Jumat, 16 Mei 2014
JAKARTA – Sebanyak 1.007 warga Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sangat bergantung pada program pengadaan beras untuk rakyat miskin (Raskin) untuk memenuhi salah satu kebutuhan pokok dan meringankan beban hidup.
“Kami sangat menyayangkan kalau program ini dihapus atau dihentikan. Sebaiknya harus dipikir ulang karena sangat membantu rakyat miskin,” kata penanggung jawab (PJ) Pokmas Wukirsari DIY, Ahmad Mustofa, saat dihubungi wartawan, kemarin.
Pokmas, atau kelompok masyarakat, adalah wadah yang selama ini dibentuk di tingkat masyarakat lapis bawah untuk mempermudah
penyaluran Raskin. Jika pun terjadi kebocoran dan ketidaksesusaian dalam implementasi program ini, menurut Mustofa, hal itu merupakan tugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lembaga terkait untuk mengusutnya. Ia mengibaratkan sebuah lumbung padi, untuk menangkap tikus yang ada di dalamnya, tidak harus membakar lumbung padi itu.
“Tetapi KPK pun harus mengakomodasi kebutuhan masyarakat penerima Raskin. Oknumnya yang harus ditangkap, jangan hapus programnya,” tandas Mustofa.
Rakyat miskin di Wukirsari hanyalah sebagian kecil dari rakyat miskin di Indonesia yang bergantung pada Raskin. Menurut Mustofa, seluruh masyarakat Indonesia yang masuk kategori di bawah garis kemiskinan, sejatinya sangat bergantung pada Raskin. Mustofa mencontohkan, saat Raskin tidak turun pada April 2014 dan dikompensasikan ke bulan berikutnya, ke-1.007 penerima Raskin di Wukirsari resah dan kerap mempertanyakan mengapa beras yang dinantikan tiap bulannya itu tak kunjung tiba.
“April tidak turun, dan masyarakat mengharapkan sekali. Mereka pada bertanya, ‘Pak, kok belum turun?’. Soalnya Raskin memang sangat
ditunggu-tunggu,” tuturnya.
Saking bermanfaatnya program ini, Mustofa yang mewakili
penerima Raskin di Desa Wukirsari berharap pemerintah baru nanti tidak menghapus program yang sangat membantu masyarakat miskin itu. “Saya setuju, program bagus jangan dihapus. Meski demikian, ini ada unsur politis dalam kebijakan satu pemerintah. Sungguh sayang kalau Raskin dihapuskan,” ungkap Mustofa.
Menurutnya, Raskin sangat membantu pemenuhan salah satu kebutuhan pokok rakyat miskin karena dari 20–25 kilogram beras yang dibutuhkan satu keluarga miskin per bulan, 15 kilogram dari jumlah itu bisa dipenuhi dari beras raskin yang harganya relatif murah. Selisih uang dari anggaran belanja beras rakyat miskin tersebut, imbuh Mustofa, bisa dialokasikan untuk memenuhi gizi, yakni membeli lauk pauk. hay/E-2
http://www.koran-jakarta.com/?12118-jangan%20hentikan%20bantuan%20beras%20untuk%20rakyat%20miskin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar