JUmat, 1 Juli 2016
YOGYAKARTA, KOMPAS — Untuk mengendalikan harga daging sapi selama bulan Ramadhan hingga hari raya Idul Fitri, Perum Bulog Divisi Regional Daerah Istimewa Yogyakarta memilih menjual daging sapi segar. Untuk ini, Perum Bulog Divre DIY membeli 60 sapi dari peternak. Ini dilakukan karena masyarakat tak antusias membeli daging sapi beku impor.
"Awalnya, kami memang berencana menjual daging beku impor. Namun, setelah kami survei, respons masyarakat terhadap daging beku ternyata kurang bagus," kata Kepala Perum Bulog Divre DIY Sugit Tedjo Mulyono, Kamis (30/6) di Yogyakarta.
Ia mengatakan, hingga Kamis (30/6), Bulog Divre DIY telah menyembelih paling tidak 10 sapi. "Daging sapi itu kami jual Rp 95.000 per kilogram (kg) saat operasi pasar. Kami sebenarnya ingin menjual Rp 85.000 per kg, tetapi harga sapi ternyata cukup tinggi," kata Sugit.
Kualitas daging sapi yang dijual Bulog itu, katanya, setara dengan daging sapi rendang (kualitas nomor dua) yang harganya Rp 110.000 per kg di pasar. Bulog bisa menjual lebih murah karena membeli langsung dari peternak sehingga ongkos distribusi terpangkas. Operasi pasar daging sapi dimulai pada pertengahan Juni 2016 dan akan berakhir pada H-2 Idul Fitri (4 Juli 2016).
Sugit meyakini, penjualan daging sapi oleh Bulog berhasil memengaruhi psikologi pedagang sehingga mereka tidak menaikkan harga. Berdasarkan data Tim Pengendali Inflasi Daerah DIY, harga rata-rata daging sapi has (kualitas satu) di DIY Rp 116.000 per kg, harga daging sapi rendang Rp 110.000 per kg, dan harga daging sapi semur (kualitas tiga) Rp 105.000. Harga tersebut cenderung stabil sejak April 2016.
Di Semarang, Jawa Tengah, pasar murah daging sapi beku impor seharga Rp 85.000 per kg juga kurang diminati. Masyarakat lebih meminati daging sapi segar karena rasanya lebih enak. Harga daging sapi lokal berkisar Rp 95.000-Rp 100.000 per kg bergantung pada kualitas.
Ny Widodo (45), warga, mengatakan, daging beku kurang segar dan rasanya juga kurang gurih. Ketika tidak beku, warna daging tidak lagi merah segar, tetapi merah pucat. 2Daging beku kurang lezat apabila dibuat daging empal," ujarnya.
Kepala Perum Bulog Divre Jateng Usep Karyana mengakui, daging sapi lokal lebih diminati daripada daging sapi beku impor. Karena itu, penjualan daging beku tidak serta-merta menurunkan harga daging sapi di pasaran. Ia mengatakan, penjualan daging sapi beku diprioritaskan di daerah yang harga daging sapi lokalnya Rp 110.000-Rp 120.000 per kg seperti di Pati, Banyumas, serta Tegal dan sekitarnya.
Di Kalimantan, harga daging sapi di pasaran masih berkisar Rp 125.000-Rp 130.000 per kg. Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, operasi pasar daging sapi beku impor Rp 80.000 per kg juga tak mampu menekan harga daging sapi di pasaran.
"Kalau OP daging sapi itu dilakukan untuk menekan harga daging sapi di pasaran, memang sulit. Selain pasokannya masih minim, minat masyarakat terhadap daging sapi beku impor juga kurang," kata Kepala Bulog Divre Kalsel Alwi Umri.
Bulog Divre Kalsel telah menerima 10 ton daging sapi beku dari Bulog Pusat. Meski minat masyarakat kurang, Bulog Divre Kalsel menargetkan menjual 95 ton daging sapi beku.
Bulog Divre Kalimantan Barat Kalbar kembali mendatangkan 4 ton daging sapi beku impor untuk menurunkan harga daging sapi di pasaran. Bulog Divre Kalimantan Tengah juga terus berupaya menurunkan harga daging sapi di pasaran dengan menjual daging sapi beku seharga Rp 80.000-Rp 90.000 per kg. Sementara itu, operasi pasar daging sapi beku oleh Bulog Divre Papua dan Papua Barat terkendala pengiriman dari Jakarta yang membutuhkan 10-20 hari ke depan.
(HRS/ESA/DKA/FLO/WHO/
JUM/ETA/IKI)
http://print.kompas.com/baca/2016/07/01/Bulog-DIY-Beli-Sapi-dari-Peternak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar