Rabu, 14 Oktober 2015
Jakarta -Kementerian Pertanian (Kementan) meminta agar keputusan final terkait impor beras benar-benar diperhitungkan dengan cermat antar kementerian dan lembaga. Kementan khawatir impor beras merugikan para petani jika dilakukan tanpa persiapan dan perhitungan matang.
Dirjen Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring menyatakan, Kementan tak ingin petani kehilangan motivasi menanam padi akibat impor yang berlebihan. Saat ini, petani sedang bersemangat menanam padi karena harga beras yang cukup menguntungkan di tingkat petani.
Dia menuturkan, kini tak ada petani yang mau menanam kedelai karena impor kedelai yang begitu bebas. Padahal, Indonesia pernah swasembada kedelai pada 1992. Hal yang sama bisa terjadi pada tanaman pangan lain, termasuk beras, jika pemerintah salah mengambil kebijakan.
"Impor bisa menjatuhkan harga petani, kasihan petani. Lihat kedelai yang impornya banyak dan nggak dikendalikan, sekarang nggak ada petani yang mau tanam kedelai," kata Hasil kepada detikFinance di Jakarta, Rabu (14/10/2015).
Menurut perhitungan Kementan, ada surplus beras sebanyak 10 juta ton dari panen Februari sampai Oktober tahun ini, sehingga kebutuhan beras masih bisa sepenuhnya dipenuhi dari produksi dalam negeri. Selain itu, masih ada stok beras yang dikuasai pedagang.
"Dari Februari-Oktober, sudah 9 bulan, kita selalu surplus beras. Hitungan kasar kita 10-11 juta ton. Belum lagi sisa akhir tahun lalu. Sampai sekarang masyarakat nggak ada kan yang sampai teriak-teriak cari beras?," ucapnya.
Pihaknya mengklaim bahwa produksi beras di dalam negeri masih aman, dampak el nino tidak signifikan. Hasil mengaku masih menyaksikan banyak panen dalam kunjungan kerjanya ke Jawa Timur pekan lalu. Hujan pun sudah mulai turun sehingga musim tanam tidak mundur seperti yang diperkirakan.
"(Produksi beras) Masih aman. Saya baru dari Ngawi, sepanjang mata memandang panen semua. Memang ada el nino, tapi nggak terlalu menakutkan, ini sudah turun hujan di mana-mana, sudah mulai tanam di mana-mana," tuturnya.
Meski demikian, Hasil tetap menilai bahwa dampak el nino perlu diwaspadai. Pasokan beras harus terus dipantau agar tidak terjadi krisis beras pada awal 2016.
"Kita bicara dari sisi produksi, seperti itu. Tapi kita tetap harus waspada," tutupnya.
Sebagai informasi, Menko Perekonomian Darmin Nasution telah mengakui bahwa memang sudah ada pembicaraan terkait impor beras dengan Vietnam. Pembicaraan juga sudah dilakukan dengan Thailand.
"Kita memang sudah bicara dengan Vietnam dan Thailand. Tapi (stok yang tersedia) jauh di bawah harapan. Kita sudah agak terlambat, sudah didahului Filipina," kata Darmin.
Impor beras ini, sambungnya, perlu dipersiapkan sekarang karena adanya el nino berat yang melanda Indonesia saat ini. Dengan intensitas kekeringan yang amat tinggi, lebih tinggi dari el nino tahun 1997, dan diramalkan akan berlangsung sampai Desember, musim tanam padi tentu terganggu sehingga bisa terjadi kekurangan pasokan beras di awal 2016.
Karena itu, pihaknya tak mau berjudi mempertaruhkan stabilitas harga beras dan nasib rakyat. Jika harga beras melonjak, inflasi akan sangat terpengaruh, daya beli masyarakat tergerus, kesejahteraan masyarakat pasti turun.
"Apa yang harus dilakukan pemerintah? Apa kita mau bertaruh nasib rakyat yang 250 juta ini?Harga beras naik, itu pertanda stok berkurang," tuturnya.
Meski demikian, Darmin belum berani memastikan apakah beras dari Vietnam dan Thailand akan masuk ke Indonesia atau tidak. Jika ternyata dampak el nino tidal sebesar yang dikhawatirkan dan stok beras di dalam negeri masih aman, beras yang diimpor akan dijual lagi ke negara lain. Keputusan final akan dibuat pada November mendatang.
(drk/drk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar