Jumat, 21 Maret 2014

Kantongi Izin Impor, Bulog Tetap Pilih Beras Lokal‏

Kamis, 20 Maret 2014

Jakarta, GATRAnews - Diam-diam, ternyata Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sudah mengantongi Surat Persetujuan Impor (SPI) 300.000 beras dari Kementerian Perdagangan. Izin impor ini diberikan oleh Kemendag pada kuartal IV 2013 lalu dan masih berlaku sampak akhir Maret 2014. Meski demikian, Bulog memilih untuk tidak menggunakannya. "SPI berlaku sampai 31 Maret 2014. Tapi kami tidak akan menggunakannya," tegas Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso dalam diskusi di Kopitiam, Jakarta, Kamis (20/3).

Sutarto menuturkan, Bulog pernah diberikan izin impor sampai 1 juta ton oleh Kemendag pada Juli 2013 lalu. "Pada Agustus rapat lagi. Saya diminta pendapat. Maksimum impor 600.000 ton. Saya masih minta tunggu dulu, teman-teman di daerah masih siap pengadaan. September, keluar izin 300 ribu ton," ujarnya. Namun, Bulog memilih untuk tidak mengimpor beras sama sekali karena surplus beras tahun 2012 berhasil menutup kebutuhan beras nasional hingga pertengahan tahun. Berkat produksi beras nasional yang baik pada 2012 tersebut, Bulog bisa menghimpun cadangan beras sampai 2 juta ton di akhir 2013. "Lagi-lagi saya berhitung, kalau akhir tahun Bulog akan punya stok 2 juta ton, Bulog nggak perlu impor," imbuhnya.

Adapun, untuk tahun ini, Bulog belum dapat memastikan apakah akan mengimpor beras atau tidak. Perhitungan baru dapat dilakukan setelah Juli nanti berdasarkan produksi masa panen pada Mei-Juli. "Tergantung nanti bulan juli. Panen bulan Mei-Juli. Setelah Juli baru kita bisa melakukan prediksi," katanya. Diakuinya, bencana banjir dan letusan gunung di awal 2014 ini menyebabkan gangguan produksi beras. Tetapi, bencana serupa juga terjadi setiap tahun, dampaknya terhadap produksi beras biasanya tak terlalu besar. "Kalau melihat angka tidak besar, cuma kejadiannya banjir menyebabkan putusnya jalan di Jabar sehingga pasokan beras ke Cipinang terganggu," ucap Sutarto.

Selain terganggu bencana, produksi beras juga terganggu oleh anomali iklim yang membuat waktu tanam padi mundur. Sutarto memperkirakan, puncak musim panen berubah dari Maret ke April akibat mundurnya musim tanam ini. Mundurnya musim tanam dan musim panen ini terlihat dari pengadaan beras Bulog yang baru meningkat hingga di atas 10 ribu ton per hari di awal Maret ini. Padahal, biasanya angka pengadaan sudah melonjak sejak Februari. "Mestinya 10 ribu ton itu Februari. Harapannya April 30-40 ribu ton," paparnya.

Sutarto berharap, pengunduran musim tanam ini tidak sampai mengurangi areal luas tanam kedua. Bila hal tersebut terjadi, dipastikan produksi beras nasional akan terganggu, sehingga mau tak mau harus dilakukan importasi. "Mudah-mudahan mundurnya waktu tanam tidak mengurangi luas tanam kedua. Kalau itu berkurang, produksi nasional nanti berkurang," tukas dia. Sebagai catatan, saat ini stok cadangan beras Bulog masih 1,5 juta ton. Bulog sendiri menargetkan cadangan sebesar 2 juta ton beras pada akhir tahun. "Stok 1,5 juta ton sekarang. Masih cukup 6 bulan," pungkas Sutarto. (*/MA)

http://www.gatra.com/ekonomi-1/49218-kantongi-izin-impor,-bulog-tetap-pilih-beras-lokal%E2%80%8F.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar