diberikan kepada rakyat maupun kepada konsumen secara keseluruhan. "Tapi juga produsennya," ungkap Arif.
Sedangkan Tim Ekonomi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Didiek J Rachbini, menyatakan punya komitmen yang sama untuk melanjutkan program Raskin. "Masyarakat Indonesia ini ada yang supermaju dan ada yang masih tertinggal. Yang super maju itu dipersilakan untuk mengembangkan daya saing di internasional, investasi global dan kerja sama level dunia. Tapi yang miskin tetap harus diperhatikan," kata Didik.
Saat mendapat dukungan dari Fraksi Demokrat, Prabowo menyatakan kesiapannya melanjutkan berbagai program pemerintahan presiden SBY yang dibutuhkan dan disukai rakyat.
"Sebagai amanah ungkapan, harapan, dan dorongan semangat untuk meneruskan pembangunan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, saya berharap bisa meneruskan program-program beliau (SBY) jika mendapat mandat dari seluruh rakyat Indonesia pada 9 juli nanti," ujar Prabowo.
Komitmen itu akan terwujud dari program penambahan dua juta hektare lahan untuk menambah pasokan pangan di dalam negeri. Lahan baru itu dipakai untuk menanam berbagai jenis pangan dengan sistem tumpang sari. Program ini diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja baru bagi 12 juta tenaga kerja. (boy/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/23/242039/Prabowo-dan-Jokowi-Sama-sama-Siap-Lanjutkan-Raskin-#
Pemerintah Diminta Kembalikan Peran Bulog
Senin, 23 Juni 2014
Bisnis.com, JAKARTA—Guna menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok untuk jangka panjang, pemerintah diminta mengembalikan peran Bulog dan memberikan kewenangan lebih untuk mengendalikan distribusi dan mengintervensi harga komoditas pokok.
Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) Riza Damanik menilai penting bagi upaya menjaga stabilitas harga pangan strategis jangka panjang dengan mengembalikan peran Bulog dan memberi kewenangan lebih luas.
Bulog, katanya, tidak hanya diberi kewenangan menjaga suplai beras dan menyalurkannya kepada masyarakat miskin, tetapi juga menjaga suplai sejumlah komoditas strategis seperti tepung, gula, minyak sayur, kedelai, dan lain-lain.
“Pemerintah juga harus melakukan intervensi terhadap kebutuhan pokok dengan tidak menyerahkan harga sepenuhnya kepada mekanisme pasar,” katanya belum lama ini.
Intervensi dengan penetapan standar harga untuk sejumlah komoditas pokok dinilai bisa menjaga stabilitas harga jangka panjang. Serta diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani dengan adanya kepastian harga dari pemerintah dan mengurangi impor.
Selama ini, kata Riza, pemerintah sepenuhnya menyerahkan kendali harga kepada mekanisme pasar. Sehingga ketika keran impor dibuka, komoditas dari luar negeri membanjiri pasar domestik dengan harga murah, sehigga petani dalam negeri enggan memproduksi.
Dia menyebutkan lemahnya kontrol pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok, menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap impor. Imbasnya, petani lokal sulit mengembangkan usaha pertanian berbasis kebutuhan pokok karena kalah bersaing dengan komoditas impor.
“Mestinya, kalau mau swasembada dan mengurangi impor, pemerintah harus mau mensubsidi petani dengan kepastian harga produksi mereka. Di Amerika saja, kalau harga pasar anjlok, pemerintahnya tetap membeli produk petani dengan harga pantas, disubsidi,” tuturnya.
Menurutnya, sudah seharusnya menjelang penerapan masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015, pemerintah mengembalikan peran Bulog tidak hanya menyangkut suplai beras, tetapi juga kebutuhan pokok lainnya.
Kartini Samon, Staf Asia Grain, sebuah organisasi sipil di bidang keragaman hayati dan pertanian menilai pemerintah belum memiliki political will yang kuat untuk melindungi petani, sehingga kebijakan yang diambil lebih pro pasar.
Dia mencontohkan pada 1992, Indonesia pernah mengalami swasembada kedelai. Namun kemudian, kebijakan impor membuat kedelai berharga murah dari luar negeri menyerbu pasar domestik, dan membuat produksi dalam negeri turun jauh.
“Penyebabnya, kedelai petani lokal tidak laku karena harga impor lebih murah. Mereka jadi enggan menanam dan produksi jatuh,” katanya.
Saat ini, hingga 70% kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi melalui impor. Padahal, jika pemerintah mau memberikan stimulus lebih luas kepada petani, produksi dalam negeri bisa didongkrak.
Editor : Setyardi Widodo
http://m.bisnis.com/finansial/read/20140623/9/237912/pemerintah-diminta-kembalikan-peran-bulog
Bisnis.com, JAKARTA—Guna menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok untuk jangka panjang, pemerintah diminta mengembalikan peran Bulog dan memberikan kewenangan lebih untuk mengendalikan distribusi dan mengintervensi harga komoditas pokok.
Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ) Riza Damanik menilai penting bagi upaya menjaga stabilitas harga pangan strategis jangka panjang dengan mengembalikan peran Bulog dan memberi kewenangan lebih luas.
Bulog, katanya, tidak hanya diberi kewenangan menjaga suplai beras dan menyalurkannya kepada masyarakat miskin, tetapi juga menjaga suplai sejumlah komoditas strategis seperti tepung, gula, minyak sayur, kedelai, dan lain-lain.
“Pemerintah juga harus melakukan intervensi terhadap kebutuhan pokok dengan tidak menyerahkan harga sepenuhnya kepada mekanisme pasar,” katanya belum lama ini.
Intervensi dengan penetapan standar harga untuk sejumlah komoditas pokok dinilai bisa menjaga stabilitas harga jangka panjang. Serta diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani dengan adanya kepastian harga dari pemerintah dan mengurangi impor.
Selama ini, kata Riza, pemerintah sepenuhnya menyerahkan kendali harga kepada mekanisme pasar. Sehingga ketika keran impor dibuka, komoditas dari luar negeri membanjiri pasar domestik dengan harga murah, sehigga petani dalam negeri enggan memproduksi.
Dia menyebutkan lemahnya kontrol pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok, menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap impor. Imbasnya, petani lokal sulit mengembangkan usaha pertanian berbasis kebutuhan pokok karena kalah bersaing dengan komoditas impor.
“Mestinya, kalau mau swasembada dan mengurangi impor, pemerintah harus mau mensubsidi petani dengan kepastian harga produksi mereka. Di Amerika saja, kalau harga pasar anjlok, pemerintahnya tetap membeli produk petani dengan harga pantas, disubsidi,” tuturnya.
Menurutnya, sudah seharusnya menjelang penerapan masyarakat ekonomi Asean (MEA) 2015, pemerintah mengembalikan peran Bulog tidak hanya menyangkut suplai beras, tetapi juga kebutuhan pokok lainnya.
Kartini Samon, Staf Asia Grain, sebuah organisasi sipil di bidang keragaman hayati dan pertanian menilai pemerintah belum memiliki political will yang kuat untuk melindungi petani, sehingga kebijakan yang diambil lebih pro pasar.
Dia mencontohkan pada 1992, Indonesia pernah mengalami swasembada kedelai. Namun kemudian, kebijakan impor membuat kedelai berharga murah dari luar negeri menyerbu pasar domestik, dan membuat produksi dalam negeri turun jauh.
“Penyebabnya, kedelai petani lokal tidak laku karena harga impor lebih murah. Mereka jadi enggan menanam dan produksi jatuh,” katanya.
Saat ini, hingga 70% kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi melalui impor. Padahal, jika pemerintah mau memberikan stimulus lebih luas kepada petani, produksi dalam negeri bisa didongkrak.
Editor : Setyardi Widodo
http://m.bisnis.com/finansial/read/20140623/9/237912/pemerintah-diminta-kembalikan-peran-bulog
Senin, 23 Juni 2014
Siasati Harga Jelang Ramdhan, TPID Sumut Minta Bulog Percepat Penyaluran Raskin
Senin, 23 Juni 2014
SIAGA.CO -Siasati kenaikan harga pasar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)Sumatera Utara (Sumut) meminta Bulog mempercepat penyaluran beras untuk warga miskin menjelang Ramadhan untuk menekan harga beras di pasar.
“TPID sudah meminta Bulog mempercepat penyaluran raskin agar permintaan beras di pasar tidak melonjak menjelang dan saat Ramadhan sehingga harga tidak naik tajam,” kata Ketua TPID Sumut, Mikael Budisatrio di Medan.
Dia menyebutkan, TPID dewasa ini mengawasi ketat pengadaan, distribusi dan stok sembilan bahak pokok (sembako) untuk pengamanan harga menjelang Ramadhan.
Beberapa produk khususnya beras, gula, daging sapi, daging ayam,cabai merah dan bawang merah adalah barang yang paling dijaga jelang Ramadhan ini karena komoditas itu paling dibutuhkan sehingga rentan dengan fluktuasi harga.
Kepala Bulog Divre Sumut Fasika Khaerul Zaman menyebutkan, Bulog sudah menyalurkan raskin hingga 80 persen dari alokasi.
Bulog sebelumnya juga sudah menyalurkan alokasi untuk November dan Desember.
“Bulog memang berupaya menyalurkan raskin dengan lebih cepat agar masyarakat penerima manfaat tidak kesulitan dan harga di pasar bisa terkendali,” katanya, Minggu.
Adapun stok beras untuk raskin cukup aman hingga empat bulan ke depan. Dia menegaskan, Bulog sendiri bersiap melakukan operasi pasar kalau harga beras melonjak di luar kewajaran.(*)
http://www.siaga.co/news/2014/06/23/siasati-harga-jelang-ramdhan-tpid-sumut-minta-bulog-percepat-penyaluran-raskin-2/
SIAGA.CO -Siasati kenaikan harga pasar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)Sumatera Utara (Sumut) meminta Bulog mempercepat penyaluran beras untuk warga miskin menjelang Ramadhan untuk menekan harga beras di pasar.
“TPID sudah meminta Bulog mempercepat penyaluran raskin agar permintaan beras di pasar tidak melonjak menjelang dan saat Ramadhan sehingga harga tidak naik tajam,” kata Ketua TPID Sumut, Mikael Budisatrio di Medan.
Dia menyebutkan, TPID dewasa ini mengawasi ketat pengadaan, distribusi dan stok sembilan bahak pokok (sembako) untuk pengamanan harga menjelang Ramadhan.
Beberapa produk khususnya beras, gula, daging sapi, daging ayam,cabai merah dan bawang merah adalah barang yang paling dijaga jelang Ramadhan ini karena komoditas itu paling dibutuhkan sehingga rentan dengan fluktuasi harga.
Kepala Bulog Divre Sumut Fasika Khaerul Zaman menyebutkan, Bulog sudah menyalurkan raskin hingga 80 persen dari alokasi.
Bulog sebelumnya juga sudah menyalurkan alokasi untuk November dan Desember.
“Bulog memang berupaya menyalurkan raskin dengan lebih cepat agar masyarakat penerima manfaat tidak kesulitan dan harga di pasar bisa terkendali,” katanya, Minggu.
Adapun stok beras untuk raskin cukup aman hingga empat bulan ke depan. Dia menegaskan, Bulog sendiri bersiap melakukan operasi pasar kalau harga beras melonjak di luar kewajaran.(*)
http://www.siaga.co/news/2014/06/23/siasati-harga-jelang-ramdhan-tpid-sumut-minta-bulog-percepat-penyaluran-raskin-2/
Antisipasi Gejolak Harga Beras, Kemendag Kerja Sama dengan Bulog
Senin, 23 Juni 2014
Bisnis.com, JAKARTA—Jelang Ramadan dan Lebaran, Kementerian Perdagangan telah memastikan keamanan pasokan beras dalam negeri. Sehingga tidak perlu ada kepanikan masyarakat dan melakukan panic buying.
“Kita sudah menjalankan kerja sama dengan Bulog, sehingga pasokan beras dalam negeri kita pastikan aman dan tidak ada kekurangan. Hal ini kita harapkan dapat menjaga harga beras aman dan stabil,” kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamuthi kepada Bisnis.com, Minggu (22/6/2014).
Kerja sama ini merumuskan, kebutuhan pasokan beras yang diinginkan pedagang untuk dijual ke masyarakat, bisa dicukupin dari stok beras di Bulog.
Bayu menambahkan, harga beras bergantung pada musim panen raya di sejumlah wilayah dan sentra beras Indonesia. Saat ini memang telah lewat musim panen raya, jika ada kenaikan sedikit di lapangan, hal ini menurut Bayu wajar. Nanti saat masuk musim panen raya selanjutnya, harga beras akan kembali stabil.
Langkah yang dilakukan Kemendag ini untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga beras, akibat meningkatnya permintaan masyarakat di momen Ramadan dan Lebaran.
Bisnis.com, JAKARTA—Jelang Ramadan dan Lebaran, Kementerian Perdagangan telah memastikan keamanan pasokan beras dalam negeri. Sehingga tidak perlu ada kepanikan masyarakat dan melakukan panic buying.
“Kita sudah menjalankan kerja sama dengan Bulog, sehingga pasokan beras dalam negeri kita pastikan aman dan tidak ada kekurangan. Hal ini kita harapkan dapat menjaga harga beras aman dan stabil,” kata Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamuthi kepada Bisnis.com, Minggu (22/6/2014).
Kerja sama ini merumuskan, kebutuhan pasokan beras yang diinginkan pedagang untuk dijual ke masyarakat, bisa dicukupin dari stok beras di Bulog.
Bayu menambahkan, harga beras bergantung pada musim panen raya di sejumlah wilayah dan sentra beras Indonesia. Saat ini memang telah lewat musim panen raya, jika ada kenaikan sedikit di lapangan, hal ini menurut Bayu wajar. Nanti saat masuk musim panen raya selanjutnya, harga beras akan kembali stabil.
Langkah yang dilakukan Kemendag ini untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan harga beras, akibat meningkatnya permintaan masyarakat di momen Ramadan dan Lebaran.
Mau stabilisasi harga efektif, Bulog wajib kuasai pangan minimal 25%
Minggu, 22 Juni 2014
JAKARTA, kabarbisnis.com: Fungsi Perum Bulog harus ditinjau ulang kembali. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut baru dapat berjalan efektif apabila menguasai stok pangan minimal 25% dari kebutuhan.
Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PSPI) Arif Satria mengatakan, akses masyarakat memperoleh pangan dapat terjangkau, apabila stabilisasi harga pangan itu dilakukan pemerintah. Caranya, melalui penguatan peran Bulog menstabilisasi harga dan pasar. Untuk itu, pengembalian peran Bulog sebagai stabilisasi harga pangan sangat penting.
Ini mendesak. Bukan peran Bulog yang ada sekarang ini, tukas Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB ) itu, kemarin.
Menurut Arif, Bulog kedepan harus menjadi salah satu lembaga pangan yang kuat, ini semata mata untuk mewujudkan edaulatan pangan. Khusus pangan strategis. Bulog harus diberikan tugas menyerap 25-50%. Hanya dengan cara seperti itu, Bulog baru mampu menstabilkan pasokan dan harga pangan strategis, kata dia.
Arif mengingatkan, Bulog yang kuat merupakan instrumen penting dalam keberhasilan subsidi output pertanian. Karenanya, siapapun para calon presiden yang akan terpilih menjadi Presiden RI mendatang ,haruslah konsisteng memegang janji selama kampanye untuk memprioritaskan sector pertanian sebagai pilar ekonomi bangsa.
Untuk diketahui, penugasan pemerintah kepada Perum Bulog untuk berperan sebagai stabilitasi harga pangan yang dibiayai oleh APBN hanya pada komoditas beras.Namun, dalam pelaksanannya, Bulog membiayai terlebih dahulu dari pembiayaan bank melalui kredit komersial.
Dirut Perum Bulog Sutarto Alimuso dalam sebuah kesempatan, untuk komoditas beras, penguasaan stok beras baru 7-8% dari produksi beras nasional.Sementara, untuk komoditas gula dan kedelai, Bulog membiayai murni dari internal perseroan yang dibiayai kredit komersial perbankan.kbc11
http://www.kabarbisnis.com/read/2848293
JAKARTA, kabarbisnis.com: Fungsi Perum Bulog harus ditinjau ulang kembali. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut baru dapat berjalan efektif apabila menguasai stok pangan minimal 25% dari kebutuhan.
Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PSPI) Arif Satria mengatakan, akses masyarakat memperoleh pangan dapat terjangkau, apabila stabilisasi harga pangan itu dilakukan pemerintah. Caranya, melalui penguatan peran Bulog menstabilisasi harga dan pasar. Untuk itu, pengembalian peran Bulog sebagai stabilisasi harga pangan sangat penting.
Ini mendesak. Bukan peran Bulog yang ada sekarang ini, tukas Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB ) itu, kemarin.
Menurut Arif, Bulog kedepan harus menjadi salah satu lembaga pangan yang kuat, ini semata mata untuk mewujudkan edaulatan pangan. Khusus pangan strategis. Bulog harus diberikan tugas menyerap 25-50%. Hanya dengan cara seperti itu, Bulog baru mampu menstabilkan pasokan dan harga pangan strategis, kata dia.
Arif mengingatkan, Bulog yang kuat merupakan instrumen penting dalam keberhasilan subsidi output pertanian. Karenanya, siapapun para calon presiden yang akan terpilih menjadi Presiden RI mendatang ,haruslah konsisteng memegang janji selama kampanye untuk memprioritaskan sector pertanian sebagai pilar ekonomi bangsa.
Untuk diketahui, penugasan pemerintah kepada Perum Bulog untuk berperan sebagai stabilitasi harga pangan yang dibiayai oleh APBN hanya pada komoditas beras.Namun, dalam pelaksanannya, Bulog membiayai terlebih dahulu dari pembiayaan bank melalui kredit komersial.
Dirut Perum Bulog Sutarto Alimuso dalam sebuah kesempatan, untuk komoditas beras, penguasaan stok beras baru 7-8% dari produksi beras nasional.Sementara, untuk komoditas gula dan kedelai, Bulog membiayai murni dari internal perseroan yang dibiayai kredit komersial perbankan.kbc11
http://www.kabarbisnis.com/read/2848293
Minggu, 22 Juni 2014
150 Juta Rakyat RI Konsumsi Makanan Impor
Sabtu, 21 Juni 2014
Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi V DPR Fary Djemi Francis mengatakan, berbagai kebijakan yang digalakkan pemerintah hingga saat ini masih belum berhasil mengatasi masalah ketersediaan pangan di Tanah Air. Itu karena sebagian besar pasokan pangan di Indonesia masih bergantung pada impor.
Menurut Fary, pemerintah dengan segala kebijakan dan berbagai programnya hanya mampu mencukupi kebutuhan pangan 100 juta jiwa rakyat Indonesia.
"Kita kan tahu sekarang jumlah penduduk Indonesia sudah 250 juta lebih. Artinya 150 juta lainnya masih tergantung pada impor," terangnya dalam acara Bedah Visi Misi Capres 2014 Bidang Ekonomi Pertanian di Jakarta, Sabtu (21/6/2016).
Menurutnya, ketergantungan impor pangan Indonesia telah melebar ke berbagai komoditas. Padahal mengutip apa yang dikatakan Soekarno, menurutnya hidup mati rakyat Indonesia tergantung pada pangan.
"Sekarang ini semua kita impor, beras, gandum, jagung, sapi, sampai garam pun kita harus impor," tukasnya.
Lebih dari itu, dia juga menyayangkan, sebagai negara maritim ternyata pemerintah masih perlu mengimpor ikan. Selebihnya, dia berharap pemerintah yang baru dapat mengatasi ketergantungan impor pangan Indonesia yang terus meningkat tersebut. (Sis/Nrm)
(Nurmayanti)
http://bisnis.liputan6.com/read/2066779/150-juta-rakyat-ri-konsumsi-makanan-impor
Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi V DPR Fary Djemi Francis mengatakan, berbagai kebijakan yang digalakkan pemerintah hingga saat ini masih belum berhasil mengatasi masalah ketersediaan pangan di Tanah Air. Itu karena sebagian besar pasokan pangan di Indonesia masih bergantung pada impor.
Menurut Fary, pemerintah dengan segala kebijakan dan berbagai programnya hanya mampu mencukupi kebutuhan pangan 100 juta jiwa rakyat Indonesia.
"Kita kan tahu sekarang jumlah penduduk Indonesia sudah 250 juta lebih. Artinya 150 juta lainnya masih tergantung pada impor," terangnya dalam acara Bedah Visi Misi Capres 2014 Bidang Ekonomi Pertanian di Jakarta, Sabtu (21/6/2016).
Menurutnya, ketergantungan impor pangan Indonesia telah melebar ke berbagai komoditas. Padahal mengutip apa yang dikatakan Soekarno, menurutnya hidup mati rakyat Indonesia tergantung pada pangan.
"Sekarang ini semua kita impor, beras, gandum, jagung, sapi, sampai garam pun kita harus impor," tukasnya.
Lebih dari itu, dia juga menyayangkan, sebagai negara maritim ternyata pemerintah masih perlu mengimpor ikan. Selebihnya, dia berharap pemerintah yang baru dapat mengatasi ketergantungan impor pangan Indonesia yang terus meningkat tersebut. (Sis/Nrm)
(Nurmayanti)
http://bisnis.liputan6.com/read/2066779/150-juta-rakyat-ri-konsumsi-makanan-impor
Jumat, 20 Juni 2014
Bulog Antisipasi Kenaikan Harga Sembako
Jumat, 20 Juni 2014
SEMARANG, suaramerdeka.com - Sementara itu, untuk mengatasi kenaikan harga sembako serta daging sapi Bulog Divisi Regional Jateng akan turut mengambil langkah.
''Kami akan memenuhi kebutuhan daging sapi dengan harga lebih murah dibandingkan yang ada di pasaran. Caranya dengan menyiapkan daging yang berasal dari impor Australia,'' ungkap Kepala Bulog Divre Jateng Damin Hartono.
Menurutnya, meski daging sapi Australia harganya lebih murah tetapi secara kualitas juga baik. Per kilogram daging sapi Australia seharga Rp 65ribu hingga Rp 80ribu. ''Kondisi itu lebih murah dibanding daging sapi lokal yang mencapai Rp 90ribu per kilogram,'' imbuhnya.
Sekarang ini total stok daging sapi mencapai 200 ton dan berada di Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan Jateng, tidak ada pembatasan permintaan.
Selain menjamin stok daging sapi dan menawarkan harga yang lebih murah Bulog juga menjamin stok beras jenis medium dan premium mencukupi hingga delapan bulan ke depan.
''Untuk stok jenis medium sejauh ini mencapai 280 ribu ton yang tersebar di 43 komplek gudang beras seluruh Jateng sedangkan untuk jenis premium stoknya tak terhingga. Sedangkan, khusus untuk jenis premium kami menyediakan di setiap Bulogmart yang ada di hampir setiap daerah di Jateng'' katanya.
( Fista Novianti / CN34 / SMNetwork )
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2014/06/20/206476/Bulog-Antisipasi-Kenaikan-Harga-Sembako-
SEMARANG, suaramerdeka.com - Sementara itu, untuk mengatasi kenaikan harga sembako serta daging sapi Bulog Divisi Regional Jateng akan turut mengambil langkah.
''Kami akan memenuhi kebutuhan daging sapi dengan harga lebih murah dibandingkan yang ada di pasaran. Caranya dengan menyiapkan daging yang berasal dari impor Australia,'' ungkap Kepala Bulog Divre Jateng Damin Hartono.
Menurutnya, meski daging sapi Australia harganya lebih murah tetapi secara kualitas juga baik. Per kilogram daging sapi Australia seharga Rp 65ribu hingga Rp 80ribu. ''Kondisi itu lebih murah dibanding daging sapi lokal yang mencapai Rp 90ribu per kilogram,'' imbuhnya.
Sekarang ini total stok daging sapi mencapai 200 ton dan berada di Jakarta. Untuk memenuhi kebutuhan Jateng, tidak ada pembatasan permintaan.
Selain menjamin stok daging sapi dan menawarkan harga yang lebih murah Bulog juga menjamin stok beras jenis medium dan premium mencukupi hingga delapan bulan ke depan.
''Untuk stok jenis medium sejauh ini mencapai 280 ribu ton yang tersebar di 43 komplek gudang beras seluruh Jateng sedangkan untuk jenis premium stoknya tak terhingga. Sedangkan, khusus untuk jenis premium kami menyediakan di setiap Bulogmart yang ada di hampir setiap daerah di Jateng'' katanya.
( Fista Novianti / CN34 / SMNetwork )
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2014/06/20/206476/Bulog-Antisipasi-Kenaikan-Harga-Sembako-
Kansilog Bulog Rantauprapat Buka Bulogmart
Jumat, 20 Juni 2014
Rantauprapat (SIB)- Kantor Seksi Logistik (Kansilog) Badan Urusan Logistik (Bulog) di Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu menggelar Bulogmart, Kamis (19/6) di Jalan KH Dewantara Rantauprapat. Bulogmart ini akan dibuka setiap hari.
"Program ini bertujuan menstabilkan harga bahan-bahan pokok agar timbul kenyamanan di tengah-tengah masyarakat," kata Kepala Kansilog Rantauprapat Rifmad Pinayungan di sela-sela pembukaan Bulogmart tersebut.
Sebagai contoh, katanya, beras cap bunga kemasan 10 Kg akan dijual seharga Rp 95.000, beras padi unggul 10 Kg Rp 100 ribu, beras Reog 10 Kg Rp 95.000. Gula putih 1 Kg Rp 12.000, minyak goreng Bimoli Spesial 1 liter Rp 16.000, susu kaleng bendera coklat 385 gr Rp 9.250, teh celup sari wangi 25 saset Rp 4.750. Blue band saset 200 gr Rp 6.100. Sabun lifebuoy botol 100 ml Rp 5000 dan Rinso anti noda 900 gr Rp 17.250.
Dia menjelaskan, program ini dilaksanakan sesuai Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2013, untuk menjamin keberadaan Sembako serta mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok yang memberatkan masyarakat, terlebih memasuki hari besar, Ramadhan dan Lebaran serta hari besar lainnya.
"Nantinya, Bulogmart Kansilog Rantauprapat akan menjual berbagai keperluan sehari-hari warga yang harganya lebih murah dibanding harga pasar, seperti yang ada saat ini," sebutnya.
Bulogmart akan menjual berbagai jenis beras ukuran 10 kilogram, gula, minyak goreng curah, makanan dan minuman, margarine, perlengkapan mandi serta deterjen dan pembersih lantai.
Kepala Divisi Regional (Divre) Sumatera Utara (Sumut) Fasika Khairul Zaman menjelaskan bahwa Bulog juga akan menerima hasil komoditi petani untuk kembali dipasarkan ke tengah-tengah masyarakat melalui Bulogmart.
"Mulai saat ini kita siap menerima hasil dari petani dan pembelian kita harganya bersaing," katanya.
Dalam pembelian dari petani, tambahnya, harga yang ditetapkan pastinya mampu bersaing dengan pembeli lainnya.
Menanggapi sikap perusahaan umum (Perum) Bulog itu, sejumlah ibu rumah tangga mengharapkan Bulogmart dapat terus bertahan dan memberikan harga yang terjangkau agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat.
"Kalau ibu-ibu rumah tangga sebenarnya dari dulu maunya dibuka program seperti ini, karena harganya lebih murah. Selain itu, hendaknya kalau para distributor membeli jangan dilayani agar harga tetap aman," pinta Maryati (42), Salsabilah (32) dan Erni (27) warga Rantauprapat. (D9/q)
Rantauprapat (SIB)- Kantor Seksi Logistik (Kansilog) Badan Urusan Logistik (Bulog) di Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu menggelar Bulogmart, Kamis (19/6) di Jalan KH Dewantara Rantauprapat. Bulogmart ini akan dibuka setiap hari.
"Program ini bertujuan menstabilkan harga bahan-bahan pokok agar timbul kenyamanan di tengah-tengah masyarakat," kata Kepala Kansilog Rantauprapat Rifmad Pinayungan di sela-sela pembukaan Bulogmart tersebut.
Sebagai contoh, katanya, beras cap bunga kemasan 10 Kg akan dijual seharga Rp 95.000, beras padi unggul 10 Kg Rp 100 ribu, beras Reog 10 Kg Rp 95.000. Gula putih 1 Kg Rp 12.000, minyak goreng Bimoli Spesial 1 liter Rp 16.000, susu kaleng bendera coklat 385 gr Rp 9.250, teh celup sari wangi 25 saset Rp 4.750. Blue band saset 200 gr Rp 6.100. Sabun lifebuoy botol 100 ml Rp 5000 dan Rinso anti noda 900 gr Rp 17.250.
Dia menjelaskan, program ini dilaksanakan sesuai Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2013, untuk menjamin keberadaan Sembako serta mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok yang memberatkan masyarakat, terlebih memasuki hari besar, Ramadhan dan Lebaran serta hari besar lainnya.
"Nantinya, Bulogmart Kansilog Rantauprapat akan menjual berbagai keperluan sehari-hari warga yang harganya lebih murah dibanding harga pasar, seperti yang ada saat ini," sebutnya.
Bulogmart akan menjual berbagai jenis beras ukuran 10 kilogram, gula, minyak goreng curah, makanan dan minuman, margarine, perlengkapan mandi serta deterjen dan pembersih lantai.
Kepala Divisi Regional (Divre) Sumatera Utara (Sumut) Fasika Khairul Zaman menjelaskan bahwa Bulog juga akan menerima hasil komoditi petani untuk kembali dipasarkan ke tengah-tengah masyarakat melalui Bulogmart.
"Mulai saat ini kita siap menerima hasil dari petani dan pembelian kita harganya bersaing," katanya.
Dalam pembelian dari petani, tambahnya, harga yang ditetapkan pastinya mampu bersaing dengan pembeli lainnya.
Menanggapi sikap perusahaan umum (Perum) Bulog itu, sejumlah ibu rumah tangga mengharapkan Bulogmart dapat terus bertahan dan memberikan harga yang terjangkau agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat.
"Kalau ibu-ibu rumah tangga sebenarnya dari dulu maunya dibuka program seperti ini, karena harganya lebih murah. Selain itu, hendaknya kalau para distributor membeli jangan dilayani agar harga tetap aman," pinta Maryati (42), Salsabilah (32) dan Erni (27) warga Rantauprapat. (D9/q)
Kamis, 19 Juni 2014
Bulog Belum Akan Impor Beras
Rabu, 18 Juni 2014
JAKARTA- Tahun ini, Perum Bulog belum berencana mengimpor beras. Stok di gudang seluruh Indonesia masih cukup sampai akhir tahun. Demikian ditegaskan Direktur Utama Sutarto Alimoeso dalam rapat kerja dengan Komisi IVDPR di Gedung DPR Senayan, Jakarta, kemarin. Selain stok cukup untuk enam bulan ke depan, menurut dia, produksi dalam negeri masih dapat memenuhi permintaan pengadaan Bulog.
“Sampai saat ini pasokan mencapai 1,7 juta ton,’’tuturnya. Sutarto mengakui dalam penyerapan beras petani ada kendala, misalnya musim tanam mundur serta banjir. Walaupun terkendala, diyakini penyerapan bisa maksimal. “Biasanya, terjadi kendala serapan pada akhir tahun atau awal tahun berikutnya.
Ada musim paceklik, tetapi pengalaman menunjukkan penyerapan tetap maksimal,” jelasnya. Setiap bulan, pihaknya mendistribusikan beras untuk rumah tangga sasaran penerima manfaat yang tersebar di seluruh Tanah Air. Selain raskin, stok Bulog untuk ketahanan pangan.
Operasi Pasar
Perum Bulog juga berencana terus menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga sejumlah bahan pangan. Kegiatan itu diutamakan di wilayah-wilayah yang bukan sentra produksi pangan. “Semua minta operasi pasar. Kami utamakan di daerah yang bukan produsen,” tegas Sutarto. Produk yang dijual dalam operasi pasar, kata dia, di antaranya beras, gula, dan daging sapi. Harga jualnya lebih murah daripada ratarata harga pasar.
Namun, lanjut dia, pelaksanaan operasi pasar harus memperhatikan beberapa faktor, contohnya biaya produksi dan distribusi, agar tidak merusak harga pasar. Sutarto belum bisa menyebutkan daerah mana saja yang akan menjadi sasaran operasi pasar. “Sudah jalan, tetapi tidak kami sebutkan.
Tergantung daerah yang meminta,” ujarnya. Operasi pasar, menurut dia, bertujuan mengendalikan harga kebutuhan pokok, khususnya memasuki Ramadhan sampai Idul Fitri. Sejak 2005, tutur dia, ada kecenderungan makin jauh harga beras yang dijual dengan harga pembelian pemerintah (HPP) karena terjadi paceklik. Itulah yang dikendalikan supaya harga tetap stabil.( wa,dtc-29)
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/06/18/264760
JAKARTA- Tahun ini, Perum Bulog belum berencana mengimpor beras. Stok di gudang seluruh Indonesia masih cukup sampai akhir tahun. Demikian ditegaskan Direktur Utama Sutarto Alimoeso dalam rapat kerja dengan Komisi IVDPR di Gedung DPR Senayan, Jakarta, kemarin. Selain stok cukup untuk enam bulan ke depan, menurut dia, produksi dalam negeri masih dapat memenuhi permintaan pengadaan Bulog.
“Sampai saat ini pasokan mencapai 1,7 juta ton,’’tuturnya. Sutarto mengakui dalam penyerapan beras petani ada kendala, misalnya musim tanam mundur serta banjir. Walaupun terkendala, diyakini penyerapan bisa maksimal. “Biasanya, terjadi kendala serapan pada akhir tahun atau awal tahun berikutnya.
Ada musim paceklik, tetapi pengalaman menunjukkan penyerapan tetap maksimal,” jelasnya. Setiap bulan, pihaknya mendistribusikan beras untuk rumah tangga sasaran penerima manfaat yang tersebar di seluruh Tanah Air. Selain raskin, stok Bulog untuk ketahanan pangan.
Operasi Pasar
Perum Bulog juga berencana terus menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga sejumlah bahan pangan. Kegiatan itu diutamakan di wilayah-wilayah yang bukan sentra produksi pangan. “Semua minta operasi pasar. Kami utamakan di daerah yang bukan produsen,” tegas Sutarto. Produk yang dijual dalam operasi pasar, kata dia, di antaranya beras, gula, dan daging sapi. Harga jualnya lebih murah daripada ratarata harga pasar.
Namun, lanjut dia, pelaksanaan operasi pasar harus memperhatikan beberapa faktor, contohnya biaya produksi dan distribusi, agar tidak merusak harga pasar. Sutarto belum bisa menyebutkan daerah mana saja yang akan menjadi sasaran operasi pasar. “Sudah jalan, tetapi tidak kami sebutkan.
Tergantung daerah yang meminta,” ujarnya. Operasi pasar, menurut dia, bertujuan mengendalikan harga kebutuhan pokok, khususnya memasuki Ramadhan sampai Idul Fitri. Sejak 2005, tutur dia, ada kecenderungan makin jauh harga beras yang dijual dengan harga pembelian pemerintah (HPP) karena terjadi paceklik. Itulah yang dikendalikan supaya harga tetap stabil.( wa,dtc-29)
http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/cetak/2014/06/18/264760
Harapan DPR Terhadap Misi Bulog
Rabu, 18 Juni 2014
Diharapkan dapat mengantisipasi terhadap kecukupan ketahanan pangan.
VIVAnews – Dalam rangka mengemban misinya, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) diharapkan dapat mengantisipasi dengan mengusulkan atau menganggarkan terhadap kecukupan ketahanan pangan untuk rakyat miskin agar memenuhi ketersediaan raskin dan sebagai stabilator harga.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IV dengan Perum Bulog, Selasa 17 Juni 2014, di Gedung Parlemen jakarta.
Selain itu, DPR RI dalam hal ini Komisi IV mengaspresiasi atas penyaluran realisasi penyaluran raskin sampai dengan 16 Juni 2014 sebesar 1.621.989.000 kg atau 58,02 persen dari pagu raskin tahun 2014 sebesar 2.795.561.460 kg. “Sampai saat ini bulog telah 50 persen lebih menyerap anggaran, saya melihat kesungguhan bulog dalam menyalurkan raskin ini dari berbagai aspek, selain serapannya juga dari sisi kualitas, dan menjaga tingkat harga supaya tidak terjadi kejolak harga pangan pokok,”kata Herman.
Herman menjelaskan, penyerapan luar biasa dari 12 kali penyaluran di bulan Februari dan Maret karena saat itu terjadi fluktuasi harga, dan bulog selain memberikan dan melaksanakan tugas untuk memenuhi ketahanan pangan, juga sebagai stabilator harga. Penyaluran dilakukan double di bulan Februari-Maret sehingga diusulkan harus direncanakan sejak awal bahwa untuk raskin harus diberikan lebih 12 kali.
“Ini karena tugas Bulog bukan hanya memenuhi terhadap kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin yang diprediksi dalam 12 bulan jika tidak terjadi fluktuasi harga, kalau terjadi fluktuasi harga salah satu fungsinya adalah sebagai stabilator harga harus mempersiapkan untuk bisa menstabilkan harga terutama harga pangan pokok,” jelasnya.
Ini prestasi yang harus dijaga, dia berharap pemerintahan yang akan datang dapat melanjutkan program positif ini. Untuk ke depan tentunya harus diantisipasi dengan menganggarkan kecukupan dalam rangka mengemban dua misi tersebut yaitu, ketahanan pangan untuk rakyat miskin memenuhi ketersediaan raskin dan kedua sebagai stabilator harga, ujar Herman.
“Kami di Komisi IV mengusulkan bukan hanya 12 kali penyaluran tapi 14 kali penyaluran, yang ini merupakan 2 bulan antisipatif jika terjadi gejolak harga bahan pokok,” katanya.
Jika hal tersebut ada, maka menurut politisi Partai Demokrat ini, diperkirakan visi misi yang diemban bulog sebagai institusi negara dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Namun hal ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan.
Herman juga mengatakan, sistem distribusi dari titik distribusi kepada titik bagi ini adalah titik rawan. Titik rawan yang selama ini harus betul-betul dipantau serta dikawal. Bulog bukan saja menyalurkan sampai kepada tingkat distribusi kecamatan, tetapi sampai kepada titik bagi yaitu langsung kepada masyarakat.
Ketetapan yang sudah ditentukan bersama dalam rapat komisi bidang pangan ini, masyarakat menerima sebesar 15 kg dengan 12 kali penyaluran dan seharga Rp1.600, dan harus dipastikan bisa sampai kepada masyarakat sesuai ketentuan tersebut.
Selain itu, terkait Badan Otoritas Pangan yang telah diamanatkan dan harus dibentuk pada tahun 2015 dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, ia mengharapkan hla ini dapat menjadi platform pembangunan pertanian kedepan oleh para Calon Presiden (Capres), sehingga menjadi komitmen mereka dalam mewujudkan badan otoritas pangan yang sudah diamanatkan dalam UU pangan tersebut.
“Bulog sangat siap untuk ditugaskan atau didelegasikan oleh pemerintah menjadi Badan Pangan, karena Bulog sebelumnya adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian,” imbuhnya.
http://politik.news.viva.co.id/news/read/513728-harapan-dpr-terhadap-misi-bulog
Diharapkan dapat mengantisipasi terhadap kecukupan ketahanan pangan.
VIVAnews – Dalam rangka mengemban misinya, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) diharapkan dapat mengantisipasi dengan mengusulkan atau menganggarkan terhadap kecukupan ketahanan pangan untuk rakyat miskin agar memenuhi ketersediaan raskin dan sebagai stabilator harga.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IV dengan Perum Bulog, Selasa 17 Juni 2014, di Gedung Parlemen jakarta.
Selain itu, DPR RI dalam hal ini Komisi IV mengaspresiasi atas penyaluran realisasi penyaluran raskin sampai dengan 16 Juni 2014 sebesar 1.621.989.000 kg atau 58,02 persen dari pagu raskin tahun 2014 sebesar 2.795.561.460 kg. “Sampai saat ini bulog telah 50 persen lebih menyerap anggaran, saya melihat kesungguhan bulog dalam menyalurkan raskin ini dari berbagai aspek, selain serapannya juga dari sisi kualitas, dan menjaga tingkat harga supaya tidak terjadi kejolak harga pangan pokok,”kata Herman.
Herman menjelaskan, penyerapan luar biasa dari 12 kali penyaluran di bulan Februari dan Maret karena saat itu terjadi fluktuasi harga, dan bulog selain memberikan dan melaksanakan tugas untuk memenuhi ketahanan pangan, juga sebagai stabilator harga. Penyaluran dilakukan double di bulan Februari-Maret sehingga diusulkan harus direncanakan sejak awal bahwa untuk raskin harus diberikan lebih 12 kali.
“Ini karena tugas Bulog bukan hanya memenuhi terhadap kebutuhan pangan pokok masyarakat miskin yang diprediksi dalam 12 bulan jika tidak terjadi fluktuasi harga, kalau terjadi fluktuasi harga salah satu fungsinya adalah sebagai stabilator harga harus mempersiapkan untuk bisa menstabilkan harga terutama harga pangan pokok,” jelasnya.
Ini prestasi yang harus dijaga, dia berharap pemerintahan yang akan datang dapat melanjutkan program positif ini. Untuk ke depan tentunya harus diantisipasi dengan menganggarkan kecukupan dalam rangka mengemban dua misi tersebut yaitu, ketahanan pangan untuk rakyat miskin memenuhi ketersediaan raskin dan kedua sebagai stabilator harga, ujar Herman.
“Kami di Komisi IV mengusulkan bukan hanya 12 kali penyaluran tapi 14 kali penyaluran, yang ini merupakan 2 bulan antisipatif jika terjadi gejolak harga bahan pokok,” katanya.
Jika hal tersebut ada, maka menurut politisi Partai Demokrat ini, diperkirakan visi misi yang diemban bulog sebagai institusi negara dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Namun hal ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan.
Herman juga mengatakan, sistem distribusi dari titik distribusi kepada titik bagi ini adalah titik rawan. Titik rawan yang selama ini harus betul-betul dipantau serta dikawal. Bulog bukan saja menyalurkan sampai kepada tingkat distribusi kecamatan, tetapi sampai kepada titik bagi yaitu langsung kepada masyarakat.
Ketetapan yang sudah ditentukan bersama dalam rapat komisi bidang pangan ini, masyarakat menerima sebesar 15 kg dengan 12 kali penyaluran dan seharga Rp1.600, dan harus dipastikan bisa sampai kepada masyarakat sesuai ketentuan tersebut.
Selain itu, terkait Badan Otoritas Pangan yang telah diamanatkan dan harus dibentuk pada tahun 2015 dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, ia mengharapkan hla ini dapat menjadi platform pembangunan pertanian kedepan oleh para Calon Presiden (Capres), sehingga menjadi komitmen mereka dalam mewujudkan badan otoritas pangan yang sudah diamanatkan dalam UU pangan tersebut.
“Bulog sangat siap untuk ditugaskan atau didelegasikan oleh pemerintah menjadi Badan Pangan, karena Bulog sebelumnya adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian,” imbuhnya.
http://politik.news.viva.co.id/news/read/513728-harapan-dpr-terhadap-misi-bulog
Bulog Timika Minta Jaminan Keamanan Salurkan Raskin
Rabu, 18 Juni 2014
Timika (Antara News) - Kantor Seksi Logistik (Bulog) Timika, Papua meminta jaminan keamanan dari aparat kepolisian setempat dalam hal penyaluran jatah beras untuk masyarakat miskin (raskin) ke wilayah-wilayah yang rawan konflik.
Kepala Kantor Seksi Logistik Timika, Ibrahim Waroy kepada Antara di Timika, Rabu mengatakan jaminan keamanan itu diperlukan agar penyaluran raskin bisa tepat sasaran sampai kepada mereka yang membutuhkan.
Pada Rabu siang, empat mobil pick-up yang mengangkut 11 ton jatah raskin Kampung Wangirja (SP9) dicegat oleh warga Kampung Limau Asri (SP5).
Warga SP5 memaksa supir untuk menurunkan raskin di kampung mereka. Meski sudah diberi penjelasan bahwa raskin tersebut merupakan jatah warga Kampung SP9 yang sudah ditebus ke Bulog Timika, namun warga SP5 tetap ngotot untuk menurunkan beras program pemerintah itu.
"Ada beras raskin SP9 yang diambil warga SP5 sebanyak 1 ton 440 kilogram. Mereka menurunkan secara paksa dari dalam mobil. Melihat kondisi itu, dua mobil lainnya berbalik arah kembali ke Timika," jelas Ibrahim.
Menurut dia, semenjak terjadi konflik antarkelompok warga di Djayanti sejak Januari 2014, mekanisme penyaluran raskin ke kampung-kampung di sekitar itu diubah.
Sebelumnya, setiap kampung (desa) datang mengambil sendiri jatah raskin mereka di Kantor Bulog Timika. Namun selama terjadi konflik di Djayanti, penyaluran raskin ke kampung-kampung sekitar itu langsung dilakukan oleh staf Bulog Timika.
Kampung-kampung sekitar area konflik Djayanti terletak di Distrik Kuala Kencana, Distrik Iwaka dan Distrik Kwamki Narama meliputi Limau Asri (SP9), Naena Muktipura (SP6), Mulia Kencana (SP7), Wangirja (SP9), Utikini Baru (SP12), Bhintuka (SP13) dan Kwamki Lama.
"Mereka tidak berani datang mengambil raskin di Kantor Bulog karena faktor keamanan. Kita mengantisipasinya dengan mengantar langsung ke lokasi. Setelah raskin tiba di lokasi, barulah mereka tebus biayanya," ujar Irahim.
Terkait kasus yang terjadi di SP5 pada Rabu siang itu, pihak Bulog Timika akan berkoordinasi dengan Polres Mimika untuk dapat memberikan jaminan keamanan saat distribusi raskin ke kampung-kampung sekitar area konflik Djayanti.
"Tentu ini persoalan cukup berat. Kami akan berkoordinasi dengan Polres Mimika sehingga ke depan ada pengamanan dari kepolisian saat pendistribusian raskin ke kampung-kampung tersebut. Dengan adanya peristiwa di SP5 itu, staf maupun supir tidak berani lagi mengantar jatah raskin karena takut dicegat di tengah jalan," tutur Ibrahim sembari mengatakan peristiwa seperti itu baru pertama kali terjadi di Timika sejak adanya program penyaluran raskin.
Selain berkoordinasi dengan Polres Mimika, pihak Bulog Timika juga akan berkoordinasi dengan aparat Pemerintah Distrik Iwaka dan Pemerintah Kampung Limau Asri (SP5) agar jatah raskin Kampung SP5 yang belum ditebus dialihkan sebagian ke Kampung Wangirja (SP9).
"Kita akan cari solusi seperti apa melalui koordinasi dengan Kepala Distrik Iwaka dan Kepala Kampung SP5 mengingat warga SP5 sudah mengambil sebagian jatah raskin Kampung SP9," tutur Ibrahim.
Sebagaimana diketahui, konflik di kawasan Djayanti-Mayon Distrik Kuala Kencana melibatkan warga Suku Dani-Damal dengan warga Suku Moni-Amungme.
Konflik tersebut meletus sejak 29 Januari 2014 dipicu oleh sengketa perebutan tanah hak ulayat di sekitar Kali Pindah-pindah Jalan Trans Timika-Paniai.
Selama konflik berlangsung, tercatat lebih dari 20 warga dari kedua kelompok tewas, tidak terhitung jumlah korban luka dan kerugian material lainnya seperti rumah dibakar dan lainnya.
Meski Pemprov Papua, Pemkab Mimika dan jajaran Muspida setempat telah memediasi kedua kelompok untuk berdamai melalui prosesi adat 'patah panah' pada 11 Juni 2014, namun warga yang bertikai sampai saat ini masih terus berjaga-jaga.
Apalagi pascaperdamaian, sejumlah warga dari kedua kelompok ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa dengan kondisi yang mengenaskan.
http://www.antarasultra.com/berita/272305/bulog-timika-minta-jaminan-keamanan-salurkan-raskin
Timika (Antara News) - Kantor Seksi Logistik (Bulog) Timika, Papua meminta jaminan keamanan dari aparat kepolisian setempat dalam hal penyaluran jatah beras untuk masyarakat miskin (raskin) ke wilayah-wilayah yang rawan konflik.
Kepala Kantor Seksi Logistik Timika, Ibrahim Waroy kepada Antara di Timika, Rabu mengatakan jaminan keamanan itu diperlukan agar penyaluran raskin bisa tepat sasaran sampai kepada mereka yang membutuhkan.
Pada Rabu siang, empat mobil pick-up yang mengangkut 11 ton jatah raskin Kampung Wangirja (SP9) dicegat oleh warga Kampung Limau Asri (SP5).
Warga SP5 memaksa supir untuk menurunkan raskin di kampung mereka. Meski sudah diberi penjelasan bahwa raskin tersebut merupakan jatah warga Kampung SP9 yang sudah ditebus ke Bulog Timika, namun warga SP5 tetap ngotot untuk menurunkan beras program pemerintah itu.
"Ada beras raskin SP9 yang diambil warga SP5 sebanyak 1 ton 440 kilogram. Mereka menurunkan secara paksa dari dalam mobil. Melihat kondisi itu, dua mobil lainnya berbalik arah kembali ke Timika," jelas Ibrahim.
Menurut dia, semenjak terjadi konflik antarkelompok warga di Djayanti sejak Januari 2014, mekanisme penyaluran raskin ke kampung-kampung di sekitar itu diubah.
Sebelumnya, setiap kampung (desa) datang mengambil sendiri jatah raskin mereka di Kantor Bulog Timika. Namun selama terjadi konflik di Djayanti, penyaluran raskin ke kampung-kampung sekitar itu langsung dilakukan oleh staf Bulog Timika.
Kampung-kampung sekitar area konflik Djayanti terletak di Distrik Kuala Kencana, Distrik Iwaka dan Distrik Kwamki Narama meliputi Limau Asri (SP9), Naena Muktipura (SP6), Mulia Kencana (SP7), Wangirja (SP9), Utikini Baru (SP12), Bhintuka (SP13) dan Kwamki Lama.
"Mereka tidak berani datang mengambil raskin di Kantor Bulog karena faktor keamanan. Kita mengantisipasinya dengan mengantar langsung ke lokasi. Setelah raskin tiba di lokasi, barulah mereka tebus biayanya," ujar Irahim.
Terkait kasus yang terjadi di SP5 pada Rabu siang itu, pihak Bulog Timika akan berkoordinasi dengan Polres Mimika untuk dapat memberikan jaminan keamanan saat distribusi raskin ke kampung-kampung sekitar area konflik Djayanti.
"Tentu ini persoalan cukup berat. Kami akan berkoordinasi dengan Polres Mimika sehingga ke depan ada pengamanan dari kepolisian saat pendistribusian raskin ke kampung-kampung tersebut. Dengan adanya peristiwa di SP5 itu, staf maupun supir tidak berani lagi mengantar jatah raskin karena takut dicegat di tengah jalan," tutur Ibrahim sembari mengatakan peristiwa seperti itu baru pertama kali terjadi di Timika sejak adanya program penyaluran raskin.
Selain berkoordinasi dengan Polres Mimika, pihak Bulog Timika juga akan berkoordinasi dengan aparat Pemerintah Distrik Iwaka dan Pemerintah Kampung Limau Asri (SP5) agar jatah raskin Kampung SP5 yang belum ditebus dialihkan sebagian ke Kampung Wangirja (SP9).
"Kita akan cari solusi seperti apa melalui koordinasi dengan Kepala Distrik Iwaka dan Kepala Kampung SP5 mengingat warga SP5 sudah mengambil sebagian jatah raskin Kampung SP9," tutur Ibrahim.
Sebagaimana diketahui, konflik di kawasan Djayanti-Mayon Distrik Kuala Kencana melibatkan warga Suku Dani-Damal dengan warga Suku Moni-Amungme.
Konflik tersebut meletus sejak 29 Januari 2014 dipicu oleh sengketa perebutan tanah hak ulayat di sekitar Kali Pindah-pindah Jalan Trans Timika-Paniai.
Selama konflik berlangsung, tercatat lebih dari 20 warga dari kedua kelompok tewas, tidak terhitung jumlah korban luka dan kerugian material lainnya seperti rumah dibakar dan lainnya.
Meski Pemprov Papua, Pemkab Mimika dan jajaran Muspida setempat telah memediasi kedua kelompok untuk berdamai melalui prosesi adat 'patah panah' pada 11 Juni 2014, namun warga yang bertikai sampai saat ini masih terus berjaga-jaga.
Apalagi pascaperdamaian, sejumlah warga dari kedua kelompok ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa dengan kondisi yang mengenaskan.
http://www.antarasultra.com/berita/272305/bulog-timika-minta-jaminan-keamanan-salurkan-raskin
Rabu, 18 Juni 2014
DPR RI Setuju Cadangan Beras Pemerintah di Bulog Ditambah
Rabu, 18 Juni 2014
PilarSulut.com-Komisi IV DPR RI menyetujui soal penambahan cadangan beras pemerintah (CBP) untuk 14 bulan dalam satu tahun anggaran. Saat ini CBP pemerintah di gudang-gudang Perum Bulog hanya 400.000 ton, dan akan ditambah 240.009 ton atau totalnya akan mencapai 640.000 ton.
Keberadaan CBP mengantisipasi masalah kekurangan pangan, gejolak harga, keadaan darurat akibat bencana dan kerawanan pangan serta memenuhi kesepakatan Cadangan Beras Darurat ASEAN (ASEAN Emergency Rice Reserve, AERR).
"Stok CBP selain untuk bencana alam ini juga untuk operasi pasar," kata Ketua Rapat Komisi IV, Herman Khaerun di Gedung DPR RI, Jakarta, (17/6).
Dengan demikian, DPR menyetujui usulan untuk penyediaan CBP sebesar 240.009 ton. "Cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar Rp 2 triliun atau setara 240.009 ton.
Komisi IV DPR juga menyampaikan apresiasinya kepada Perum Bulog yang telah menyalurkan beras miskin yang telah mencapai 42,5% hingga Mei 2014.
"Komisi IV DPR RI mengapresiasi Bulog atas realisasi penyaluran raskin sampai dengan bulan Mei 2014 sebesar 1.187.843.275 kg atau 42,5% dari pagu raskin tahun 2014 sebesar 2.795.561.460 kg," katanya.
Keputusan ini sejatinya merespons kondisi aktual di lapangan, dimana CBP yang disiapkan pemerintah untuk 12 bulan dalam satu tahun anggaran seringkali tidak mencukupi kebutuhan
Hal tersebut seperti dilaporkan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso yang menyebutkan bahwa cadangan beras untuk bulan November dan Desember 2014 harus dialihkan ke bulan Februari (2014) karena adanya peningkatan kebutuhan akibat bencana alam. Akibatnya, terjadi kekosongan CBP yang sedianya untuk memenuhi kebutuhan di November dan Desember.
"Stok beras untuk bulan November dan Desember 2014, kita majukan ke bulan Februari. Kita majukan karena permintaan meningkat karena ada bencana alam di sana-sini waktu bulan Februari," ungkap Sutarto.
Sutarto menyambut baik gagasan tersebut karena kondisi faktual tersebut memang menuntut ketersediaan cadangan beras yang lebih banyak.
"Kami senang sekali kalau diusulkan 14 kali (14 bulan) karena kami sendiri sebenarnya sudah mengusulkan 15 kali tapi belum disetujui kementerian keuangan. Biasanya tahun lalu, dianggarkan 12 bulan baru kalau ada kekurangan dibahas lagi dalam APBN-P," katanya. (*/dk/Isk)
http://www.pilarsulut.com/view/17552/Kewirausahaan/DPR-RI-Setuju-Cadangan-Beras-Pemerintah-di-Bulog-Ditambah
PilarSulut.com-Komisi IV DPR RI menyetujui soal penambahan cadangan beras pemerintah (CBP) untuk 14 bulan dalam satu tahun anggaran. Saat ini CBP pemerintah di gudang-gudang Perum Bulog hanya 400.000 ton, dan akan ditambah 240.009 ton atau totalnya akan mencapai 640.000 ton.
Keberadaan CBP mengantisipasi masalah kekurangan pangan, gejolak harga, keadaan darurat akibat bencana dan kerawanan pangan serta memenuhi kesepakatan Cadangan Beras Darurat ASEAN (ASEAN Emergency Rice Reserve, AERR).
"Stok CBP selain untuk bencana alam ini juga untuk operasi pasar," kata Ketua Rapat Komisi IV, Herman Khaerun di Gedung DPR RI, Jakarta, (17/6).
Dengan demikian, DPR menyetujui usulan untuk penyediaan CBP sebesar 240.009 ton. "Cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar Rp 2 triliun atau setara 240.009 ton.
Komisi IV DPR juga menyampaikan apresiasinya kepada Perum Bulog yang telah menyalurkan beras miskin yang telah mencapai 42,5% hingga Mei 2014.
"Komisi IV DPR RI mengapresiasi Bulog atas realisasi penyaluran raskin sampai dengan bulan Mei 2014 sebesar 1.187.843.275 kg atau 42,5% dari pagu raskin tahun 2014 sebesar 2.795.561.460 kg," katanya.
Keputusan ini sejatinya merespons kondisi aktual di lapangan, dimana CBP yang disiapkan pemerintah untuk 12 bulan dalam satu tahun anggaran seringkali tidak mencukupi kebutuhan
Hal tersebut seperti dilaporkan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso yang menyebutkan bahwa cadangan beras untuk bulan November dan Desember 2014 harus dialihkan ke bulan Februari (2014) karena adanya peningkatan kebutuhan akibat bencana alam. Akibatnya, terjadi kekosongan CBP yang sedianya untuk memenuhi kebutuhan di November dan Desember.
"Stok beras untuk bulan November dan Desember 2014, kita majukan ke bulan Februari. Kita majukan karena permintaan meningkat karena ada bencana alam di sana-sini waktu bulan Februari," ungkap Sutarto.
Sutarto menyambut baik gagasan tersebut karena kondisi faktual tersebut memang menuntut ketersediaan cadangan beras yang lebih banyak.
"Kami senang sekali kalau diusulkan 14 kali (14 bulan) karena kami sendiri sebenarnya sudah mengusulkan 15 kali tapi belum disetujui kementerian keuangan. Biasanya tahun lalu, dianggarkan 12 bulan baru kalau ada kekurangan dibahas lagi dalam APBN-P," katanya. (*/dk/Isk)
http://www.pilarsulut.com/view/17552/Kewirausahaan/DPR-RI-Setuju-Cadangan-Beras-Pemerintah-di-Bulog-Ditambah
Jelang Lebaran, Bulog Pasok Belasan Ribu Ton Beras ke Kalimantan
Rabu, 18 Juni 2014
Liputan6.com, Pontianak - Menghadapi bulan suci Ramadan dan hari Raya Idul Fitri, Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Barat menyiapkan paket berbagai kebutuhan pokok untuk masyarakat di wilayah ini.
Menurut Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Barat, Karyawan Gunarso, menghadapi bulan puasa dan Idul Fitri pada umumnya permintaan dan harga kebutuhan pokok akan mengalami kenaikan.
“Untuk itu, persedian bahan pokok menjelang puasa dan Idul Fitri wajib tersedia. Tujuannya agar tidak terjadi lonjakan harga yang terlalu tinggi,” kata dia pada Liputan6.com di Kota Pontianak, (Rabu 18/6/2014).
Pria yang akrab disapa Wawan ini, menyatakan, untuk komoditi beras, saat ini Bulog Kalimantan Barat menjamin persediaan beras di gudang Bulog cukup banyak.
“Jumlahnya sebanyak 17.000 ton lebih yang tersebar di seluruh gudang bulog se- Kalimantan Barat. Saat ini sedang dalam proses pengiriman dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan sebanyak 6000 ton,” ungkap Wawan.
Selain komoditi beras, kata Wawan Bulog Kalimantan Barat juga menyediakan komoditi lain antara lain, gula pasir, dan minyak goreng.
“Untuk gula pasir rencananya untuk tahap awal ini Bulog Kalimantan Barat akan menerima gula pasir dari kantor pusat sebanyak 22 kontainer. Sedangkan untuk minyak goreng jumlahnya masih terbatas yaitu kurang lebih 2000 botol,” jelas Wawan.
Kedua komoditi tersebut dijual dalam rangka membantu menyediakan kebutuhan pokok dalam menghadapi Ramadan dan Lebaran. Selain itu, kata dia Bulog Kalbar juga akan bersinergi dengan dinas terkait .
“Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop). BUMN dan lain lain untuk melaksanakan kegiatan operasi pasar,” katanya.
Lebih lanjut Wawan menambahkan, Bulog Kalimantan Barat akan menyiapkan dan melayani paket sembako. “Beras, gula pasir, dan minyak goreng untuk membantu kebtuhan sembako di bulan Ramadahan tahun ini,” pungkas Wawan. (Raden AMP/Nrm)
Liputan6.com, Pontianak - Menghadapi bulan suci Ramadan dan hari Raya Idul Fitri, Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Barat menyiapkan paket berbagai kebutuhan pokok untuk masyarakat di wilayah ini.
Menurut Kepala Perum Bulog Divisi Regional Kalimantan Barat, Karyawan Gunarso, menghadapi bulan puasa dan Idul Fitri pada umumnya permintaan dan harga kebutuhan pokok akan mengalami kenaikan.
“Untuk itu, persedian bahan pokok menjelang puasa dan Idul Fitri wajib tersedia. Tujuannya agar tidak terjadi lonjakan harga yang terlalu tinggi,” kata dia pada Liputan6.com di Kota Pontianak, (Rabu 18/6/2014).
Pria yang akrab disapa Wawan ini, menyatakan, untuk komoditi beras, saat ini Bulog Kalimantan Barat menjamin persediaan beras di gudang Bulog cukup banyak.
“Jumlahnya sebanyak 17.000 ton lebih yang tersebar di seluruh gudang bulog se- Kalimantan Barat. Saat ini sedang dalam proses pengiriman dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan sebanyak 6000 ton,” ungkap Wawan.
Selain komoditi beras, kata Wawan Bulog Kalimantan Barat juga menyediakan komoditi lain antara lain, gula pasir, dan minyak goreng.
“Untuk gula pasir rencananya untuk tahap awal ini Bulog Kalimantan Barat akan menerima gula pasir dari kantor pusat sebanyak 22 kontainer. Sedangkan untuk minyak goreng jumlahnya masih terbatas yaitu kurang lebih 2000 botol,” jelas Wawan.
Kedua komoditi tersebut dijual dalam rangka membantu menyediakan kebutuhan pokok dalam menghadapi Ramadan dan Lebaran. Selain itu, kata dia Bulog Kalbar juga akan bersinergi dengan dinas terkait .
“Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Perindagkop). BUMN dan lain lain untuk melaksanakan kegiatan operasi pasar,” katanya.
Lebih lanjut Wawan menambahkan, Bulog Kalimantan Barat akan menyiapkan dan melayani paket sembako. “Beras, gula pasir, dan minyak goreng untuk membantu kebtuhan sembako di bulan Ramadahan tahun ini,” pungkas Wawan. (Raden AMP/Nrm)
Utang Bunga Bank Bulog Capai Rp 22,2 Triliun
Selasa, 17 Juni 2014
JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Soetarto Alimoeso meminta dukungan Komisi IV DPR RI untuk mendorong pemerintah agar segera mencairkan dana beras masyarakat miskin (Raskin). Hingga 17 Juni 2014, Bulog sudah dikenakan utang bunga bank sebesar Rp 22,2 triliun.
"Sampai hari ini Bulog belum menerima pembayaran beras Raskin yang telah kami salurkan. Malah untuk beras raskin November-Desember, sudah kami majukan penyalurannya pada Februari karena adanya bencana alam," terang Soetarto dalam rapat dengar pendapat Komisi IV DPR RI, Selasa (17/6).
Dia menambahkan, setiap harinya bunga bank yang dikenakan ke Bulog Rp 6,35 miliar. Beban bunga ini akan terus bertambah bila pemerintah tidak segera membayar.
"Hutang pembayaran raskin Rp 22,2 triliun itu sudah dikurangi jaminan Bulog Rp 5,28 triliun. Malah untuk tahun anggaran 2006, pemerintah belum membayar raskin ke Bulog sebesar Rp 2,9 triliun," bebernya.
Lebih lanjut dikatakan Soetarto, subsidi raskin baru ditagihkan Bulog ke Kemensos selaku kuasa pengguna anggaran (KPA) karena peraturan menteri keuangan (PMK) baru keluar 20 Mei 2014.
"Sebelumnya Dirut Bulog yang jadi KPA, sehingga tidak terjadi penumpukan bunga. Malah ada penurunan bunga bank yang signifikan. Setelah KPA-nya diserahkan ke Kemensos, pembayarannya sering terlambat," tandasnya. (esy/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/17/240945/Utang-Bunga-Bank-Bulog-Capai-Rp-22,2-Triliun-
JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Soetarto Alimoeso meminta dukungan Komisi IV DPR RI untuk mendorong pemerintah agar segera mencairkan dana beras masyarakat miskin (Raskin). Hingga 17 Juni 2014, Bulog sudah dikenakan utang bunga bank sebesar Rp 22,2 triliun.
"Sampai hari ini Bulog belum menerima pembayaran beras Raskin yang telah kami salurkan. Malah untuk beras raskin November-Desember, sudah kami majukan penyalurannya pada Februari karena adanya bencana alam," terang Soetarto dalam rapat dengar pendapat Komisi IV DPR RI, Selasa (17/6).
Dia menambahkan, setiap harinya bunga bank yang dikenakan ke Bulog Rp 6,35 miliar. Beban bunga ini akan terus bertambah bila pemerintah tidak segera membayar.
"Hutang pembayaran raskin Rp 22,2 triliun itu sudah dikurangi jaminan Bulog Rp 5,28 triliun. Malah untuk tahun anggaran 2006, pemerintah belum membayar raskin ke Bulog sebesar Rp 2,9 triliun," bebernya.
Lebih lanjut dikatakan Soetarto, subsidi raskin baru ditagihkan Bulog ke Kemensos selaku kuasa pengguna anggaran (KPA) karena peraturan menteri keuangan (PMK) baru keluar 20 Mei 2014.
"Sebelumnya Dirut Bulog yang jadi KPA, sehingga tidak terjadi penumpukan bunga. Malah ada penurunan bunga bank yang signifikan. Setelah KPA-nya diserahkan ke Kemensos, pembayarannya sering terlambat," tandasnya. (esy/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/17/240945/Utang-Bunga-Bank-Bulog-Capai-Rp-22,2-Triliun-
Selasa, 17 Juni 2014
Bos Bulog: Tahun Ini Belum Ada Rencana Impor Beras
Selasa, 17 Juni 2014
Jakarta -Perum Bulog belum berencana mengimpor beras pada tahun 2014. Alasannya stok beras di gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia masih cukup untuk 6 bulan ke depan atau sampai akhir tahun.
"Tahun ini belum ada rencana untuk impor beras," kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso dalam raker dengan Komisi IV di Gedung DPR. Senayan, Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Sutarto mengatakan stok beras yang dimiliki Bulog masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 6 bulan mendatang. Selain itu, produksi dari dalam negeri masih dapat memenuhi permintaan pengadaan (penyerapan/pembelian) beras Bulog.
"Sampai saat ini pasokan beras yang dimiliki Bulog mencapai 1,7 juta ton. Itu cukup untuk enam bulan ke depan," ujarnya.
Sutarto mengakui dalam penyerapan beras petani terdapat kendala, seperti musim tanam yang mundur, serta banjir. Walaupun terdapat kendala musim tanam yang mundur, ia yakin penyerapan beras bisa maksimal.
"Biasanya terjadi kendala serapan itu di akhir tahun atau awal tahun berikutnya karena ada yang namanya memasuki musim paceklik, tapi pengalaman dari tahun ke tahun, penyerapan tetap maksimal. Jadi kami yakin tahun ini tetap memenuhi," katanya.
Setiap bulan, Bulog mendistribusikan beras untuk rumah tangga sasaran penerima manfaat yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain untuk penyaluran raskin, stok beras di Bulog juga juga untuk ketahanan pangan.
(hen/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/06/17/174959/2610867/4/bos-bulog-tahun-ini-belum-ada-rencana-impor-beras
Jakarta -Perum Bulog belum berencana mengimpor beras pada tahun 2014. Alasannya stok beras di gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia masih cukup untuk 6 bulan ke depan atau sampai akhir tahun.
"Tahun ini belum ada rencana untuk impor beras," kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso dalam raker dengan Komisi IV di Gedung DPR. Senayan, Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Sutarto mengatakan stok beras yang dimiliki Bulog masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 6 bulan mendatang. Selain itu, produksi dari dalam negeri masih dapat memenuhi permintaan pengadaan (penyerapan/pembelian) beras Bulog.
"Sampai saat ini pasokan beras yang dimiliki Bulog mencapai 1,7 juta ton. Itu cukup untuk enam bulan ke depan," ujarnya.
Sutarto mengakui dalam penyerapan beras petani terdapat kendala, seperti musim tanam yang mundur, serta banjir. Walaupun terdapat kendala musim tanam yang mundur, ia yakin penyerapan beras bisa maksimal.
"Biasanya terjadi kendala serapan itu di akhir tahun atau awal tahun berikutnya karena ada yang namanya memasuki musim paceklik, tapi pengalaman dari tahun ke tahun, penyerapan tetap maksimal. Jadi kami yakin tahun ini tetap memenuhi," katanya.
Setiap bulan, Bulog mendistribusikan beras untuk rumah tangga sasaran penerima manfaat yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain untuk penyaluran raskin, stok beras di Bulog juga juga untuk ketahanan pangan.
(hen/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/06/17/174959/2610867/4/bos-bulog-tahun-ini-belum-ada-rencana-impor-beras
Bulog Jamin Kualitas Daging Beku yang Diimpor 2013
Selasa, 17 Juni 2014
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Perum Bulog, Taufan Akib, menjamin keamanan daging beku yang rencananya digelontorkan pada operasi pasar menjelang Ramadan dan Lebaran 2014. "Insya Allah, kami jamin keamanannya, kesehatannya, kehalalannya, dan harga yang juga terjangkau," kata Taufan ketika dihubungi Tempo pada Selasa, 17 Juni 2014.
Taufan melanjutkan, daging eks impor Bulog tersebut masih bagus dan layak untuk dikonsumsi karena disimpan di ruang pendingin dengan suhu minus 20 derajat Celsius. "Tanggal kedaluwarsanya masih lama, yaitu bulan Juli 2015," kata Taufan.
Sebelumnya Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan bahwa lembaga itu akan menggelontorkan 280 ton daging sapi beku yang merupakan sisa 3.000 ton daging sapi asal Australia yang dimpor tahun 2013. Daging akan dilepaskan untuk memenuhi kebutuhan operasi pasar menjelang Ramadan-Lebaran 2014 di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Pernyataan Sutarto tersebut menimbulkan kekhawatiran, apakah daging beku sejak 2013 itu masih aman untuk dikonsumsi, serta apakah Bulog menjamin jika terjadi sesuatu dengan masyarakat setelah mengkonsumsi daging tersebut. (Baca: Impor Lancar, Pasokan Daging Aman hingga Lebaran)
Taufan juga menyampaikan bahwa 280 ton daging sapi beku tersebut telah memiliki sertifikat halal yang diterbitkan oleh MUI dan Health Certificate dari Department of Agriculture Fisheries and Forestry, pemerintah Australia. "Jadi masyarakat juga tidak perlu khawatir mengenai kehalalan daging tersebut", kata Taufan.
RIDHO JUN PRASETYO
http://www.tempo.co/read/news/2014/06/17/090585753/Bulog-Jamin-Kualitas-Daging-Beku-yang-Diimpor-2013
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Perum Bulog, Taufan Akib, menjamin keamanan daging beku yang rencananya digelontorkan pada operasi pasar menjelang Ramadan dan Lebaran 2014. "Insya Allah, kami jamin keamanannya, kesehatannya, kehalalannya, dan harga yang juga terjangkau," kata Taufan ketika dihubungi Tempo pada Selasa, 17 Juni 2014.
Taufan melanjutkan, daging eks impor Bulog tersebut masih bagus dan layak untuk dikonsumsi karena disimpan di ruang pendingin dengan suhu minus 20 derajat Celsius. "Tanggal kedaluwarsanya masih lama, yaitu bulan Juli 2015," kata Taufan.
Sebelumnya Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan bahwa lembaga itu akan menggelontorkan 280 ton daging sapi beku yang merupakan sisa 3.000 ton daging sapi asal Australia yang dimpor tahun 2013. Daging akan dilepaskan untuk memenuhi kebutuhan operasi pasar menjelang Ramadan-Lebaran 2014 di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
Pernyataan Sutarto tersebut menimbulkan kekhawatiran, apakah daging beku sejak 2013 itu masih aman untuk dikonsumsi, serta apakah Bulog menjamin jika terjadi sesuatu dengan masyarakat setelah mengkonsumsi daging tersebut. (Baca: Impor Lancar, Pasokan Daging Aman hingga Lebaran)
Taufan juga menyampaikan bahwa 280 ton daging sapi beku tersebut telah memiliki sertifikat halal yang diterbitkan oleh MUI dan Health Certificate dari Department of Agriculture Fisheries and Forestry, pemerintah Australia. "Jadi masyarakat juga tidak perlu khawatir mengenai kehalalan daging tersebut", kata Taufan.
RIDHO JUN PRASETYO
http://www.tempo.co/read/news/2014/06/17/090585753/Bulog-Jamin-Kualitas-Daging-Beku-yang-Diimpor-2013
Bos Bulog Curhat Dana Raskin Rp 11 Triliun Belum Cair
Selasa, 17 Juni 2014
Jakarta -Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengeluhkan soal kesigapan kementerian keuangan terkait pencairan dana progam beras untuk keluarga miskin (Raskin).
Sutarto mengaku Bulog tak bisa bekerja optimal karena Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait mekanisme pencairan dana untuk raskin baru ditandatangani tanggal 28 Mei 2014, sehingga pencairan dana Public Service Obligation (PSO) belum cair hingga hari ini.
"Per 31 Mei, bahkan hingga hari ini kami (Perum Bulog) belum terima 1 rupiah pun dari APBN. Padahal kami sudah rencanakan di kuartal I harapakan kita bisa mencairkan Rp 11,5 triliun. Tapi, subsidi raskin baru bisa kami tagihkan karena PMK soal tatac ara pencairan beras miskin baru keluar 28 mei 2014," ujar Sutarto dalam rapat kerja dengan Komisi IV di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Dampaknya, Bulog harus menanggung utang hingga Rp 22 triliun sepanjang tahun anggaran 2014 untuk raskin dan pengadaan beras, sebab program Raskin harus tetap berjalan meskipun dana dari pemerintah belum cair.
"Bayangkan saja, program Raskin ini kan tetap haru jalan. Kita sudah menyalurkan 1,6 juta ton, untuk cadangan juga kita sudah melakukan pembelian beras 1,5 juta ton, artinya kita sudah beli sekitar 3,1-3,2 juta ton. Sebanyak 3,2 juta ton dikali Rp 7.000 sudah Rp 22,5 triliun. Karena itu semua kan kredit jadi itu semua utang," katanya.
Saat ini, PMK terkait pencairan dan Raskin memang sudah diterbitkan, namun Sutarto berharap penerbitan PMK dapat segera dilakukan agar bebas Bulog bisa berkurang.
Ia khawatir jika proses pencairan dana PSO untuk Bulog berlarut-larut, maka Bulog akan semakin terbebani utang dan bunga utang yang semakin membesar.
"Total utang Bulog Rp 22,5 triliun, bunga per hari Rp 6,35 miliar. Ini yang menjadi beban pemerintah pada akhirnya. Itu akan menjadi beban HPP (Harga Pembelian Pemerintah), komponen HPP, maka dari itu kita minta untuk segera dibayarkan," serunya.
Pada tahun ini, anggaran raskin Rp 18,8 triliun. Dengan tujuan 15,5 juta RTS dan volume penyaluran beras 15 kg/RTS/bulan selama 12 kali.
(hen/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/06/17/170347/2610798/4/bos-bulog-curhat-dana-raskin-rp-11-triliun-belum-cair
Jakarta -Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengeluhkan soal kesigapan kementerian keuangan terkait pencairan dana progam beras untuk keluarga miskin (Raskin).
Sutarto mengaku Bulog tak bisa bekerja optimal karena Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait mekanisme pencairan dana untuk raskin baru ditandatangani tanggal 28 Mei 2014, sehingga pencairan dana Public Service Obligation (PSO) belum cair hingga hari ini.
"Per 31 Mei, bahkan hingga hari ini kami (Perum Bulog) belum terima 1 rupiah pun dari APBN. Padahal kami sudah rencanakan di kuartal I harapakan kita bisa mencairkan Rp 11,5 triliun. Tapi, subsidi raskin baru bisa kami tagihkan karena PMK soal tatac ara pencairan beras miskin baru keluar 28 mei 2014," ujar Sutarto dalam rapat kerja dengan Komisi IV di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Dampaknya, Bulog harus menanggung utang hingga Rp 22 triliun sepanjang tahun anggaran 2014 untuk raskin dan pengadaan beras, sebab program Raskin harus tetap berjalan meskipun dana dari pemerintah belum cair.
"Bayangkan saja, program Raskin ini kan tetap haru jalan. Kita sudah menyalurkan 1,6 juta ton, untuk cadangan juga kita sudah melakukan pembelian beras 1,5 juta ton, artinya kita sudah beli sekitar 3,1-3,2 juta ton. Sebanyak 3,2 juta ton dikali Rp 7.000 sudah Rp 22,5 triliun. Karena itu semua kan kredit jadi itu semua utang," katanya.
Saat ini, PMK terkait pencairan dan Raskin memang sudah diterbitkan, namun Sutarto berharap penerbitan PMK dapat segera dilakukan agar bebas Bulog bisa berkurang.
Ia khawatir jika proses pencairan dana PSO untuk Bulog berlarut-larut, maka Bulog akan semakin terbebani utang dan bunga utang yang semakin membesar.
"Total utang Bulog Rp 22,5 triliun, bunga per hari Rp 6,35 miliar. Ini yang menjadi beban pemerintah pada akhirnya. Itu akan menjadi beban HPP (Harga Pembelian Pemerintah), komponen HPP, maka dari itu kita minta untuk segera dibayarkan," serunya.
Pada tahun ini, anggaran raskin Rp 18,8 triliun. Dengan tujuan 15,5 juta RTS dan volume penyaluran beras 15 kg/RTS/bulan selama 12 kali.
(hen/hen)
http://finance.detik.com/read/2014/06/17/170347/2610798/4/bos-bulog-curhat-dana-raskin-rp-11-triliun-belum-cair
Bulog Jangan Hanya Urus Raskin Saja
Selasa, 17 Juni 2014
JAKARTA - Perum Bulog diminta tidak hanya mengurus beras masyarakat miskin (Raskin). Bulog juga disarankan melakukan stabilisasi harga bahan pokok lainnya, seperti bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam, telur, dan lainnya.
"Terlalu kecil kalau Bulog hanya mengurus raskin dan mendapatkan anggaran dari Kementerian Sosial. Urusan beras raskin itu sepele, Bulog harus mengerjakan lebih dari itu," kata Jazilul Fawaid, anggota Komisi IV DPR RI dalam rapat dengar pendapat dengan Dirut Perum Bulog Soetaro Alimoeso, Selasa (17/6).
Dia mempertanyakan koordinasi antara Bulog dengan Kementerian Pertanian (Kementan). Harga bahan pokok sangat fluaktif, sehingga Bulog perlu dilibatkan dalam menstabilkan harga.
"Apa Bulog tidak pernah membahas masalah fluktuatif harga sembako di pasaran? Mentan sangat tahu jelas pergerakan harga sembako, dan harusnya Kementan memberikan anggaran kepada Bulog untuk stabilisasi harga," bebernya.
Menanggapi itu, Dirut Perum Bulog mengatakan, pihaknya tidak bisa melakukan kerja sama dengan pihak lain (Kementan). Sebab, kuasa pengguna anggaran (KPA) ada di Kementerian Sosial.
"Bulog bekerja profesional dan selalu diaudit BPK. Jadi kami tidak bisa melakukan hal-hal lain yang tidak diizinkan. Bulog hanya bisa sebatas koordinasi saja dengan Kementan," terangnya. (esy/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/17/240891/Bulog-Jangan-Hanya-Urus-Raskin-Saja-
JAKARTA - Perum Bulog diminta tidak hanya mengurus beras masyarakat miskin (Raskin). Bulog juga disarankan melakukan stabilisasi harga bahan pokok lainnya, seperti bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging ayam, telur, dan lainnya.
"Terlalu kecil kalau Bulog hanya mengurus raskin dan mendapatkan anggaran dari Kementerian Sosial. Urusan beras raskin itu sepele, Bulog harus mengerjakan lebih dari itu," kata Jazilul Fawaid, anggota Komisi IV DPR RI dalam rapat dengar pendapat dengan Dirut Perum Bulog Soetaro Alimoeso, Selasa (17/6).
Dia mempertanyakan koordinasi antara Bulog dengan Kementerian Pertanian (Kementan). Harga bahan pokok sangat fluaktif, sehingga Bulog perlu dilibatkan dalam menstabilkan harga.
"Apa Bulog tidak pernah membahas masalah fluktuatif harga sembako di pasaran? Mentan sangat tahu jelas pergerakan harga sembako, dan harusnya Kementan memberikan anggaran kepada Bulog untuk stabilisasi harga," bebernya.
Menanggapi itu, Dirut Perum Bulog mengatakan, pihaknya tidak bisa melakukan kerja sama dengan pihak lain (Kementan). Sebab, kuasa pengguna anggaran (KPA) ada di Kementerian Sosial.
"Bulog bekerja profesional dan selalu diaudit BPK. Jadi kami tidak bisa melakukan hal-hal lain yang tidak diizinkan. Bulog hanya bisa sebatas koordinasi saja dengan Kementan," terangnya. (esy/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2014/06/17/240891/Bulog-Jangan-Hanya-Urus-Raskin-Saja-
Pasar Murah Bulog Denpasar, Diserbu Warga
Senin, 17 Juni 2014
TRIBUNNEWS.COM,DENPASAR - Mendekati bulan suci ramadan, Bulog menggelar pasar murah, di beberapa lokasi.
Satu diantaranya di depan Kantor Bulog Divisi Regional Bali, Jalan Raya Renon No 35, Denpasar.
Acara yang berlangsung sejak 13 Juni 2014 ini, mendapatkan respon positif dari masyarakat.
Staff TU Bulog, Made Supancana mengatakan, sejak stand baru dibuka, masyarakat sudah 'menyerbu' stan yang menyediakan kebutuhan pokok, seperti beras, telur ayam, gula pasir, dan minyak goreng ini.
"Menjelang bulan Ramadan, harga kebutuhan pokok cenderung naik. Pasar murah ini membantu masyarakat dalam mendapatkan produk dengan harga terjangkau," ungkapnya.
Di stand ini terlihat telur ayam ukuran sedang dijual Rp 1.150 per butir, sedangkan di pasaran sudah dijual Rp 1.300 sampai Rp 1.500 per butir.
Beras C4 Tabanan, dijual Rp 7.950 per kg, sedangkan di pasaran sudah Rp 9 ribu per kg.
"Kualitas berasnya bagus. Di sini minimal kita jual 5 kg. Namun biasanya pembeli pasti beli lebih dari 5 kg karena harganya murah," urainya.
http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/17/pasar-murah-bulog-denpasar-diserbu-warga
TRIBUNNEWS.COM,DENPASAR - Mendekati bulan suci ramadan, Bulog menggelar pasar murah, di beberapa lokasi.
Satu diantaranya di depan Kantor Bulog Divisi Regional Bali, Jalan Raya Renon No 35, Denpasar.
Acara yang berlangsung sejak 13 Juni 2014 ini, mendapatkan respon positif dari masyarakat.
Staff TU Bulog, Made Supancana mengatakan, sejak stand baru dibuka, masyarakat sudah 'menyerbu' stan yang menyediakan kebutuhan pokok, seperti beras, telur ayam, gula pasir, dan minyak goreng ini.
"Menjelang bulan Ramadan, harga kebutuhan pokok cenderung naik. Pasar murah ini membantu masyarakat dalam mendapatkan produk dengan harga terjangkau," ungkapnya.
Di stand ini terlihat telur ayam ukuran sedang dijual Rp 1.150 per butir, sedangkan di pasaran sudah dijual Rp 1.300 sampai Rp 1.500 per butir.
Beras C4 Tabanan, dijual Rp 7.950 per kg, sedangkan di pasaran sudah Rp 9 ribu per kg.
"Kualitas berasnya bagus. Di sini minimal kita jual 5 kg. Namun biasanya pembeli pasti beli lebih dari 5 kg karena harganya murah," urainya.
http://www.tribunnews.com/regional/2014/06/17/pasar-murah-bulog-denpasar-diserbu-warga
Ketahanan Berbasis Impor
Senin, 17 Juni 2014
DI tengah produksi gabah kering giling (GKG) yang terancam menurun tahun 2014, pemerintah kembali merencanakan mengimpor beras.
Penurunan produksi terjadi karena gangguan hama wereng batang cokelat yang meluas di 22 provinsi. Serangan wereng mengakibatkan turunnya produktivitas tanaman padi dari 6,5 ton menjadi 4,5 ton GKG per hektar Penurunan produksi akan mendongkrak kenaikan harga beras menjelang pilpres. Apalagi selama ini pemerintah lebih mengedepankan opsi impor beras dibandingkan berusaha keras meningkatkan stok beras di dalam negeri dengan memberdayakan petani lokal.
Alasan klasik seperti serangan wereng, musim kemarau dan banjir menjadi justifikasi untuk membuka keran impor. Seakan serangan wereng tidak bisa diatasi dan banjir tak bisa ditangani. Masalah ini terus dikloning dan cara cerdik pun tidak ditemukan untuk solusi. Pasar pangan di Indonesia kian dibanjiri pangan impor. Pemerintah nyaris tidak punya kekuatan untuk menghempangnya. Indonesia menjadi negara yang membangun ketahanan pangan berbasis impor.
Kita menghuni negeri yang makmur, namun tidak mampu memproduksi pangan untuk rakyatnya. Krisis pangan datang silih berganti. Mulai krisis beras, krisis kedelai, daging sapi, gula, jagung, bawah putih hingga bawang merah. Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya pertanian dan pangan yang melimpah, Indonesia seharusnya bisa menjadi lumbung pangan dunia.
Namun ironisnya, berdasarkan data terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan sektor pertanian tanaman pangan pada kuartal I/2014 hanya sebesar 0,94% atau melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang sebesar 2,18%. Implikasinya, impor pangan makin tidak terbendung. Hampir 75 % dari kebutuhan pangan di dalam negeri dipenuhi dari impor.
Ruang impor pangan akan semakin terbuka lebar guna mengawal stabilitas politik Pemilu Presiden 2014. Agar gejolak harga pangan—memicu inflasi tinggi—terkendali, maka pangan harus tersedia. Sayangnya pangan yang tersedia kerap harganya tidak terjangkau rakyat miskin. Kian mahalnya harga pangan diduga akibat ulah para pemain kartel pangan yang dikuasai segelintir pemodal besar.
Praktik kartel pangan dengan power (kekuasaan) uang yang dimiliki semakin terkuak setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar kasus dugaan korupsi impor daging sapi dan ketidakefisienan penyaluran raskin. Temuan ini menunjukkan bahwa suap impor pangan adalah jenis corruption by design. Fenomena ini menunjukkan pangan impor sudah dikendalikan oleh mafia pangan yang melibatkan pejabat tertentu dan politisi untuk meraup keuntungan.
Sepanjang 2013, Indonesia mengimpor bahan pangan utama dengan menghabiskan devisa sekitar Rp125 triliun. Suatu jumlah yang sangat besar dan bisa digunakan untuk membangun infrastruktur sektor pertanian. Masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kian miskinnya petani ditengarai penyebab kian derasnya pangan impor mengalir ke Indonesia.
Meski usia kemerdekaan republik ini sudah memasuki 69 tahun, alih-alih pemerintah dapat menyejahterakan petani justru petani gurem kian meningkat jumlahnya. Petani kecil termarginalisasi digilas roda pembangunan hedonis yang kapitalistik. Keterpurukan ini membawa konsekuensi logis, yakni Indonesia semakin tak berdaulat atas pangan. Dalam satu dekade terakhir, petani di negara yang dikenal sebagai bangsa agraris ini mengalami proses pemiskinan.
Hasil sensus pertanian tahun 2013 menunjukkan keluarga petani berkurang sebanyak 5,04 juta keluarga. Pada 2003, BPS mencatat jumlah keluarga petani 31,17 juta keluarga, sepuluh tahun kemudian menurun menjadi 26,13 juta keluarga. Jumlah keluarga petani yang berhenti menggantungkan hidup dari usaha pertanian ratarata 500.000 rumah tangga pertahunataulajupenurunannya mencapai 1,75% per tahun.
Namun, jumlahperusahaan di bidang pertanian justru naik36,77%. Dari 4.011 perusahaan per tahun 2003 menjadi 5.486 perusahaan per tahun 2013. Di negara maju, susutnya jumlah keluarga petani dan meningkatnya jumlah perusahaan pertanian merupakan pertanda kemajuan sektor pertanian.
Penurunan jumlah keluarga petani gurem karena ada penyerapan tenaga kerja secara signifikan di sektor industri dan jasa. Sayangnya, yang terjadi di Indonesia adalah guremisasi akibat tingginya alih fungsi lahan pertanian pangan.
Jalan di Tempat
Setuju atau tidak setuju, selama 10 tahun terakhir pembangunan pertanian jalan di tempat atau bahkan ”mundur” ke belakang. Mayoritas warga Indonesia yang bekerja sebagai ”petani”, hidupnya mengalami proses pemiskinan. Fenomena ini harus dapat menyadarkan pemerintahan hasil Pemilu 2014 bahwa pekerjaan rumah memperkuat ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat belum selesai.
Rapuhnya (decay kedaulatan pangan tak bisa dilepaskan dari kurangnya perhatian pada pembangunan sektor pertanian. Alokasi anggaran yang masih terbatas di kementerian pertanian hanya satu indikator ketidakberdayaan bangsa ini untuk keluar dari perangkap pangan impor. Untuk melepaskan Indonesia dari jebakan pangan impor maka perlu didorong penggunaan produk pangan lokal dengan segala konsekuensinya dan mengurangi ketergantungan dan ketagihan produk pangan berbasis beras dan gandum.
Kita perlu belajar dari negara kaya yang teknologinya maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. Mereka tetap bangga menggunakan produk lokalnya seperti telepon seluler dan mobil buatan sendiri tanpa terpengaruh produk bangsa lain yang lebih canggih. Harga diri bangsa menjadi harga mati dalam melepaskan diri dari jebakan pangan.
Sebagai bangsa agraris, Indonesia harus keluar dari jebakan dan perangkap pangan negara maju dengan segera melakukan pengurangan praktik liberalisasi pangan. Praktik ini telah menyebabkan munculnya beragam kartel pangan baru yang pola kerjanya mirip mafia yang menguasai distribusi dan perdagangan pangan. Untuk menghentikannya, pemerintah harus melakukan pembatasan penguasaan distribusi pangan melalui korporasi.
Satu hal yang tak kalah penting adalah kecenderungan selama ini yang memilih langkah gampang dengan mengimpor tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang harus diakhiri. Kebergantungan pada impor ini hendaknya menyadarkan pemerintah untuk terus membangun ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat seperti perintah Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
POSMAN SIBUEA
Guru Besar Tetap di Unika Santo Thomas Sumatera Utara. Pendiri dan Direktur Center for National Food Security Research (Tenfoser)
Penurunan produksi terjadi karena gangguan hama wereng batang cokelat yang meluas di 22 provinsi. Serangan wereng mengakibatkan turunnya produktivitas tanaman padi dari 6,5 ton menjadi 4,5 ton GKG per hektar Penurunan produksi akan mendongkrak kenaikan harga beras menjelang pilpres. Apalagi selama ini pemerintah lebih mengedepankan opsi impor beras dibandingkan berusaha keras meningkatkan stok beras di dalam negeri dengan memberdayakan petani lokal.
Alasan klasik seperti serangan wereng, musim kemarau dan banjir menjadi justifikasi untuk membuka keran impor. Seakan serangan wereng tidak bisa diatasi dan banjir tak bisa ditangani. Masalah ini terus dikloning dan cara cerdik pun tidak ditemukan untuk solusi. Pasar pangan di Indonesia kian dibanjiri pangan impor. Pemerintah nyaris tidak punya kekuatan untuk menghempangnya. Indonesia menjadi negara yang membangun ketahanan pangan berbasis impor.
Kita menghuni negeri yang makmur, namun tidak mampu memproduksi pangan untuk rakyatnya. Krisis pangan datang silih berganti. Mulai krisis beras, krisis kedelai, daging sapi, gula, jagung, bawah putih hingga bawang merah. Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya pertanian dan pangan yang melimpah, Indonesia seharusnya bisa menjadi lumbung pangan dunia.
Namun ironisnya, berdasarkan data terkini dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan sektor pertanian tanaman pangan pada kuartal I/2014 hanya sebesar 0,94% atau melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang sebesar 2,18%. Implikasinya, impor pangan makin tidak terbendung. Hampir 75 % dari kebutuhan pangan di dalam negeri dipenuhi dari impor.
Ruang impor pangan akan semakin terbuka lebar guna mengawal stabilitas politik Pemilu Presiden 2014. Agar gejolak harga pangan—memicu inflasi tinggi—terkendali, maka pangan harus tersedia. Sayangnya pangan yang tersedia kerap harganya tidak terjangkau rakyat miskin. Kian mahalnya harga pangan diduga akibat ulah para pemain kartel pangan yang dikuasai segelintir pemodal besar.
Praktik kartel pangan dengan power (kekuasaan) uang yang dimiliki semakin terkuak setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membongkar kasus dugaan korupsi impor daging sapi dan ketidakefisienan penyaluran raskin. Temuan ini menunjukkan bahwa suap impor pangan adalah jenis corruption by design. Fenomena ini menunjukkan pangan impor sudah dikendalikan oleh mafia pangan yang melibatkan pejabat tertentu dan politisi untuk meraup keuntungan.
Sepanjang 2013, Indonesia mengimpor bahan pangan utama dengan menghabiskan devisa sekitar Rp125 triliun. Suatu jumlah yang sangat besar dan bisa digunakan untuk membangun infrastruktur sektor pertanian. Masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kian miskinnya petani ditengarai penyebab kian derasnya pangan impor mengalir ke Indonesia.
Meski usia kemerdekaan republik ini sudah memasuki 69 tahun, alih-alih pemerintah dapat menyejahterakan petani justru petani gurem kian meningkat jumlahnya. Petani kecil termarginalisasi digilas roda pembangunan hedonis yang kapitalistik. Keterpurukan ini membawa konsekuensi logis, yakni Indonesia semakin tak berdaulat atas pangan. Dalam satu dekade terakhir, petani di negara yang dikenal sebagai bangsa agraris ini mengalami proses pemiskinan.
Hasil sensus pertanian tahun 2013 menunjukkan keluarga petani berkurang sebanyak 5,04 juta keluarga. Pada 2003, BPS mencatat jumlah keluarga petani 31,17 juta keluarga, sepuluh tahun kemudian menurun menjadi 26,13 juta keluarga. Jumlah keluarga petani yang berhenti menggantungkan hidup dari usaha pertanian ratarata 500.000 rumah tangga pertahunataulajupenurunannya mencapai 1,75% per tahun.
Namun, jumlahperusahaan di bidang pertanian justru naik36,77%. Dari 4.011 perusahaan per tahun 2003 menjadi 5.486 perusahaan per tahun 2013. Di negara maju, susutnya jumlah keluarga petani dan meningkatnya jumlah perusahaan pertanian merupakan pertanda kemajuan sektor pertanian.
Penurunan jumlah keluarga petani gurem karena ada penyerapan tenaga kerja secara signifikan di sektor industri dan jasa. Sayangnya, yang terjadi di Indonesia adalah guremisasi akibat tingginya alih fungsi lahan pertanian pangan.
Jalan di Tempat
Setuju atau tidak setuju, selama 10 tahun terakhir pembangunan pertanian jalan di tempat atau bahkan ”mundur” ke belakang. Mayoritas warga Indonesia yang bekerja sebagai ”petani”, hidupnya mengalami proses pemiskinan. Fenomena ini harus dapat menyadarkan pemerintahan hasil Pemilu 2014 bahwa pekerjaan rumah memperkuat ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat belum selesai.
Rapuhnya (decay kedaulatan pangan tak bisa dilepaskan dari kurangnya perhatian pada pembangunan sektor pertanian. Alokasi anggaran yang masih terbatas di kementerian pertanian hanya satu indikator ketidakberdayaan bangsa ini untuk keluar dari perangkap pangan impor. Untuk melepaskan Indonesia dari jebakan pangan impor maka perlu didorong penggunaan produk pangan lokal dengan segala konsekuensinya dan mengurangi ketergantungan dan ketagihan produk pangan berbasis beras dan gandum.
Kita perlu belajar dari negara kaya yang teknologinya maju, seperti Jepang dan Korea Selatan. Mereka tetap bangga menggunakan produk lokalnya seperti telepon seluler dan mobil buatan sendiri tanpa terpengaruh produk bangsa lain yang lebih canggih. Harga diri bangsa menjadi harga mati dalam melepaskan diri dari jebakan pangan.
Sebagai bangsa agraris, Indonesia harus keluar dari jebakan dan perangkap pangan negara maju dengan segera melakukan pengurangan praktik liberalisasi pangan. Praktik ini telah menyebabkan munculnya beragam kartel pangan baru yang pola kerjanya mirip mafia yang menguasai distribusi dan perdagangan pangan. Untuk menghentikannya, pemerintah harus melakukan pembatasan penguasaan distribusi pangan melalui korporasi.
Satu hal yang tak kalah penting adalah kecenderungan selama ini yang memilih langkah gampang dengan mengimpor tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang harus diakhiri. Kebergantungan pada impor ini hendaknya menyadarkan pemerintah untuk terus membangun ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat seperti perintah Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
POSMAN SIBUEA
Guru Besar Tetap di Unika Santo Thomas Sumatera Utara. Pendiri dan Direktur Center for National Food Security Research (Tenfoser)
CT Endus Pengusaha Yang Goyang Pangan Jelang Puasa
Senin, 16 Juni 2014
Harga kebutuhan pokok sejauh ini diklaim relatif stabil. Namun, pemerintah khawatir terjadi lonjakan harga menjelang puasa. Karena, ada sejumlah bahan pangan yang masih dikendalikan segelintir pengusaha. MENTERI Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung meminta, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meningkatkan pengawasan terhadap perdagangan bahan kebutuhan pokok menjelang puasa. “Apabila ada yang melakukan praktik kartel, saya minta KPPU segera menindak tegas, karena masalah pangan itu berdampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat,” kata CT-panggilan akrab Chairul di Jakarta, pada akhir pekan lalu. CT mengatakan, dari data dimilikinya, stok pangan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan puasa dan Lebaran masyarakat. Selain itu, sampai saat ini harga pun relatif stabil. Namun demikian, dia khawatir akan terjadi lonjakan harga pada beberapa komoditas, menjelang puasa. Karena, ada komoditas dikuasai segelintir pengusaha.
“Ada salah satu pangan, jika dilihat izin atau perusahaan yang terdaftar itu jumlahnya banyak. Tapi kalau diamati lebihjauh, semua perusahaan itu hanya dikuasai empat orang," paparnya. CT mengungkapkan, pihaknya kini terus berupaya bagaimana caranya harga pangan tidak naik secara luar biasa menjelang puasa. Ketua KPPU Nawir Messi membenarkan, ada beberapa komoditas pangan dikuasai sedikit pengusaha. Namun demikian, dia belum mau membeberkan siapa pemainnya, karena sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan. “Kalau baru diselidiki terus kita ungkap ke publik, nanti yang bersangkutan bisa menghilangkan barang bukti,” imbuhnya.
Seperti diketahui, KPPU pernah menyelidiki kartel bawang, kedelai dan daging. Nawir berjanji akan terus mengawasi praktik kartel. Dia berharap, harga pangan tidak mengalami kenaikan menjelang puasa. Cadangan Beras Aman 8 Bulan Perum Bulog memiliki cadangan (buffer stock) beras nasional mencapai 1,95 juta ton yang tersebar di 600 gudang di berbagai daerah. Cadangan beras ini diklaim lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan melakukan peran Bulog melakukan operasi pasar.
“Itu cukup untuk 7 sampai 8 bulan ke depan. Untuk cadangan nasional, untuk salurkan raskin, dan operasi pasar,” ungkap Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso. Sutarto mengimbau masyarakat tidak perlu panik terhadap pasokan beras. Jika panik, justru akan memicu harga meroket. Dia menuturkan, untuk memenuhi kuota beras nasional, Bulog tidak mengandalkan impor. Hal itu akan dilakukan jika ketersediaan minimal terganggu. Diungkapkan, tahun lalu Bulog memperoleh kuota impor 300 ribu ton untuk memenuhi cadangan beras nasional. Namun, kuota tersebut tidak dipakai, karena petani lokal mampu memenuhi pasokan beras. ■ DIT
http://www.starbrainindonesia.com/berita/media/35053/3/ct-endus-pengusaha-yang-goyang-pangan-jelang-puasa
Harga kebutuhan pokok sejauh ini diklaim relatif stabil. Namun, pemerintah khawatir terjadi lonjakan harga menjelang puasa. Karena, ada sejumlah bahan pangan yang masih dikendalikan segelintir pengusaha. MENTERI Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung meminta, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) meningkatkan pengawasan terhadap perdagangan bahan kebutuhan pokok menjelang puasa. “Apabila ada yang melakukan praktik kartel, saya minta KPPU segera menindak tegas, karena masalah pangan itu berdampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat,” kata CT-panggilan akrab Chairul di Jakarta, pada akhir pekan lalu. CT mengatakan, dari data dimilikinya, stok pangan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan puasa dan Lebaran masyarakat. Selain itu, sampai saat ini harga pun relatif stabil. Namun demikian, dia khawatir akan terjadi lonjakan harga pada beberapa komoditas, menjelang puasa. Karena, ada komoditas dikuasai segelintir pengusaha.
“Ada salah satu pangan, jika dilihat izin atau perusahaan yang terdaftar itu jumlahnya banyak. Tapi kalau diamati lebihjauh, semua perusahaan itu hanya dikuasai empat orang," paparnya. CT mengungkapkan, pihaknya kini terus berupaya bagaimana caranya harga pangan tidak naik secara luar biasa menjelang puasa. Ketua KPPU Nawir Messi membenarkan, ada beberapa komoditas pangan dikuasai sedikit pengusaha. Namun demikian, dia belum mau membeberkan siapa pemainnya, karena sampai saat ini masih dalam tahap penyelidikan. “Kalau baru diselidiki terus kita ungkap ke publik, nanti yang bersangkutan bisa menghilangkan barang bukti,” imbuhnya.
Seperti diketahui, KPPU pernah menyelidiki kartel bawang, kedelai dan daging. Nawir berjanji akan terus mengawasi praktik kartel. Dia berharap, harga pangan tidak mengalami kenaikan menjelang puasa. Cadangan Beras Aman 8 Bulan Perum Bulog memiliki cadangan (buffer stock) beras nasional mencapai 1,95 juta ton yang tersebar di 600 gudang di berbagai daerah. Cadangan beras ini diklaim lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan melakukan peran Bulog melakukan operasi pasar.
“Itu cukup untuk 7 sampai 8 bulan ke depan. Untuk cadangan nasional, untuk salurkan raskin, dan operasi pasar,” ungkap Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso. Sutarto mengimbau masyarakat tidak perlu panik terhadap pasokan beras. Jika panik, justru akan memicu harga meroket. Dia menuturkan, untuk memenuhi kuota beras nasional, Bulog tidak mengandalkan impor. Hal itu akan dilakukan jika ketersediaan minimal terganggu. Diungkapkan, tahun lalu Bulog memperoleh kuota impor 300 ribu ton untuk memenuhi cadangan beras nasional. Namun, kuota tersebut tidak dipakai, karena petani lokal mampu memenuhi pasokan beras. ■ DIT
http://www.starbrainindonesia.com/berita/media/35053/3/ct-endus-pengusaha-yang-goyang-pangan-jelang-puasa
Langganan:
Postingan (Atom)