Senin, 13 Januari 2014
TANJUNGPINANG (BP)- Menjelang Natal dan tahun baru 2014 lalu, terjadi gejolak kenaikan harga sejumlah komoditas di wilayah Kepri. Hal itu terjadi karena penentuan harga bahan pokok dilepas sepenuhnya kepada mekanisme pasar, tanpa ada kontrol pemerintah terkait. Gubernur Kepri Muhammad Sani mengakui, saat ini pemerintah daerah maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri sulit mengontrol harga barang-barang di pasaran. Karena penentuan harga saat ini sesuai mekanisme pasar, sehingga besar kecil penjual yang menentukan.
Ilustrasi
Ilustrasi
”Memang salah satu solusi mengerem harga tersebut adalah fungsi Badan Urusan Logistik (Bulog) harus dikembalikan. Kita sudah berulang kali mengajukan itu, namun sampai saat ini belum disetujui. Hal inilah yang menyulitkan Pemprov melakukan pengawasan harga tersebut,” ucap Sani akhir pekan lalu di Gedung Daerah Tanjungpinang.
Disinggung tingginya harga sejumlah komiditas di Ibu Kota Provinsi Kepri, Tanjungpinang salah satunya disebabkan karena tidak mumpunnyai pelabuhan bongkar muat yang ada. Sani mengatakan, saat ini Pemprov terus berupaya menyiapkan Pelabuhan Tanjung Moco.
”Nantinya, segala aktivitas bongkar muat di pelabuhan Batu 6 akan dipindahkan Pelabuhan Tanjungmoco. Sehingga, akan memberikan jaminan dan pelayanan yang lebih baik,” ujar Sani.
Pantaun di sejumlah pasar di Tanjungpinang menjelang perayaan Imlek 2013, harga sembako kembali melambung tinggi. Beberapa di antaranya harga cabe merah dan rawit, bawang merah dan bawang putih yang mulai terhitung dari Rabu (8/1) kemarin.Harga barang-barang di Pasar KUD, harga cabe merah yang semula Rp48 ribu, sejak kemarin mulai meroket menjadi Rp55 ribu.
Sementara cabe rawit naik menjadi Rp38 ribu, sebelumnya berkisar Rp24 ribu.
”Hampir semua harga kebutuhan pokok naik,” ucap Neni, salah satu pedagang di Bintan Centre.
Harga kebutuhan pangan impor seperti bawang merah India yang juga ikut naik menjadi Rp16 ribu per kilogram, awalnya hanya Rp10 ribu per kilogram. Namun, harga bawang merah India masih relatif lebih murah dibandingkan dengan harga bawang merah Jawa yang saat ini mencapai Rp35 ribu per kilogram. Padahal, bawang merah Jawa ini berkisar Rp28 ribu per kilgram.
Harga tomat pun juga ikut naik menjadi Rp17 ribu per kilogram, sebelumnya Rp12 ribu per kilogram. Kenaikan harga yang cukup signifikan ini, dikatakan Neni, dikarenakan faktor cuaca. Di mana musim angin Utara dan hujan dengan intensitas cukup tinggi, mempengaruhi hasil panen.
”Harga mahal begini bikin bingung mau masak apa,” keluh Devi, salah satu ibu rumah tangga sambil memilih bawang merah India. Sementara pasokan kebutuhan pangan di pasaran, masih mencukupi walaupun dikatakan pas-pasan beberapa hari lalu. (jpg)
http://batampos.co.id/2014/01/13/pemerintah-sulit-kontrol-harga-gubernur-minta-peran-bulog/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar