Selasa, 11 Maret 2014
MASYARAKAT kesulitan membedakan antara beras impor dan beras lokal di pasar. Penyebabnya, kedua beras itu sudah bercampur menjadi satu. Pemandangan itu jamak terjadi di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur. Masalah ini ramai dibicarakan di dunia maya. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Ngadiran mengatakan, masyarakat sulit membedakan antara beras impor dan lokal karena sudah dicampur. Pedagang di pasar hanya menerima beras saja. Tidak tahu menahu apakah itu beras impor atau bukan. Selain itu, saat terjadi kenaikan harga beras. Umumnya terjadi karena permainan dari pemilik modal dan gudang beras besar. Saat mereka menahan distribusi, terjadi kenaikan harga. “Dari sisi harga, yang tentukan harga itu yang punya gudang dan banyak duit. Tahan dikit goyangnya (harga) dikit,” katanya.
Ketika harga naik dan akan terjadi operasi pasar oleh Perum Bulog. Harga kembali normal. Padahal operasi pasar belum dilakukan. Hal ini menurutnya sering terjadi. “Kalau Bulog keluarkan beras. Diajak rapat, belum operasi, harga kembali turun. Kami selaku asosiasi pedagang minta diajak stabilkan harga,” tandasnya. Sementara, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo mengatakan, selama tahun 2013, beras impor premium asal Vietnam bebas melenggang masuk ke Indonesia. Untuk itu, BPK meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) serius membenahi aspek legalitas dan proses perizinan impor beras. “Setelah lihat begitu, kita harus memperbaiki sistemnya. Permendagnya harus sesuai,” kata dia.
Maraknya beras impor yang membanjiri pasar menjadi perhatian sendiri di media sosial. Akun @RagilSempronk yang berkicau. “Katanya negeri agraris gemah ripah loh jinawi, tongkat kayu aja bisa jadi tanaman. Tapi beras, kentang, kedelai, dan buah-buahan semua impor,” kritiknya. Ada juga yang menyindir. “Negara maritim kok impor garam. Negara agraris kok impor beras. Berani nggak ya impor pejabat yang berkualitas sekalian,” cuit akun @Rhaniarosa. Sindiran juga datang @finsBlackl2. “Dulu mampu beli mainan-mainan Soviet limited edition sekarang, beras saja impor,” cetusnya. “Semuanya naik. Orang kecil hanya mikir beras dan lauk. Sawah menghampar tapi harus makan beras impor. Yang lokal malah diekspor. Lucu,” sindir akun @Athielathief lagi.
Lain lagi dengan akun @westrukkher yang menyalahkan Kementerian Perdangangan soal beras impor. “Kisruh Importasi Beras, BPK Tunjuk Kemdag: Misteri beras impor Vietnam yang membanjiri pasar induk Cipinang. Kritikan lebih keras diutarakan akun @Wayangforce. “Beras Ilegal Di Pasar Lokal, Dokumen Impor Dimanipulasi, Beras Vietnam Membanjir Pasar, Gita Wirjawan Tutup Mata,” cetusnya. Pendapat lebih bijak disampaikan akun @ayamapdet yang meminta BPK membenahi soal impor beras. “BPK minta Kemendag benahi legalitas dan perizinan impor beras,” katanya. Ada juga tweeps yang memuji beras lokal lebih baik dengan impor “Beras Lokal Lebih Diminati Masyarakat: (Antara) - Beras impor asal Vietnam tidak sebagus beras lokal,” @akun IbnHolil. ■ TIF/NET
http://www.starbrainindonesia.com/berita/media/32412/3/beras-impor-dicampur-beras-lokal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar