Sabtu, 10 Oktober 2015
Vietnam Menangi Kontrak dan Memasok 1 Juta Ton
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia diberitakan telah memesan beras sebanyak 1 juta ton kepada Pemerintah Vietnam melalui Perum Bulog. Meskipun begitu, hingga kemarin pemerintah belum berencana mendatangkan beras tersebut ke Indonesia.
Seperti diberitakan The Saigin Times, sebuah media di Vietnam, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam menyatakan Vietnam menang kontrak untuk memasok beras 1 juta ton ke Indonesia. Direktur Thinh Phat Co Ltd Lam Anh Tuan menyebutkan, beras untuk Indonesia terdiri dari 750.000 ton dengan kualitas patahan 15 persen dan 250.000 ton beras dengan patahan 5 persen atau beras premium.
Beras tersebut akan dikirim selama enam bulan, yaitu mulai bulan Oktober ini hingga Maret tahun depan. Menyusul informasi ini, harga beras internasional naik 10 dollar AS per ton. Untuk beras patahan 5 persen menjadi 355 per ton dan untuk patahan 15 persen menjadi 340 dollar AS per ton.
Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti ketika dikonfimasi Kompas, Jumat (9/10), Djarot tidak bersedia menjawab.
"Maaf, untuk masalah ini mohon menghubungi kementerian saja," kata Djarot melalui pesan singkat.
Saat hal ini ditanyakan kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang menerbitkan izin ekspor dan impor, tidak ada jawaban mengenai hal ini. Menteri Perdagangan Thomas Lembong dan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Karyanto Suprih, tidak menjawab pertanyaan terkait hal itu.
Rencana pemerintah untuk mengimpor atau belum perlu mengimpor beras telah disampaikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia beberapa waktu lalu. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan Indonesia akan mengimpor beras sebanyak 1,5 juta ton untuk stabilitas pasokan dan harga. Beberapa hari setelah pernyataan Jusuf Kalla, Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia belum perlu mengimpor beras karena stok masih aman.
Berdasarkan data Perum Bulog, stok beras sebanyak 1,7 juta ton, terdiri dari 1,1 juta ton beras medium yang merupakan beras sejahtera (rastra) dan 700.000 ton beras premium. Stok itu akan berkurang karena Bulog akan membagikan rastra ke-13 dan ke-14 masing-masing sebanyak 230.000 ton. Bulog juga tengah menggelar operasi pasar beras premium sebanyak 300.000 ton.
Penjelasan kepada publik
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa mengemukakan, pemerintah perlu memberikan penjelasan kepada publik terkait tender impor beras 1 juta ton, sekalipun hal itu bertentangan dengan yang disampaikan Kementerian Pertanian terkait surplus produksi. Kejujuran pemerintah bahwa terjadi masalah produksi serta penjelasan perlunya impor beras akan berdampak positif meredam gejolak harga pangan yang dimungkinkan terjadi pada akhir 2015 dan awal 2016. "Jika impor beras dilakukan diam-diam, akan mendeligitimasi pemerintah dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan program yang dijalankannya selama ini," ujarnya.
Sementara itu, Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kemendag mencatat, rata-rata nasional harga beras medium pada Jumat Rp 10.428 per kilogram (kg). Harga tersebut lebih tinggi ketimbang sepekan sebelumnya, yaitu Rp 10.361 per kg. Sepanjang periode 8 September-9 Oktober 2015, harga beras medium masih di atas Rp 10.000 per kg atau belum kembali ke harga normal Rp 8.500 per kg.
Di tempat terpisah, Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan, realisasi pertanaman padi September dan Oktober 2015 bakal menjadi salah satu tolok ukur evaluasi kebijakan impor beras karena pertanaman pada dua bulan tersebut menjadi dasar penghitungan produksi padi awal 2016, puncak paceklik. (HEN/MAS/MAR)
http://print.kompas.com/baca/2015/10/10/RI-Pastikan-Impor-Beras
Tidak ada komentar:
Posting Komentar