Rabu, 17 Februari 2016

Danrem Ingatkan Bulog Jangan Main-main

Tidak terpenuhinya jatah NTB dalam program swasembada pangan, disinyalir ada permainan Bulog. Sinyalemen ini diungkapkan Danrem 162 Wirabhakti, Kolonel CZI Lalu Rudi Irham Srigede ST M.Si kepada sejumlah wartawan usai memberikan Ceramah Wawasan Kebangsaan di kantor Bupati Sumbawa, Senin (15/2).

Dikatakan Danrem low profil ini, Indonesia adalah negara agraris dengan produksi yang tinggi, tapi kenyataannya tidak mampu menyiapkan pangan cadangan. Hal ini tentu saja sangat ironis. “Meski produksi NTB naik di atas rata-rata nasional 6,8 persen tapi juga tidak mampu menyiapkan 100 ribu ton beras. Padahal produksinya mencapai 2,1 juta ton,” sesalnya.

Ia mencontohkan di Sumbawa yang produksinya mencapai 420 ribu ton beras. Konsumsi beras masyarakat Sumbawa sendiri hanya sekitar 200 ribu ton yang artinya terjadi surplus, tapi tidak mampu menyiapkan 25 ribu ton beras. “Makanya saya bilang Bulog ada main-main,” tukasnya.
TNI telah melakukan berbagai upaya untuk membantu pemenuhan kuota swasembada pangan. Di antaranya mempertemukan penjual beras dengan Bulog. Namun karena ada selisih Rp 50, Bulog enggan membeli. Padahal pihaknya berupaya untuk memenuhi kuota yang dibebankan kepada daerah. Seperti tindakan TNI mengamankan gabah yang hendak dikirimkan ke Seragen dan Jember, Jawa Timur. Tindakan ini mendapat protes dari DPRD Sumbawa. Pihaknya pun sudah memanggil Bulog untuk membeli gabah tersebut. Namun Bulog enggan membelinya dengan alasan tidak sesuai kriteria. Padahal gabah itu hendak dibeli Bulog Jatim. “Apa memang beda kriteria yang ditetapkan Bulog NTB dengan Bulog Jatim,” tanya Danrem dengan nada kesal.

Kondisi ini sangat dilema. Ketika hendak dilakukan panen padi di Sumbawa, pembeli dari luar datang berbondong-bondong. Mereka menilai membeli padi di Sumbawa sangat menguntungkan. “Kami juga sudah meminta Bulog untuk memberikan uang muka terlebih dahulu kepada petani atau pengusaha agar gabah itu tidak dijual ke pembeli luar. Lagi-lagi Bulog tidak mau,” tukasnya.

Sikap Bulog ini mencurigakan. Ketika panen raya hasilnya dikeluarkan dari gudang Bulog ke daerah lain. Saat stok di NTB sudah hampir habis, barulah Bulog mengatakan bahwa stok yang ada menipis, sehingga member peluang beras dari luar daerah masuk ke NTB. Indikasi ini diketahui Gubernur NTB yang kemudian meminta Danrem dan Kapolda NTB mengusir kapal pengangkut beras yang masuk ke NTB. Sebab NTB merupakan daerah penghasil dan surplus beras. (JEN/SR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar