KAMIS, 21 JANUARI 2016
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik, sepanjang tahun lalu, mencatatkan laba sebesar Rp 1,6 triliun pada 2015. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya, ketika perusahaan pelat merah itu merugi Rp 430 miliar.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan kondisi finansial perusahaan beberapa tahun terakhir memang merugi. “Tapi, pada 2015, kami memperoleh laba, sementara estimasi dan masih diaudit kurang-lebih Rp 1,6 triliun. Kalau sama (memperhitungkan) pajak, jadi Rp 1,1 triliun," kata dia di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis, 21 Januari 2016.
Djarot mengungkapkan, perolehan laba itu didapatkan karena perusahaan melakukan efisiensi. “Terutama percepatan pengumpulan dokumen untuk mempercepat cash flow perusahaan,” ucapnya.
Meski begitu, Djarot mengungkapkan masih ada kekurangan dalam kinerja operasional selama 2015. Salah satunya pengadaan beras, yang semula diupayakan optimal pada kuartal II 2015, tapi belum mampu mencapai rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP). "Pengadaan hanya mampu menyerap 3,2 juta ton setara beras atau 73 persen dari target revisi RKAP," katanya.
Realisasi penyaluran Bulog, Djarot melanjutkan, sudah melewati RKAP awal, tapi belum mencapai target revisinya, yaitu sebesar 3,199 juta ton atau 86 persen. Sedangkan pencapaian penjualan kegiatan komersial pada 2015, ia mengungkapkan, hanya sebesar 50 persen atau Rp 6,5 triliun dari target revisi RKAP.
Saat ini, ujar Djarot, Bulog tengah melakukan proses transformasi di segala bidang, baik organisasi, operasional, sumber daya manusia, keuangan, maupun pengawasan, sebagai bentuk upaya peningkatan kinerja. "Hampir di seluruh bidang kami lakukan perubahan,” ucapnya. Dengan begitu, ia berharap Bulog bisa memberikan layanan terbaik dalam menjaga kualitas dan kuantitas dalam program utama beras sejahtera.
FRISKI RIANA
http://bisnis.tempo.co/read/news/2016/01/21/090738225/2015-bulog-raup-laba-rp-1-6-triliun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar