Kamis, 1 Januari 2015
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana penghapusan beras untuk masyarakat miskin (Raskin) diganti dengan pembelian beras dengan elektronik money (e-money) ditentang kalangan petani. Sebab jika dihilangkan, harga gabah akan jatuh bebas karena raskin merupakan instrument penjaga stabilitas harga gabah. Pada akhirnya, jika benar dihapuskan, petani akan merugi.
“Raskin itu menjaga harga gabah agar tidak jatuh bebas,” kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA), Winarno Tohir kepada //Republika// beberapa waktu lalu.
Dikatakannya, Bulog hanya menyerap kurang lebih delapan persen dari seluruh Produksi Nasional sebanyak 70 juta ton gabah kering giling (GKG). Namun peranannya vital karena pengadaan raskin berasal dari hasil pembelian gabah petani sehingga ia menjaga stabilitas harga gabah.
Dikatakannya, raskin merupakan instrumen harga di petani. Untuk penyelenggaraan program raskin, pemerintah akan membeli beras petani 3 hingga 3,7 juta ton atau senilai kurang lebih 18 Trilyun pada waktu panen raya. Jadilah kemudian, Bulog setiap akhir tahun harus mempunyai stok beras minimal dua juta Ton.
“Bila pemerintah mempunyai stok beras, para spekulan tidak berani mempermainkan harga beras, harga jadi stabil, inflasi tetap terjaga,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, penghapusan raskin akan mengurangi minat petani dalam meningkatkan produksi sehingga akan berdampak tidak baik pada program kedaulatan pangan. Lebih jauh, Indonesia bisa jadi pada akhirnya akan ketergantungan import beras sehingga sudah tidak ada lagi istilah swasembada, kedaulatan maupun ketahanan pangan.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/01/01/nhhdju-petani-minta-raskin-tak-dihapuskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar