JAKARTA - Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) menilai, keputusan pemerintah untuk mengimpor daging kerbau dari India hanya menguntungkan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog). Pasalnya pemerintah hanya menunjuk Bulog untuk mendistribusikan daging kerbau yang hingga akhir tahun ditargetkan mencapai 10 ribu ton.
(Baca Juga: Peternak Sapi di Ambang Kehancuran Terimbas Impor Daging Kerbau)
Ketua APDI Asnawi mengatakan, harga beli daging kerbau di India yaitu sekitar Rp46 ribu per kg dengan tambahan ongkos operasional maka modal Bulog sekitar Rp53 ribu per kg. Daging kerbau tersebut dijual ke 43 pasar di Tanah Air.
"Teman-teman di pasar diminta untuk harga tebus kisaran di atas Rp59 ribu sampai Rp60 ribu dan tidak boleh dijual lebih dari Rp65 ribu per kg," katanya dalam Roundtabel Discussion Koran Sindo, Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Artinya, kata dia, dengan modal tersebut maka Bulog mendapatkan keuntungan kotor sekitar Rp10 ribu sampai Rp19 ribu per kg. Lebih jauh, Bulog juga hanya tinggal duduk manis karena modal, izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan lokalisasi telah disiapkan pemerintah.
"Ini yang mengais keuntungan paling besar adalah Bulog. Ini bisnis anyar, siapa yang diuntungkan? Menurut saya yang diuntungkan itu Bulog. Dia modal diberikan dengan bunga murah, izin disiapkan, termasuk RPH disiapkan. Jadi lo tinggal duduk manis doang," imbuh dia.
Asnawi menambahkan, keputusan pemerintah untuk mengimpor daging kerbau dari India juga memukul pedagang sapi lokal. Sebab, harga daging kerbau yang murah tidak sebanding dengan daging sapi yang memang lebih mahal di pasaran.
"Kalau pemerintah gempur pasar becek dengan daging kerbau itu bukan apple to apple. Harusnya sapi dengan sapi," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar