Jumat, 30 Mei 2014
JAKARTA - Wacana penghapusan program beras untuk rakyat miskin (raskin) terus menuai kritik dari berbagai kalangan. Tidak hanya dari perwakilan masyarakat kurang mampu, penolakan juga datang dari para pakar pangan.
Wakil Rektor Institut Pertanian (IPB) Bogor, Prof Hermanto Siregar, sepakat dengan para akademisi dan masyarakat, bahwa program raskin harus kembali masuk dalam program pemerintahan mendatang.
"Pemerintah harus sediakan fasilitas seperti itu, seperti sekolah gratis, kesehatan gratis, beras disubsidi," katanya, Jumat (30/5/2014).
Namun, menurutnya, kualitas raskin harus ditingkatkan untuk memberi nilai gizi bagi rakyat miskin. Penambahan kadar gizi dan vitamin dalam raskin kata dia sangat positif, karena rakyat miskin tidak bisa memenuhi kebutuhannya itu, sehingga kerap terserang penyakit akibat kekurangan zat itu.
"Kalau disuruh beli beras yang harganya mahal, mereka tidak mampu. Jadi raskin ini disubsidi untuk membantu rakyat miskin dan kualitas beras dapat ditingkatkan dengan fortifikasi. Jadi, saya kira ini suatu yang bagus dan perlu dikembangkan," terangnya.
IPB lanjutnya, juga mempunyai terobosan tersendiri untuk membantu pemerintah guna mengatasi kelangkaan beras di negeri ini, yakni pembuatan beras analog atau beras yang dihasilkan dari berbagai umbi-umbian yang ada di seluruh penjuru nusantara.
"Produksi padi semakin turun, maka perlu dikembangkan beras analog dari umbi-umbuan yang diolah, kemudian bentuk dan rasanya dibuat seperti beras. Saat diolah di situ fortifikasi dilakukan," sebutnya.
Sementara itu, ahli teknologi pangan, Prof Dr Wisnu Cahyadi mengatakan, pihaknya telah melakukan penelitian fortifikasi raskin untuk meningkatkan kualitas dan kandungan gizi serta zat lain dalam raskin tersebut.
"Fortifikasi itu penambahan kimia lain yang diizinkan, atau penambahan zat gizi mikro, kaya iodine (yodium), vitamin A, zat besi ke dalam bahan pangan di antaranya raskin," kata Wisnu.
Bahan-bahan tersebut kata dia, disemprotkan ke dalam beras sesuai formula yang telah ditentukan dan telah mempunyai hak paten. Unsur-unsur zat yang disemprotkan itu, antara lain Fe (ferrum) atau zat besi, vitamin A, yodium, sehingga menambah kadar gizi dan protein dalam beras raskin.
"Hasil penelitian yang sudah memasuki tahun ketiga ini, sudah diujicobakan dalam beras raskin di wilayah Jawa Barat. Tidak ada efek samping bagi tubuh, justru ini bermanfaat semua bahan-bahannya. Nah ini semua menggunakan bahan-bahan yang berguna bagi kesehatan," tutupnya.
Sebelumnya diwartakan, KPK menemukan adanya permasalahan dalam program beras untuk rakyat miskin (raskin). Atas temuan itu, KPK pun meminta pemerintah mengkaji ulang penerapan program raskin tersebut. (put)
http://news.okezone.com/read/2014/05/30/337/991981/raskin-tak-perlu-dihapus-cukup-tingkatkan-nilai-gizinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar