Rabu, 15 Januari 2014

Rizal Ramli: Gus Dur Itu Kayak Belanda

Rabu, 15 Januari 2014

Jakarta, GATRAnews - Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di era Presiden Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli, menceritakan beberapa kenangan sewaktu menjadi pembantu Presiden Gus Dur, termasuk candaan yang menyebut Gus Dur "kayak Belanda".

Kisah tersebut disampaikan Rizal, pada acara Haul Gus Dur ke-4 yang dihelat Partai Persatuan Pembangunan (PPP), di Jakarta, Selasa malam (14/1). "Gus Dur sebelumnya minta saya jadi ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Saya bilang, Gus, terima kasih umur saya waktu itu masih 45 tahun. Gus Dur nanti telepon saja kalau usia saya sudah 60 tahun. Biasanya Ketua BPK di atas 60 tahun," ujar Rizal, sebagai alasan menolak tawaran Gus Dur.

Kemudian, imbuh Rizal, Gus Dur kembali memanggilnya. "Rizal, saya kepengen kamu jadi Dubes RI untuk Amerika di Washington. Saya bilang, Gus kaya Belanda saja. Lo kenapa? Yang bandel-bandel biasanya dibuang ke luar negeri," celoteh Ramli.

Sampai akhirnya Gus Dur kembali memanggil Rizal, dan kali ini dia menegaskan, bahwa Rizal tidak boleh menolak tawarannya, karena biasanya jarang yang nolak kalau ditawari jabatan. "Kamu jadi kepala Bulog, dan saya bilang terima kasih. Tapi saya bilang saya mau hanya satu tahun saja. Kalau nggak dipecat, saya mengundurkan diri. Gus Dur bilang, pokoknya jangan bikin pusing saya, yang penting kamu ambil dulu!" jelas Rizal, mengutip ucapan Gus Dur.

Mendapat perintah tersebut, Rizal langsung bertanya apa tugas yang harus dilakukannya. "Kamu urus, bikin petani senang!" jawab Gus Dur. Rizal mengatakan bahwa pesannya saat itu sederhana, karena banyak dari kawan-kawan NU datang dari sektor pertanian.

Kemudian, imbuh Rizal, ia melakukan hal yang sederhana, yakni menaikkan harga beli gabah supaya petani dapat untung lebih banyak. Kemudian, Bulog menghentikan impor beras. Bulog sangat hobi sekali impor beras, karena ada komisi sekitar 10-30 dolar per ton.

"Kami pada waktu itu putuskan, nggak perlu impor, cukup kok, pemerintah Gus Dur tidak mau subsidi petani di Thailand, Vietnam, yang mau subsidi petani kita. Selama pemerintahan Gus Dur, tidak pernah impor beras secara resmi," tandasnya.

Tapi meski demikian, ungkap Ramli, masih banyak yang "nakal", yakni pihak swasta melakukan impor beras dan dijual lagi oleh Bulog, sehingga muncul lelucon "beras spanyol" (separuh nyolong). "Staf Dubes Spanyol telepon saya, Doktor Ramli jangan pakai nama Spanyol, gak enak negara kita," ucap Ramli, sambil tertawa.

Ramli mengaku bingung dengan banyaknya gudang Bulog, namun negeri ini hobi sekali melakukan impor beras, sehingga dirinya langsung membuat kebijakan agar tidak ada lagi yang main-main di impor beras.

"Akhirnya kami putuskan, Bulog hanya izinkan beli gabah, karena kalau gabah disimpan di gudang Bulog, umurnya bisa nambah tiga tahun. Kalau musim peceklik bisa digiling di pedesaan supaya ada pekerjaan. Sayang kebijakan itu berganti, setelah pemimpin Bulog yang baru balik lagi impor beras, karena mau nyolong lagi," cetusnya.

Kenangan Rizal Ramli bersama Gus Dur belum berhenti sampai di situ. Ia mengisahkan, suatu hari Gus Dur memanggilnya lagi. "Rizal, saya perintahkan kamu benahi IPTN karena rugi terus dan IMF maunya IPTN dibubarkan," tuturnya, menirukan Gus Dur.

Mendapat perintah demikian, Rizal balik bertanya. "Saya bilang Gus? Nggak salah nelepon nih, saya kepala Bulog Gus. Gus harusnya telepon menteri perindustrian. Gus Dur bilang, nggak, saya mau kamu. Saya coba tetap ngeles, dengan bilang, Gus, dulu saya suka mengkritik proyek pak Habibie, bukan nggak suka IPTN, tapi biasanya jorjoran, mahal," ucap Rizal.

Mendapat jawaban tersebut, Gus Dur langsung bilang. "Masalahnya kamu, ngapain kritik dia zaman dulu, tugas kamu beresin!" kata Rizal, menuturkan perintah Gus Dur.

Mendapat perintah itu, Rizal akhirnya mencoba membereskan IPTN. Langkah pertama yakni mengganti nama IPTN menjadi Dirgantara Indonesia supaya basis strateginya berubah dan menjadi industri pesawat terbang yang kompetitif. Selain itu, manajemennya pun langsung diganti dan diberi target selama 2 tahun harus selesai.

"Ternyata dalam jangka 2 tahun, yang tadinya rugi ratusan miliar, bisa untung walaupun hanya berapa belas miliar," ungkap Ramli.

Kemudian, lanjut Ramli, pada tahun 2000-2001 masih terjadi krisis dan jumlah penumpang pesawat anjlok hingga 60 persen. Gus Dur kembali memanggilnya dan memerintahkan agar memikirkan caranya supaya industri airline negeri ini tumbuh kembali.

"Pemerintah Gus Dur yang memberikan kompetisi pada penerbangan swasta, diberikan izin kepada Lion Air dan lain-lain. Sayangnya Rusdi (direktur utama Lion Air, Red.) lupa kacang sama kulitnya, dan bergabung dalam partai yang melupakan sejarah Gus Dur," celoteh Rizal.

Kebijakan tersebut menimbulkan dampak yang luar biasa. Adanya persaingan antar-maskapai sehingga biaya per penumpang per kilometer menjadi menurun 60 persen, sehingga rakyat yang tadinya tidak bisa naik pesawat terbang bisa naik pesawat, dan jumlah penumpang pun meningkat hampir 5 kali lipatnya.

"Ternyata bisa mengubah Indonesia melalui kebijakan tanpa uang. Hal-hal ini selain ikhlas yang dilakukan Gus Dur, juga keberpihakan. Dia bilang, masa konglemerat saja yang direkturisasi utangnya, Rizal kamu beresin, yang petani, usaha kecil menengah kita rekturisasi. Saya bebaskan tumpukan bunga sehingga mereka kembali, termasuk sektor realestate yang saat itu terkena kasus sehingga direkturisasi dan kembali hidup," paparnya.

Kemudian pada masa pemerintahan Gus Dur, dia bandara dibangun, yakni di Padang dan Palembang, yang selesai di masa pemerintahan berikutnya.

"Jalan tol Jakarta-Bandung selesai, bahkan dapat hadiah dari pemerintah Kuwait jembatan Pasupati di Bandung," ungkapnya.

Ramli mengatakan, masih banyak cita-cita Gus Dur yang belum terlaksana hingga akhir jabatannya sebagai presiden keempat Indonesia, di antaranya masih banyak orang tertindas di negeri ini.

"Masih ada orang yang tertindas secara ekonomi, sosial, politik yang Gus Dur tidak mau. Cita-cita Gus Dur, tidak ada lagi yang tertindas, baru 20 persen yang merdeka, sedangkan 80 persen lainnya belum pernah nikmati arti kemerdekaan," pungkasnya. (IS)

http://www.gatra.com/nusantara-1/nasional-1/45447-rizal-ramli-gus-dur-itu-kayak-belanda.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar