Jakarta -Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti berkomitmen menambah serapan beras petani untuk mencapai target Presiden Joko Widodo (Jokowi), Bulog harus membeli beras petani 4 juta ton hingga akhir 2015.
Bagian dari strategi untuk mencapai target tersebut adalah menjual aset-aset potensial berupa gudang milik BUMN stabilisator harga pangan. Salah satu opsi yang dibahas adalah dengan menjual atau tukar guling gudang-gudang yang sudah lama tidak digunakan. Saat ini Bulog punya ribuan gudang beras di seluruh Indonesia.
"Memang ada rencana untuk itu (menjual gudang). Tetapi kita tidak membahasakannya sebagai menjual, tetapi mungkin sifatnya seperti tukar guling dengan aset instansi lain," kata Djarot usai menghadiri Rapat dengan Komisi IV DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (10/6/2015).
Langkah ini diambil dengan pertimbangan bahwa aset berupa gudang yang terbengkalai dinilai akan lebih bermanfaat bila dialihkan ke pihak lain dan diganti dengan aset yang lebih sesuai dengan kebutuhan Bulog saat ini.
"Kan ada beberapa gudang yang karena perkembangan pembangunan letaknya jadi berada di tengah kota dan nggak sesuai lagi karena harusnya gudang Bulog dekat dengan persawahan. Kemudian dengan kondisinya yang berada di tengah kota kan nilai aset lebih tinggi sehingga bisa dijual dengan nilai yang lebih tinggi," ujarnya.
Dana dari hasil penjualan gudang ini bisa dijadikan sumber pendanaan untuk membangun gudang baru yang lebih dekat dengan area persawahan dan lebih sesuai dengan kebutuhan Bulog dengan biaya yang lebih murah karena berada di wilayah pinggiran.
Selain itu, selisih hasil penjualan gudang terbengkalai itu bisa dimanfaatkan untuk membeli peralatan, mesin-mesin dan teknologi pengeringan beras. Selama ini alasan Bulog lamban menyerap beras petani karena dianggap beras petani tidak memenuhi standar, terlalu lembab dan mudah busuk karena kadar airnya tinggi."Bicara penyerapan itu bicara teknologi. Kalau kita serap sebanyak-banyaknya tetapi kita tidak punya peralatan pengeringan yang memadai maka beras yang tidak standar akan banyak terbuang karena busuk dan tidak bisa disalurkan," papar Djarot.
Dengan langkah ini diharapkan Bulog bisa menjalankan fungsinya dengan lebih maksimal. "Penyerapan lebih banyak dan yang disalurkan ke masyarakat kualitas berasnya lebih baik. Jadi dua permasalahan dasar ketersediaan beras bisa ditangani," katanya.
Direktur Keuangan Bulog Iryanto Hutagaol mengatakan, tahun ini Bulog akan menganggarkan dana sebesar Rp 400 miliar untuk penyediaan infrastruktur dan alat-alat pasca panen seperti pengeringan beras.
"Pada pertengahan tahun ini kita akan melakukan investasi untuk pembelian alat-alat pengering dan pengolahan pasca panen. Termasuk Rp 150 miliar untuk memperbaiki gudang. Gudang yang kita miliki sekitar 58.000 gudang," tuturnya.
Hingga saat ini, beras petani yang telah diserap Bulog dan menjadi cadangan pasokan untuk menghadapi gejolak harga telah mencapai 1,4 juta ton. Dengan jumlah ini Bulog siap menggelar operasi pasar kapan pun diperlukan.
"Saat ini belum diperlukan operasi pasar karena harga masih normal. Tetapi kalau mulai terjadi gejolak kita siap," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar