Selasa, 27 Oktober 2015

Cari Pasokan Beras, Bulog Jajaki Kamboja dan Pakistan

Senin, 26 Oktober 2015


JAKARTA, KOMPAS.com – Komitmen jual-beli beras dari Vietnam sebesar 1,5 juta ton masih bisa berubah.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayekti menuturkan, hal tersebut seiring dengan adanya pembeli lain, selain Indonesia yang juga berniat membeli beras dari Vietnam.

Atas dasar itu, untuk mengantisipasi cadangan beras pemerintah yang disimpan di gudang Bulog, saat ini tengah dijajaki kemungkinan impor dari negara lain.

Djarot menuturkan, selain Vietnam ada kemungkinan pemerintah mengimpor beras dari Thailand.

Adapun komitmen awal yang disampaikan pihak Thailand, negeri gajah putih itu menyatakan siap untuk memasok 500.000 ton beras ke Indonesia.

Akan tetapi, Djarot membenarkan pemerintah masih mencari sumber-sumber pasokan beras yang lainnya.

“Kita baru coba kontak-kontak, komunikasi ke beberapa negara. Burma, Kamboja, Pakistan. Tanya dia punya beras enggak? Bisa dikirim enggak? Daripada enggak ada kan,” kata Djarot ditemui di sela-sela Laporan 1 Tahun Kementerian BUMN – Kabinet Kerja RI, Jakarta, Senin (26/10/2015).

Komitmen impor beras dari Vietnam ini, lanjut Djarot, nampaknya memang segera akan direalisasikan pada pekan ketiga atau keempat Oktober 2015. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang menyampaikan, bilamana hujan masih ragu-ragu turun di akhir Oktober, maka pemerintah akan merealisasikan impor beras akhir bulan ini.

“Segera (datang) dalam minggu-minggu ini. Kan ini sudah batasan yang beliau (Jokowi) bilang. Dan ingat, bahwa ini bukan untuk pasar. Ini untuk cadangan,” ucap Djarot.

Dia lebih lanjut bilang, sebetulnya impor beras dari Vietnam tergantung pada berapa banyak kekurangan ketersediaan beras yang ada di dalam negeri.

Akan tetapi, mengingat kapasitas loading pelabuhan di Vietnam terbatas, eksekusi dari impor beras ini perlu disegerakan.

Atau konsekuensinya, realisasi masuknya beras dari Vietnam tidak akan sebesar kesepakatan 1,5 juta ton sampai akhir tahun ini.

“Dengan terbatasnya waktu, dengan kondisi yang ada, dia mungkin hanya bisa merealisasikan (ekspor ke Indonesia) 1 juta ton,” kata Djarot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar