Selasa, 23 Februari 2016
Jakarta – Harga gabah dari kalangan petani merosot tajam, menyusul bencana banjir yang merendam beberapa wilayah lumbung padi. Temuan anggota Komisi IV DPR Fadholi menunjukkan, harga jual Gabah Kering Panen (GKP) di Temanggung menukik hingga kisaran 3.000 rupiah per kilogram. Angka itu jauh di bawah Harga Patokan Petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah, di mana setiap kilogram GKP dipatok sebesar 3.750 rupiah. Untuk itu, ia mendesak Bulog tak tinggal diam menyikapi kondisi yang merugikan petani itu.
“Kondisi itu merugikan petani. Jadi kalau tidak ada yang membeli sesuai ketentuan pemerintah, harusnya Bulog yang beli. Jangan tinggal diam dong Bulog ini,” desak Politisi asal Jawa Tengah ini saat berbincang di ruang kerjanya di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (23/02).
Turunnya harga gabah di tingkat itu, menurut Fadholi, disebabkan tingginya kadar air yang dikandung gabah. Banjir yang merendam lahan-lahan pertanian memaksa para petani memetik biji padi sebelum masa panen, guna menghindari risiko puso (gagal panen). Alhasil, gabah hasil panen petani memiliki kualitas tidak bagus lantaran kadar airnya lebih dari 25%, sehingga harga jualnya pun merosot. Oleh karenanya, intervensi Bulog sangat penting guna menyetabilkan harga pasar gabah. Bulog sebagai lembaga pemerintah yang mengurusi supply chain produk pertanian bertanggung jawab terhadap fluktuasi harga padi.
“Sebetulnya kalau ada yang mau beli (GKP, red) lebih dari harga yang ditetapkan pemerintah boleh saja. Kalau tidak ada, ya Bulog yang harus beli,” tandas legislator Fraksi Partai NasDem ini.
Terlepas dari jatuhnya harga gabah di tingkat petani, Fadholi mengimbau pemerintah agar lebih peduli terhadap kualitas sarana dan prasarana pertanian. Bencana banjir yang acap datang tiap tahun, menurutnya bisa diantisipasi jika pemerintah memperbaiki aliran sungai berikut saluran irigasinya. Fenomena penyempitan aliran sungai yang banyak terjadi dewasa ini menjadi salah satu penyebab utama banjir. Hal itu diperburuk dengan penataan saluran irigasi yang belum maksimal.
“Masih jauh memang menuju swasembada pangan. Perbaiki dulu semuanya, maka swasembada pangan juga dapat kita raih di tahun-tahun mendatang,” tandasnya.
Sependapat dengan Fadholi, rekan legislator dari Komisi IV Sulaeman L Hamzah membenarkan pentingnya saluran irigasi dalam menunjang produktivitas pertanian. Kerusakan yang terjadi di berbagai area pertanian saat ini, memicu kemerosotan produksi hasil pertanian. Di Dapilnya sendiri, di Papua, dia menemukan sejumlah lahan tanpa sarana irigasi memadai.
“Irigasi ini kan penting untuk menyalurkan aliran dari pintu air menuju sawah-sawah, hingga ke ujung lahan yang jauh dari sumber air. Kalau saluran irigasi tidak baik, bagaimana sawah yang diujung mau dapat air?” sesalnya.
Jika Indonesia ingin mencapai swasembada beras, menurut Sulaeman berbagai persoalan masalah pertanian di atas harus dituntaskan dalam waktu dekat. Persoalan itu menurutnya sangat mendesak, terlebih jika mengingat bahwa pemerintah sendiri sudah menargetkan swasembada beras dalam rentang tiga tahun masa pemerintahan.
“Swasembada beras harus segera diwujudkan, tapi saya lihat pelaksanaan di lapangan masih belum maksimal,” pungkas Sulaeman.
http://fraksinasdem.org/2016/02/23/harga-gabah-merosot-tajam-bulog-diminta-intervensi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar