Rabu, 28 Januari 2015
Sukoharjo, GATRAnews - Sebagai upaya menggenjot produksi kedelai, Menteri Pertanian Amran Sulaiman memberikan jaminan kepada para petani bahwa mereka tidak akan rugi bila menanam kedelai karena Perum Bulog bakal menyerap kedelai petani dengan harga yang pantas. "Kita sepakat bahwa nanti yang membeli kedelai ada Bulog. Harganya nanti kita tentukan bersama," kata Amran saat kunjungan kerja di Sukoharjo, Selasa (27/1).
Saat ini pihaknya, bersama dengan Kementerian Perdagangan, masih menghitung mengenai besaran harga beli kedelai di tingkat petani yang harus ditanggung Perum Bulog. Tapi, dia menjamin harga yang ditetapkan pemerintah pasti menguntungkan petani kedelai. "Kita harus hitung bahwa petani nanti tidak rugi. Jangan petani kita rugi," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Kementerian Pertanian mengusulkan Harga Beli Petani (HBP) kedelai yang merupakan patokan harga kedelai di tingkat petani dinaikan supaya petani kedelai tidak terus merugi. HBP kedelai saat ini yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan sebesar Rp 7.500/kg belum cukup untuk melindungi petani kedelai. "Pak Menteri baru rapat minta HBP-nya dinaikan. Usaha taninya memang kurang menguntungkan, kalau berdasar survei BPS itu minus," kata Dirjen Tanaman Pangan, Hasil Sembiring.
Berdasarkan perhitungan Kementerian Pertanian, harga kedelai di tingkat petani minimal harus mencapai Rp 11.000/kg bila produktivitas per hektar hanya 1,8 juta ton per Ha. "Kalau hitungan peneliti, sekitar Rp 11.000 per kg. Memang harus tinggi kalau produktivitasnya hanya 1,8 juta ton per Ha," dia mengungkapkan.
Hasil menambahkan, sebenarnya ada 2 cara untuk meningkatkan pendapatan petani kedelai, yakni dengan meningkatkan produktivitas tanaman kedelai, atau meningkatkan harga kedelai. Bila produktivitas per hektar meningkat, sementara biaya tanam tetap, tentu pendapatan petani menjadi berlipat. "Tapi kalau produktivitasnya dinaikan, harus ada inovasi, teknologinya harus bagus," tuturnya.
Saat ini, produktivitas rata-rata tanaman kedelai di Indonesia masih berkisar di angka 1,8 juta ton per Ha. Kementerian Pertanian tengah berupaya meningkatkan produktivitas. "Targetnya di atas itu," ucapnya. Tahun ini, diharapkan produksi kedelai nasional mencapai 912 ribu ton. Sementara kebutuhan kedelai 2,7 juta ton sehingga masih harus impor 1,8 juta ton.
Berdasarkan Sensus Pertanian BPS Tahun013 yang dilanjutkan pada 2014, total biaya atau ongkos produksi tanaman kedelai per musim tanam sebesar Rp 9,1 juta per hektare luasan panen. "Sementara, output-nya tanaman kedelai per musim tanam untuk satu hektare luasan panen adalah Rp 9 juta," ucap Kepala BPS, Suryamin.
Artinya, rasio antara ongkos produksi dibanding output tanaman kedelai sebesar 101,11 persen. Suryamin mengatakan, pengusahaan paling profitable tanaman pangan ada pada padi sawah. "Profitabilitas padi sawah lebih tinggi dari tanaman pangan lain, karena rasionya lebih rendah," imbuh Suryamin.
Suryamin mengatakan, output tanaman padi sawah sebesar Rp 17,2 juta per hektare per musim, sedangkan, ongkos produksinya sebesar Rp 12,7 juta per hektare per musim, atau rasionya 73,48 persen dari output. Sementara itu, output tanaman padi ladang sebesar Rp 10,2 juta per hektare per musim dan ongkos produksinya sebesar Rp 7,8 juta per hektare per musim, atau 76,47 persen dari output.
Adapun tanaman jagung, ongkos produksinya sebesar Rp 9,1 juta per hektare per musim, atau 75,83 persen dari output-nya yang sebesar Rp 12 juta per hektare per musim. Dari komponen biaya produksinya, upah pekerja dan jasa pertanian mengambil porsi terbesar untuk semua jenis tanaman pangan. Ongkos terbesar kedua adalah sewa lahan. Berturut-turut berikutnya yakni pupuk, bibit, pengeluaran lainnya, sewa alat/sarana usaha, pestisida dan bahan bakar.
http://www.gatra.com/ekonomi-1/makro/131315-mentan-amran-janji-petani-kedelai-tak-akan-rugi-lagi%E2%80%8F.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar