Selasa, 20 Mei 2014

Defisit Tujuh Pangan Strategis Bisa Capai US$ 13 M

Selasa, 20 Mei 2014

JAKARTA – Defisit perdagangan tujuh komoditas pangan strategis tahun ini bisa melonjak hingga dua kali lipat menjadi US$ 13,7 miliar dari tahun lalu yang hanya US$ 6,85 miliar. Ketujuh komoditas pangan tersebut adalah beras, gandum/meslin, jagung, kedelai, gula, sapi/daging sapi, dan susu/produk susu. Itu terjadi apabila pemerintah tidak segera mengatasi persoalan sentral di sektor pertanian/pangan, yakni keterbatasan lahan dan ketiadaan mekanisme stabilisasi harga.

Pada 2013, impor beras, gandum/meslin, jagung, kedelai, gula, sapi/daging sapi, dan susu/produk susu mencapai 13,61 juta ton senilai US$ 7,11 miliar dengan impor terbesar gandum/meslin 7,06 juta ton senilai US$ 2,65 miliar. Sedangkan total ekspor tujuh komoditas yang sama mencapai 717,54 ribu ton senilai US$ 242,28 juta dengan ekspor terbesar dari sisi nilai adalah susu/produk susu 50,63 ribu ton senilai US$ 92,55 juta. Dengan realisasi ekspor-impor itu, neraca perdagangan tujuh komoditas pangan strategis 2013 mengalami defisit sebesar 13,00 juta ton dengan nilai US$ 6,85 miliar.

Selama ini, Indonesia masih mengimpor beras dari Thailand, Vietnam, Tiongkok, Pakistan, dan Amerika Serikat (AS). Sedangkan jagung diimpor antara lain dari Argentina, Brasil, Tiongkok, AS, dan India. Adapun impor kedelai di antaranya dari AS, Argentina, Malaysia, Kanada, dan Taiwan.

Demikian disampaikan Guru Besar Sosial Ekonomi Industri Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Mochammad Maksum Machfoedz dan Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa. Mereka dihubungi Investor Daily secara terpisah baru-baru ini untuk menanggapi peluang lonjakan defisit neraca perdagangan tujuh komoditas pangan strategis tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar