Kamis, 25 Juni 2015
Tahun Depan, Pemerintah Bangun Gudang Pendingin
MALANG, KOMPAS — Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta Perum Bulog mulai membeli cabai dan bawang merah langsung dari petani. Hal itu untuk mencegah permainan harga di tingkat pedagang, sehingga merugikan petani dan konsumen.
Amran mengatakan, Perum Bulog diminta membeli tujuh produk pertanian, yaitu beras, jagung, kedelai, bawang merah, cabai merah, gula, dan daging, langsung dari petani.
"Perum Bulog mulai sekarang membeli cabai dari petani. Perum Bulog menjadi stabilisator. Kita potong rantai pasokan. Jika biasanya melalui tujuh rantai, dengan langsung dibeli Perum Bulog maka rantai pasok menjadi hanya tiga rantai," ujar Amran, Rabu (24/6), seusai memanen cabai rawit di Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Pemotongan rantai penjualan produk pertanian itu, kata Amran, akan menguntungkan petani dan konsumen. "Saya temukan petani menjual cabai Rp 6.000 per kilogram-Rp 8.000 per kilogram. Namun, harga cabai di kota Rp 36.000 per kilogram. Di sini artinya ada yang bermain," ujarnya.
Untuk mencegah permainan harga itu, Perum Bulog harus bisa menjadi stabilisator harga.
"Fungsinya bukan beli dan jualnya, tetapi stabilisasi harganya. Kalau harga murah, Perum Bulog membeli agar harga tidak jatuh sehingga petani merugi," ujar Wahyu, Direktur Pengadaan Perum Bulog.
Gudang penyimpanan
Upaya membeli produk petani tersebut nantinya akan didukung oleh gudang penyimpanan. Wahyu mengatakan, tahun depan pemerintah akan membangun tempat penyimpanan berpendingin.
Hal ini untuk menjamin produk pertanian yang dibeli oleh Bulog bisa tahan lebih lama.
"Tahun depan, presiden minta dibangun gudang penyimpanan berpendingan di Jakarta. Gudang penyimpanan itu terbesar se- Asia Tenggara," ujar Wahyu.
Budi Santoso (40), petani cabai asal Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, mengatakan bahwa selama ini dalam menjual produknya, petani sangat bergantung pada pedagang.
"Hari ini saja harga cabai rawit berbeda dengan hari kemarin. Kemarin, harganya masih Rp 12.000 per kilogram. Namun, pagi ini sudah turun menjadi Rp 6000-Rp 7000 per kilogram. Kami tidak tahu kenapa harganya bisa naik turun seperti itu. Yang mengetahui harga cabai adalah para pedagang itu," ujar Budi.
Petani, menurut Budi, selalu mengikuti harga pedagang karena tidak ingin produknya tidak terbeli.
"Pedagang tidak mau menerima cabai yang sudah disimpan oleh petani. Daripada cabai kami tidak laku, maka seusai panen kami mengikuti harga beli dari pedagang," ujarnya.
Padahal, di pasaran Malang, harga cabai rawit rata-rata adalah Rp 18.000 per kg. Jika harga beli di tingkat petani hanya Rp 6000-Rp 8000 per kg, terlihat keuntungan pedagang di sini sangat tinggi.
Selain memanen cabai di Kabupaten Malang, Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya juga melakukan panen bawang merah di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah pada 2016 akan mengalokasikan anggaran Rp 2 triliun untuk stabilisasi harga cabai dan bawang merah. Dana itu, menurut rencana, digunakan untuk pemerataan sebaran produksi cabai bulanan dan perluasan sentra produksi bawang merah.
Alokasi anggaran khusus untuk komoditas cabai dan bawang merah pada tahun 2015 sebesar Rp 500 miliar, yaitu Rp 300 miliar untuk komoditas cabai dan Rp 200 miliar untuk bawang merah. (DIA)
http://print.kompas.com/baca/2015/06/25/Bulog-Membeli-Cabai-Petani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar