Rabu, 27 Juli 2016
JAKARTA. Upaya Kementerian Pertanian (Kemtan) menahan impor jagung dan mengandalkan jagung lokal berpotensi menimbulkan krisis jagung di akhir tahun. Berdasarkan hitungan industri pakan ternak bersama dengan Perum Bulog, ditemukan sampai akhir tahun dibutuhkan stok jagung nasional 1,5 juta ton. Sampai saat ini, volume stok jagung di gudang Bulog tinggal sekitar 100.000 ton saja.
Untuk itu, industri pakan ternak dan Perum Bulog telah menyurati pemerintah dan meminta untuk mengimpor 1,5 juta ton jagung. Surat permintaan ini telah disampaikan ke pemerintah, baik itu ke Kemtan, Kementerian Perdagangan (Kemdag), Kementerian BUMN dan ke Kementerian Koordinator Perekonomian.
Namun, sejauh ini, belum ada pembahasan dan respon dari pemerintah terkait surat tersebut. Padahal industri pakan ternak membutuhkan kepastian impor jagung sebesar 1,5 juta ton untuk kebutuhan sampai akhir tahun.
"Sudah kami kirimkan surat hasil analisisnya ke pemerintah untuk dibahas di Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas), tapi sampai sejauh ini belum ada progress," ujar Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti kepada KONTAN, Rabu (27/7).
Djarot menjelaskan, sebagai BUMN, Bulog tidak memiliki kewenangan untuk meminta impor atupun tidak impor kepada pemerintah. Tapi Bulog bersama industri pakan ternak hanya menyampaikan kondisi terkini dan kebutuhan yang harus disiapkan.
Surat hasil analisis tersebut sekaligus mengingatkan pemerintah agar kebijakan impor jagung ini tidak dilakukan secara mendadak, ketika harga sudah pada naik, dan stok menipis. Sebab sudah pasti Bulog tidak akan dapat kerja efektif untuk mengatasi situasi.
"Surat yang kami sampaikan soal kebutuhan 1,5 juta ton stok jagung itu merupakan hasil analisis dari stakeholder berdasarkan Focus group discussion (FGD)," tambahnya.
Menurut Djarot, Perum Bulog siap menyerap jagung lokal asalkan ada dan harganya sesuai dengan peraturan pemerintah sebesar Rp 3.150 per kilogram (kg) dengan kadar air 14%. Harus diakui, untuk mendapatkan jagung lokal dengan harga pemerintah tidaklah gampang.
Sebagai perbandingan, sekarang rata-rata harga jagung pakan ternak di Jawa Timur sudah menyentuh Rp 3.450 per kg. Kenaikan harga jagung lokal ini merupakan indikasi kalau stok jagung lokal berkurang.
Kendati begitu, Djarot menolak menebak seberapa besar potensi panen jagung sampai akhir tahun nanti, sebab ia tidak memiliki data yang akurat soal itu. Ia juga menolak menegaskan apakah perlu impor jagung atau tidak, sebab selama ini, Bulog kerap mendapatkan cap suka impor. "Saya tidak mau ada fitnah, Bulog suka impor karena dapat fee," terangnya.
Indonesia Berpotensi Alami Krisis Jagung Akhir Pada 2016
http://m.kontan.co.id/news/duh-ada-potensi-krisis-jagung-tahun-ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar