Kamis, 22 Oktober 2015

Impor Beras Tergantung Cuaca

Kamis, 22 Oktober 2015

Musim Tanam Pertama Mundur

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana mendatangkan beras dari Vietnam dan Thailand untuk memperkuat cadangan beras nasional. Keputusan mendatangkan beras itu akan diambil pada akhir bulan ini dengan mempertimbangkan cuaca.

"Nanti diputuskan kalau sudah kelihatan kondisi cuacanya. Kalau memang perlu, ya, akan ditarik ke Indonesia, tapi belum kami putuskan," kata Presiden Joko Widodo seusai membuka Trade Expo Indonesia 2015 di Jakarta, Rabu (21/5).

Menurut Joko Widodo, beras itu sudah ada. Beras itu akan didatangkan apabila tidak terjadi hujan pada minggu ketiga dan keempat Oktober ini.

"Impor itu kita lakukan untuk memperkuat cadangan beras nasional, tetapi bisa ditaruh di Vietnam atau Thailand dan bisa juga ditaruh di sini," katanya.

Sebelumnya, pemerintah belum mau membuka rencana mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand. Padahal, cadangan beras nasional di Perum Bulog telah menipis. Pada akhir tahun, stok beras medium di Perum Bulog diperkirakan tinggal 50.000 ton karena telah disalurkan kepada masyarakat tidak mampu dan dipergunakan untuk operasi pasar.

Bulog tidak mampu menambah stok dari dalam negeri karena harga beras di petani lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP), Rp 7.300 per kg. Perum Bulog hanya mampu menyerap beras petani melalui mekanisme pengadaan komersial.

Rencana pemerintah mengimpor beras terungkap setelah media Vietnam, The Saigon Times, memberitakan Vietnam menang kontrak memasok beras 1 juta ton ke Indonesia. Beras itu terdiri dari 750.000 ton dengan kualitas patahan 15 persen dan 250.000 ton beras dengan patahan 5 persen atau beras premium.

Sementara itu, sejumlah petani di wilayah lumbung beras Jawa Tengah dan Jawa Barat memperkirakan musim tanam I mundur akibat El Nino. Di Jawa Tengah, Forum Perkumpulan Petani Pengguna Sistem Irigasi Waduk Kedung Ombo ada kemunduran tanam sekitar 10.000 hektar (ha) sawah di daerah hilir dari Oktober menjadi akhir November akibat kekurangan air.

Penundaan tanam yang berdampak pada mundurnya panen juga diperkirakan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat. Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Jawa Barat Masroni mengemukakan, MT I di wilayah hilir Bendung Rentang dan Waduk Jatiluhur diperkirakan mundur karena dampak El Nino. Di wilayah irigasi Bendung Rentang yang meliputi Indramayu, Majalengka, dan Cirebon itu, air irigasi baru akan dialirkan pada 15 November.

"MT I biasanya dimulai pada Desember-Januari 2015. Karena keterbatasan air dan kalau tidak hujan, MT I bisa mundur Januari-Februari 2016," katanya.

Dalam negeri

Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras DKI Jakarta Nellys Soekidi meminta pemerintah mengutamakan dahulu serapan beras di dalam negeri. Saat ini masih ada sejumlah daerah yang panen, misalnya di Ngawi, Jawa Timur. Pada Januari-Februari 2016, sejumlah daerah irigasi teknis pasti akan panen dan terjadi hujan meskipun terdampak El Nino.

"Impor sebaiknya sebagai alternatif saja atau jika benar-benar dibutuhkan. Kalaupun mau impor, perlu diimbangi penghitungan data yang akurat dengan mempertimbangkan dampak El Nino terhadap musim tanam (MT) I," ujarnya.

Nellys menilai, meskipun belum ada pernyataan resmi dari pemerintah, impor beras sebanyak 1 juta ton dari Vietnam itu terlalu banyak. Kalaupun pemerintah memang memutuskan impor beras untuk stok awal tahun, jumlahnya cukup 500.000 ton saja.

Profesor Riset Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Husein Sawit mengatakan, terlalu banyak gangguan politik yang menyebabkan kebijakan impor beras gaduh dan ribut.

Jika saja pemerintah punya kriteria yang jelas kapan perlu impor atau tidak impor, pasar beras tidak akan mengalami kejutan. (HEN/MAS)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/151022kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar