Kamis, 28 Juli 2016
Jakarta -Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan harga daging sapi dapat di bawah Rp 80.000/kg sebelum puasa lalu sampai Lebaran. Hal ini demi mencukupi kebutuhan protein masyarakat menengah ke bawah yang selama ini dirasa membeli daging dengan harga yang terlalu tinggi.
Sejumlah kebijakan pun dilakukan guna mengintervensi pasar dengan harapan harga daging dapat 'rontok' ke angka yang diharapkan, seperti melakukan impor daging beku. Operasi pasar secara besar-besaran pun digalakkan di berbagai daerah termasuk daerah Jabodetabek yang memiliki konsumsi pasar tertinggi. Namun ternyata harga daging sapi lokal masih cukup tinggi di angka Rp 120.000/kg, yakni dari awal Ramadan sampai saat ini.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengaku, pihaknya yang ditugasi sebagai salah satu distributor daging beku impor dan pelaksana operasi pasar pada Ramadan dan Lebaran lalu belum cukup berhasil mengendalikan harga daging.
"Karena memang waktu yang diberikan waktu itu pada saat Operasi Pasar sangat singkat. Kemudian pada waktu itu mendatangkan daging sedikit sekali. Kalau hanya 3.000 ton (termasuk stok lokal) pada bulan puasa tidak berarti lah. Tapi itu sudah maksimal. Ini upaya yang sudah maksimal kami lakukan," katanya pada acara Bincang-Bincang Agribisnis di Restoran Bumbu Desa, Jakarta, Kamis (28/7/2016).
Ia mengatakan keterlambatan Bulog dalam melakukan importasi dikarenakan waktu yang sangat terbatas pada saat itu.
Bulog sendiri telah melakukan importasi daging beku sebanyak 2.600 ton yang berasal dari Australia. Ia pun mengharapkan adanya pemetaan masalah yang konkrit, yakni menilai letak permasalahan yang dimiliki selama ini.
"Kami tidak menyalahkan perintahnya pak Jokowi. Ketika Presiden menyatakan demikian harusnya ada terjemahannya. Ini yang feedloter-nya gimana, peternak gimana, pengusaha gimana, ini harus dipetakan. Saya nggak tahu kok belum ada. Nanti kita duduk lah," tandasnya.
Penugasan Terlalu Pendek
Penugasan Bulog sebagai distributor pengadaan daging sapi beku impor sebelum Ramadan lalu terbilang terlambat. Hal ini karena sebelumnya Pemerintah tidak bermaksud untuk menugaskan Bulog sebagai pengelola daging tahun ini, melainkan PT Berdikari dan PT PPI.
"Sebetulnya untuk tahun 2016 ini tadinya tidak ditugaskan untuk mengelola daging. Tadinya sudah menetapkan Berdikari untuk mengelola daging termasuk cadangan daging pemerintah. Kemudian dikeluarkan lagi izin impor 10.000 ton. Namun sampai menjelang puasa daging tak kunjung tiba. Sehingga jelang puasa Bulog ditugaskan impor," katanya pada acara Bincang-Bincang Agribisnis di Restoran Bumbu Desa, Jakarta, Kamis (28/7/2016).
Bulog sendiri baru diminta untuk ikut mengendalikan harga daging ketika seminggu sebelum hari pertama puasa. Berbagai kondisi pada saat itu membuat Bulog sulit untuk mendapatkan negara yang bisa mengimpor daging dengan harga jual di dalam negeri nantinya di bawah Rp 80.000, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.
"Seminggu sebelum hari pertama puasa, kami ditugaskan untuk ikut mengendalikan harga daging. Bayangkan seminggu sebelum puasa kami ditugaskan, pada kondisi itu semua sudah overheat. Di Australia harga sudah tidak karu-karuan. Sampai kontainer kami sudah siap diberangkatkan, tapi karena ada terlambat konfirmasi sedikit, langsung berpindah. Itu biasa, bisnis," tandasnya.
Pertanyaan pun muncul kenapa Bulog tidak lebih awal menawarkan diri untuk diberi penugasan dalam pengadaan daging beku impor. Wahyu mengatakan posisi Bulog pada saat itu secara formil hanya ditugaskan mengurus beras menjadi alasannya.
"Kami memang tidak ada aturan mengendalikan harga daging pada waktu itu. Kalau sekarang setelah Rakortas (Rapat Koordinasi Terbatas), maka Bulog berperan menjadi pengendali daging di tingkat BUMN. Lalu kami diperintahkan melakukan Operasi Pasar. Kalau saja perusahaan swasta sudah ampun-ampunan. Harga daging landed cost-nya saja sudah Rp 78.000. Kalau swasta mungkin rugi, nggak papa lah. Kami masih bisa untung di yang lain," jelasnya.
Bulog sendiri telah melakukan importasi daging beku sebanyak 2.600 ton dari Australia dari penugasan 10.000 ton daging sapi beku hingga akhir tahun ini. Harga jual yang diberlakukan Bulog pada saat Operasi Pasar lalu berkisar Rp 80.000/kg dengan lokasi tersebar di berbagai wilayah Indonesia seperti Medan, Batam, Lampung, Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi.
Wahyu pun mengakui Operasi Pasar yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan harga daging di pasar tradisional seperti yang diinginkan Pemerintah.
(feb/feb)
http://finance.detik.com/read/2016/07/28/171508/3263721/4/harga-daging-belum-rontok-bulog-operasi-pasar-sangat-singkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar