Selasa, 6 Oktober 2015
Pasokan Beras Terus Berkurang
TEGAL, KOMPAS — Harga beras di Kota Tegal, Jawa Tengah, dan sekitarnya masih bertahan tinggi, seiring pasokan beras yang terus berkurang. Keterbatasan pasokan berdampak pada penyerapan beras oleh Bulog Subdivisi Regional VI Pekalongan. Volume penyerapan beras sedikit, dan sebagian besar berjenis premium.
Kepala Bulog Sub-Divisi Regional (Divre) VI Pekalongan Ismoyo Dwi Djantoro, Senin (5/10), mengatakan, saat ini, rata-rata penyerapan beras premium sebanyak 200 ton hingga 250 ton per hari. Sementara penyerapan beras medium yang digunakan untuk penyaluran beras sejahtera (rastra), yang sebelumnya dinamakan beras miskin (raskin), 150 ton hingga 200 ton per hari.
Menurut Dwi, serapan beras yang kecil juga dipengaruhi turunnya harga beli oleh Bulog. Saat ini, harga beras premium dengan kadar butir patah 10 persen Rp 8.500 per kilogram (kg), sedangkan harga beras premium dengan kadar butir patah 15 persen sebesar Rp 8.250 per kg.
Harga pembelian pemerintah (HPP) untuk beras medium hanya Rp 7.300 per kg. Harga itu lebih rendah daripada harga beras sejenis di pasaran sehingga sebagian petani memilih menjual beras ke pasar. "Meskipun demikian, kami tetap mengerahkan semua kemampuan untuk penyerapan beras," kata Dwi.
Dari target percepatan penyerapan (hingga Oktober) sebanyak 80.000 ton, saat ini Bulog Subdivre VI Pekalongan sudah mampu menyerap sekitar 72.000 ton beras atau sekitar 90 persen. Dibandingkan dengan target penyerapan hingga akhir tahun sebanyak 110.000 ton, pencapaian penyerapan beras oleh Bulog Subdivre VI Pekalongan masih sekitar 65 persen.
Ismoyo menambahkan, saat ini, persediaan beras di Gudang Bulog Subdivre VI Pekalongan, baik medium maupun premium, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga Maret 2016. Pihaknya juga mulai menyalurkan rastra ke-13, Oktober ini.
Penyaluran rastra ke-13 sudah mulai dilakukan di Kabupaten Batang dan Pekalongan, sebanyak 500 ton. Saat ini, penyaluran rastra reguler Oktober di tujuh kabupaten/kota, meliputi Kabupaten Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, serta Kota Tegal dan Kota Pekalongan, juga sudah mencapai 90 persen.
Di Jawa Timur, Perum Bulog setempat telah menyerap beras petani 330.923 ton dari target 500.000 ton. Menurut Humas Perum Bulog Jatim Julia Hermawati, penyerapan beras akan terus dilakukan hingga memenuhi target 1,1 juta ton.
Khusus di Kabupaten Jember, sampai dengan 2 Oktober, Perum Bulog Subdivre Jember berhasil menyerap 52.885 ton beras berbagai kualitas. Jumlah itu 64 persen dari target 70.000 ton untuk pembelian selama tahun 2015. Wakil Kepala Perum Bulog Subdivre Jember Rahmawati mengatakan itu pada Senin kemarin.
Tinggi
Di pasaran, harga beras terus naik dan bertahan tinggi. Di Pasar Induk Beras Martoloyo, Kota Tegal, Senin, saat ini harga beras C4 di tingkat grosir Rp 9.400 hingga Rp 9.600 per kg. Di tingkat eceran, harga beras C4 sudah mencapai Rp 10.000 hingga Rp 10.500 per kg.
Menurut pedagang beras di Pasar Induk Beras Martoloyo, Mahrudi, harga beras tetap bertahan tinggi karena pasokan semakin berkurang. Di Tegal dan sekitarnya, panen beras hanya tersisa di wilayah selatan, seperti Kabupaten Pekalongan dan Pemalang bagian selatan.
Dia memperkirakan harga beras masih naik lagi, seiring kemarau yang masih berlangsung.
Sejak September, harga beras di Surabaya, Jawa Timur, naik berkisar Rp 200 hingga Rp 300 per kg. Pemicunya, pasokan beras dari sentra produksi berkurang, seiring berakhirnya panen.
Di Pasar Beras Bendulmerisi, Surabaya, Senin, harga beras medium kini Rp 9.000 per kg dari sebelumnya Rp 8.600 per kg. Harga beras premium dari Rp 10.500 per kg kini Rp 11.500 dan beras Bulog Rp 7.000 per kg.
Di Jatim sendiri, panen padi masih terus berlangsung kendati sifatnya masih sporadis di lokasi tertentu. Panen padi di tengah kemarau ekstrem itu antara lain berlangsung di Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Blitar. Pantauan di lapangan, produktivitas hasil panen petani rata-rata di atas 7 ton, bahkan 10 ton per hektar.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Madiun Suharno mengatakan, harga gabah kring giling (GKG) di tingkat petani saat ini Rp 5.000 hingga Rp 5.100 per kg. Harga gabah itu tergolong tinggi sebab berada di atas HPP Rp 4.600 per kg dan harga jual pada musim panen raya Maret-April lalu.
"Namun, apabila dibandingkan sebelumnya, pada awal panen bulan September, harga gabah saat ini mulai turun. Saat itu harga GKG Rp 5.400-Rp 5.500 per kg. Tingginya harga gabah inilah yang memicu kenaikan harga beras menjadi Rp 9.500 hingga Rp 12.000 per kg di tingkat konsumen," ujar Suharno.
Dia menambahkan, harga gabah diperkirakan bergerak turun seiring datangnya musim panen raya. Bulog pun harus membeli gabah dengan harga pasar.
(ETA/SIR/WIE/NIK)
http://print.kompas.com/baca/2015/10/06/Penyerapan-Bulog-Rendah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar