Selasa, 23 Februari 2016
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Harga jual beras di tingkat pengecer di Lampung cenderung menurun sejak dua minggu lalu. Turunnya harga beras membuat Perum Bulog Divisi Regional Lampung menghentikan operasi pasar yang telah digelar sejak tiga bulan lalu.
"Beras yang dijual Rp 8.400 per kilogram telah kami tarik sejak satu minggu lalu. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas harga beras agar tidak terlalu jatuh," kata Kepala Perum Bulog Divisi Regional Lampung Dindin Syarifudin, Senin (22/2), di Bandar Lampung.
Menurut Dindin, Bulog telah mengeluarkan 1.800 ton beras selama operasi pasar yang dimulai Desember 2015. Intervensi itu membuat harga beras di tingkat pengecer turun Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kilogram.
"Selama operasi pasar, harga beras kualitas premium turun secara bertahap dari Rp 9.600 menjadi Rp 8.200 per kilogram," kata Dindin.
Pantauan Kompas di beberapa pasar tradisional di Bandar Lampung, kemarin, menunjukkan, harga jual beras IR 64 paling tinggi Rp 10.600 per kilogram. Harga beras itu turun Rp 1.400 dibandingkan dengan dua minggu lalu.
"Hampir semua merek beras jenis IR 64 premium turun berkisar Rp 400-Rp 1.400 per kilogram," kata Shelly (40), pemilik Toko Sembako Shelly di Pasar Koga, Bandar Lampung.
Ia mengatakan, penurunan harga terjadi karena sejumlah sentra produksi beras di Lampung akan memasuki musim panen. Selama ini, ia mengambil pasokan beras dari Kabupaten Tanggamus dan Kota Metro.
Dindin menjelaskan, target serapan beras Bulog sepanjang 2016 sebanyak 150.000 ton. Jumlah itu naik 20.000 ton dari target serapan tahun lalu 130.000 ton.
Menurut Dindin, 80 persen atau 120.000 ton target serapan akan dipenuhi saat panen raya musim rendeng April nanti. Itu dilakukan untuk menjaga pasokan beras Bulog tahun 2016. "Mulai Februari, sebanyak 15-30 ton gabah mulai diserap," ujarnya.
Di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, beras premium dari berbagai merek beredar di pasar-pasar tradisional, tetapi dengan kualitas cenderung menurun. Padahal, harga beras itu lebih mahal Rp 2.500 dibandingkan dengan beras Bulog, misalnya.
Direktur Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) NTT Marthen Mulik, di Kupang, Senin, mengatakan, hasil penyelidikan di beberapa toko beras, menunjukkan, beras premium jenis jeruk, misalnya, tampak bulukan, kekuningan, berwarna pudar, dan banyak serbuk.
Menurut Marthen, pemerintah tidak melindungi konsumen dari berbagai spekulasi dan penipuan pedagang. Konsumen selalu menjadi korban pengusaha dan pedagang dengan berbagai alasan, terutama gagal panen dan produksi beras menurun.
Beras jenis jeruk saat ini Rp 13.500 per kilogram. Beras yang dikeluarkan Bulog dijual di pasar dengan harga bervariasi Rp 10.500-Rp 11.000 per kilogram.
(KOR/VIO)
http://print.kompas.com/baca/2016/02/23/Bulog-Hentikan-Operasi-Pasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar