Kamis, 25 Februari 2016

KTNA Jatim dan Bulog Sepakati Beli GKG

Kamis, 25 Februari 2016

SURABAYA, KOMPAS — Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani, Bulog dan semua pihak yang membeli gabah harus gabah kering giling bukan gabah kering panen. Jika gabah petani yang dibeli gabah kering giling, itu bisa menambah pendapatan petani sekitar 20 persen.

Salah satu cara agar petani tidak menjual gabah saat panen di sawah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mengupayakan berbagai sarana, seperti lantai jemur serta pemberian terpal dan mesin pengering.

"Ke depan tidak ada lagi antrean truk di sawah petani saat panen tiba. Semua gabah diangkut oleh petani ke rumah untuk dijemur lalu dijual dalam kondisi kering sehingga harga jual tidak di bawah harga pembelian pemerintah (HPP)," kata Gubernur Jawa Timur Soekarwo seusai penandatanganan kesepakatan Perum Bulog Divisi Regional Jatim dengan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jatim di kantor Perum Bulog Divre Jatim, Surabaya, Rabu (24/2).

Dengan membeli gabah kering giling (GKG), secara otomatis nilai tukar petani (NTP) pasti naik dan tata niaga pembelian gabah juga berubah dan semakin ringkas. Berbagai upaya dilakukan Pemprov Jatim agar petani bisa meningkatkan produksinya, antara lain dengan memberikan bantuan traktor panen. Dengan alat ini, bisa dihemat waktu 2,5 jam hingga 3 jam per hektar dan hanya dengan 1-4 pekerja.

Dengan traktor panen, kehilangan hasil panen bisa ditekan menjadi kurang dari 2 persen dibandingkan dengan dipanen manual dengan tingkat kehilangan 12 persen lebih. Pendapatan tambahan bisa sekitar 10 persen itu setara dengan 600 kilogram gabah per hektar, dengan asumsi hasil panen 6 ton per hektar.

Sementara Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Wahyu Suparyono mengatakan, pada 2016 target pengadaan gabah/beras Bulog Jatim sebesar 1.050.000 ton, dengan perincian 850.000 ton beras bersubsidi dan 200.000 ton beras komersial.

Apalagi Jatim merupakan daerah penghasil beras terbesar di Indonesia. Dengan demikian, stok beras/gabah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Jatim, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan provinsi lain.

Dikembangkan

Sementara itu, dari Kalimantan Selatan dilaporkan, uji tanam bawang putih yang dilakukan di dua wilayah kabupaten di Kalsel sejak tahun lalu menunjukkan hasil yang memuaskan. Karena itu, Kalsel berpotensi menjadi salah satu daerah penghasil bawang putih di Indonesia. Apalagi, pemerintah daerah juga berkomitmen mengembangkannya.

"Dalam uji tanam bawang putih yang dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tabalong, hasilnya sudah bisa mencapai sekitar 3 ton per hektar," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalsel Harymurthy Gunawan, di Banjarmasin, Kalsel, Rabu (24/2).

Uji tanam bawang putih itu dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Kalsel bekerja sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Kalsel serta Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tabalong. Lokasi uji tanamnya di Desa Garagata, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, dan di Desa Malilingin, Kecamatan Padang Batung, Hulu Sungai Selatan.

Ada lima varietas bawang putih yang diuji coba, yaitu lumbu putih, lumbu kuning, lumbu hijau, tuwel, dan tawang mangu. "Yang paling bagus adalah varietas lumbu putih," ujarnya.

Atas keberhasilan uji tanam bawang putih, Bupati Tabalong Anang Syakhfiani menyatakan, daerahnya siap untuk mengembangkan bawang putih. "Sejak tahun 2014, daerah kami sudah mengembangkan bawang merah. Ke depan, kami siap mengembangkan bawang merah dan bawang putih. Luas lahan yang kami siapkan untuk itu sekitar 850 hektar," katanya.

Menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Tabalong Mohamad Mugeni, lahan untuk pengembangan bawang dan tanaman hortikultura lainnya berada di Kecamatan Jaro dan Muara Uya. (JUM/ETA)

http://print.kompas.com/baca/2016/02/25/KTNA-Jatim-dan-Bulog-Sepakati-Beli-GKG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar