Rabu, 29 Januari 2014
RMOL. DPR menolak usulan Perum Bulog yang ingin menaikkan harga beras untuk rakyat miskin (raskin). Kebijakan tersebut dianggap sering salah sasaran dan membebani rakyat.
Anggota Komisi IV DPR Ian Siagian menegaskan, tidak alasan bagi Bulog menaikkan harga raskin. Perusahaan pelat merah seharusnya hanya fokus dalam penyaluran supaya tepat sasaran.
“Terkait dengan urusan subsidi, itu urusan pemerintah dan DPR. Bulog tidak perlu memikirkan,” tegasnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Politisi PDIP itu mengatakan, saat ini masih banyak raskin yang tidak tepat sasaran dan banyak dinikmati orang kaya. Daftar penerima raskin harusnya dikaji lagi.
Terkait melonjaknya beban subsidi untuk raskin, Ian mengatakan, tidak menjadi masalah selama itu dinikmati masyarakat bawah. Sebab itu, dia juga meminta dilakukan audit terhadap penyaluran raskin, disamping kualitasnya juga perlu diperbaiki, apalagi saat ini banyak keluhan kualitasnya buruk.
Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mewacanakan kenaikan harga raskin sebesar 30 persen. Pasalnya, selama ini Bulog selalu menjual beras kepada rakyat miskin dengan harga di bawah harga pasar. Kondisi ini membuat pemerintah harus mengalokasikan anggaran subsidi yang besar untuk program raskin.
“Untuk menghindari itu (subsidi besar), maka naikkan harga. Ini siap-siap saja, siapa tahu ganti pemerintah ganti kebijakan,” kata Sutarto.
Dia mengatakan, tahun ini harga raskin masih dipatok Rp 1.600 per kg. Rencananya tahun depan dinaikkan menjadi Rp 2.800, kemudian menjadi Rp 3.000 per kg pada 2016, dan Rp 3.200 pada 2017-2018.
Sutarto mengakui, kenaikan harga akan memberatkan masyarakat miskin. Karena itu, dia mengusulkan pemerintah daerah ikut membantu.
Dia mengungkapkan, pada 2013, realisasi penyaluran raskin cukup besar. Dalam setahun, pemerintah menyalurkan 15 kali raskin. Kebijakan itu diambil sebagai kompensasi kebijakan kenaikan BBM dan menjelang hari raya keagamaan.
Dari data Bulog, saat ini 15,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) membeli raskin dengan harga Rp 1.600 per kg. Jatah satu RTS 15 kg setiap bulannya. Bulog berharap jumlah RTS pada 2018 turun menjadi 4,99 juta dengan jatah dinaikkan menjadi 40-45 kg per bulan.
“Bulog mengusulkan penambahan alokasi per RTS secara bertahap sehingga dapat memenuhi 75 persen hingga 80 persen dari kebutuhan beras RTS,” kata Sutarto.
Dia menambahkan, penerima raskin tidak hanya kelompok masyarakat miskin. Lebih dari separuh penduduk Indonesia menerima beras itu, sekitar 12,5 persen bahkan kelompok orang kaya.
Kepala Kelompok Kerja Pengendali Kluster 1 Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sri Kusumastuti Rahayu mempertanyakan kecilnya volume raskin yang diterima RTS. Dari yang dialokasikan 15 kg per RTS, kenyataan di lapangan hanya menerima 5 kg.
Kalau realisasinya hanya menerima 5 kg akibat raskin juga diterima warga yang bukan masuk kategori miskin, makin kecil pula bantuan yang diterima kelompok masyarakat miskin. ***
http://m.rmol.co/news.php?id=141620
Tidak ada komentar:
Posting Komentar