Selasa, 28 Januari 2014

Ribuan Hektar Sawah Rusak

Selasa, 28 Januari 2014

Jalur Pantura Mulai Diperbaiki

KARAWANG, KOMPAS — Banjir di pantai utara Jawa telah menyebabkan ribuan hektar tanaman padi di Kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu di Jawa Barat serta lumbung padi di Jawa Tengah rusak berat. Kerugian belum dapat dipastikan karena hingga Senin (27/1) areal persawahan masih tergenang.
Banjir hingga setinggi 1,5 meter, misalnya, masih menggenangi kawasan persawahan yang mayoritas ditanami padi di Desa Suka Makmur, Kecamatan Teluk Jambe, Kabupaten Karawang. Bagi warga setempat, hal itu berarti banjir sudah lebih dari dua pekan menggenang. Tanaman padi yang siap berbuah dan sebagian besar yang siap panen puso.

Sejumlah petani yang ditemui di sawah mengaku tidak dapat berbuat banyak. Bukannya tidak mengantisipasi banjir, mengingat kawasan itu kerap kebanjiran saat musim hujan, mereka mengaku hadirnya banjir tahun ini lebih cepat. Mereka membabati tanaman padi yang sudah terlihat layu di lokasi yang sudah mengering dari genangan banjir dan mencucinya dengan air banjir sebelum dijemur.

”Banjir datang saat kami panen. Hanya sempat mengamankan 1,6 ton padi. Selebihnya masih terendam,” kata Warta (45), seorang petani. Ia menanam padi di lahannya seluas 3 hektar. Dalam kondisi panen bagus, lahannya menghasilkan 5 ton padi per hektar.

”Modal saya untuk tanam musim ini Rp 15 juta tidak bakal kembali. Cara tanam selanjutnya itu yang menjadi pikiran saya,” kata Warta.

Di Kabupaten Karawang, banjir terjadi di 173 desa dari 309 desa dan di 28 kecamatan dari 30 kecamatan. Banjir terjadi mulai 11 Januari. Puncaknya terjadi pada 18 Januari.

Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, hingga akhir pekan lalu banjir menggenangi areal sawah tanam seluas 9.698 ha dengan umur tanaman 1-80 hari dan areal persemaian seluas 11.538 ha dengan umur 1-30 hari.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Subang memperkirakan, seluas 15.000 hektar tanaman padi terendam banjir sejak dua pekan lalu.

”Diperkirakan, kegagalan panen atau puso mencapai 70 persen dari seluruh persawahan yang terendam,” kata Hendrawan, Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Subang. Nilai kerugian petani akibat banjir diduga mencapai Rp 26,2 miliar.

Hingga Senin petang, genangan air di sebagian besar sawah mulai surut. Arun (70), warga Desa Bobos, Kecamatan

Legonkulon, mengatakan, akibat banjir, sawahnya terendam hingga 50 sentimeter sejak Sabtu dua pekan lalu. Padahal, sepuluh hari sebelumnya, ia baru saja melakukan pembibitan untuk 6 hektar sawahnya. Tak kurang dari Rp 6 juta sudah ia habiskan. ”Harus mengulang pembibitan lagi karena yang sebelumnya rusak,” kata Arun.

Menurut dia, banjir kali ini adalah yang terparah selama ia tinggal di sana, lebih dari 50 tahun. Sebelumnya, menurut dia, banjir hanya menggenangi sawah sekitar 20 sentimeter dan air bisa tersalurkan dalam waktu kurang dari tiga hari.

Banjir yang merendam Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sepanjang pekan lalu, membuat pasokan pangan dari daerah penghasil beras di Jabar itu terancam. Banjir merendam sedikitnya 42.740 ha sawah di 239 desa pada 29 kecamatan.

Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu Sutatang menuturkan, sawah yang terendam itu berpotensi besar rusak. Sebagian besar petani di pantura itu baru saja memulai musim tanam rendeng. Dengan kondisi terendam banjir selama lebih dari tiga hari, benih-benih padi yang umumnya berusia kurang dari 40 hari dipastikan rusak. Petani mesti mengulangi musim tanam rendeng.

”Seharusnya Indramayu sudah mulai musim tanam pada Desember sampai Januari ini. Namun, karena banjir, benih-benih padi itu rusak. Kondisi ini membuat musim tanam pertama mundur sehingga berdampak lanjutan terhadap mundurnya musim tanam kedua,” ujarnya.

”Jika petani mengulang musim tanam pada Februari, panen baru bisa dilakukan pada Juni atau Juli. Stok pangan baru ada pada pertengahan tahun ini. Padahal, seharusnya pada bulan-bulan itu, petani idealnya memulai musim tanam gadu,” ungkap Sutatang.

Bupati Indramayu Anna Sophanah menyatakan daerahnya dalam kondisi darurat bencana. ”Kondisi ini juga mengancam lumbung pangan karena sawah-sawah terendam,” ungkapnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Kudus Harsito mengatakan, tanaman padi di Kudus seluas 13.918 ha. Adapun yang terkena banjir seluas 6.295 ha di 46 desa dan yang puso seluas 5.117 ha.

Di Pati, Jawa Tengah, untuk sementara tanaman padi yang tergenang banjir berada di 53 desa seluas 2.706 ha. Dari luasan itu, seluas 631 ha puso. Di Jepara, lahan pertanian yang tergenang banjir seluas 6.190 ha dan 3,101 ha mengalami puso.

Secara terpisah, Kementerian Pekerjaan Umum bakal menggunakan tiga cara atau metode penambalan lubang dan kerusakan jalan negara di wilayah pantura. Dalam jangka pendek, penambalan diutamakan atas lubang yang dikategorikan parah dan dapat mencelakakan kendaraan jenis sepeda motor.

Kepala Pelaksana Jalan Wilayah IV Kementerian Pekerjaan Umum Bambang Hartadi menyatakan, tiga metode dilakukan mengikuti jenis kerusakan, yakni ringan, sedang, dan parah.

Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum Danis H Sumadilaga mengatakan, saat ini Kementerian PU sedang membahas secara detail bagaimana mengatasi kerusakan di pantura.

Menurut Danis, kerusakan di jalur pantura harus segera diatasi karena jalur tersebut merupakan urat nadi ekonomi nasional. Kementerian PU telah menganggarkan Rp 1,3 triliun untuk perawatan dan perbaikan jalan di jalur pantura. Apabila anggaran ini ternyata kurang, akan dianggarkan lagi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan.(A06/ARN/BEN/LAS/MAS/HEN/HEI/EGI/REK)

http://epaper.kompas.com/kompas/books/140128kompas/#/1/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar