Selasa, 2 Juni 2015
JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Harga bahan kebutuhan pokok yang selalu merangkak naik menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri perlu diantisipasi pemerintah. Salah satu solusi yang bisa diambil pemerintah adalah menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengontrol harga bahan pokok selain beras.
Zaman Orde Baru kita tidak hanya pegang beras, tapi juga gula, tepung terigu, kedelai dan jagung. Kalau memang sekarang ditugaskan lagi oleh pemerintah kami siap melaksanakan. Presiden memang sudah mengungkapkan itu, kami sebagai operator menunggu saja," ujar Sekretaris Perusahaan Bulog, Djony Nur Ashari saat dihubungi Selasa (2/6/2015).
Dia mengaku belum mengetahui komoditi apa saja yang akan ditugaskan pemerintah untuk dikontrol Bulog. Sebab hal itu merupakan domainnya pemerintah. Sampai saat ini Bulog masih menunggu Peraturan Pemerintah (PP) yang menjadi payung hukum penugasan itu. "Sama seperti beras, kita diminta memupuk stok. Pada konsisi tertentu disalurkan," katanya.
Stok dikeluarkan saat harga komoditas melambung tinggi atau terjadi kekurangan di pasar akibat kondisi alam. Langkah itu disebut sebagai operasi pasar (OP) Bulog. Djony menilai kapasitas gudang yang dimiliki Bulog mampu menampung komoditas non-beras. "Kapasitas gudang kita 3,9 juta ton. Pengalaman yang dulu-dulu itu cukup asal ada manajemen stok yang bagus," sebutnya.
Pada musim tertentu, gudang bisa dipakai untuk menyimpan beras, tapi di waktu yang lain bisa digunakan untuk menyimpan kedelai, gula atau komoditas lainnya. Pasalnya, stok tidak mengendap cukup lama tetapi keluar masuk gudang."Untuk cabai memang perlu tempat khusus, yaitu cold storage (lemari pendingin), itu perlu dana yang cukup besar kalau memang ditugasi juga," katanya.
Djony yakin Bulog bisa mengatasi lonjakan harga komoditas yang biasa terjadi menjelang puasa dan Hari Raya Idul Fitri jika diberi wewenang seperti itu. "Kuncinya itu kita harus punya stok. Pada saat produksi tinggi kita serap, saat paceklik kita keluarkan sehingga harga terjaga, di tingkat konsumen maupun produsen. Zaman pak Harto itu efektif (meredam harga)," ungkapnya.
Untuk komoditi beras, dia mengaku saat ini stok yang disimpan Bulog masih cukup hingga 5,5 bulan ke depan. Apalagi saat ini Bulog masih terus membeli gabah dan beras dari petani sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Dalam sehari Bulog menyerap sekitar 25 ribu ton beras dan gabah. "Kalau lebaran ini harga beras naik, kita siap lakukan operasi pasar," tegasnya.
Namun Djony yakin harga beras tahun ini akan stabil karena sebentar lagi masa panen gadu (panen di musim kemarau, red) yaitu di bulan Juli-Agustus-September. Menurut dia, stok Bulog ditambah panen raya bisa meredam harga. "Produksinya memang tidak sebesar panen rendengan (April-Mei) tapi cukup untuk membanjiri pasar. Kita perkirakan harga beras terus stabil," jelasnya.(wir)
Laporan: JPNN
Editor: Fopin A Sinaga
http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=73328&kat=5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar