Jumat, 10 April 2015
Sekembali di Jakarta dari perjalanan ke luar negeri, pekan lalu, mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog) Rizal Ramli (61) langsung banyak bercerita tentang daya magis beras di Indonesia ini.
Aktivis 1998, Menteri Keuangan, dan Menteri Koordinator Perekonomian masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001) itu mengatakan, jatuh bangunnya pemerintahan di negeri ini banyak tergantung dari kecerdasan, kebijakan, dan pengalaman mengelola beras sebagai bahan makanan pokok rakyat.
Menurut pria kelahiran Padang, Sumatera Barat, 10 Desember 1953 ini, menjelang kejatuhan Presiden RI pertama (1945-1967), Soekarno atau Bung Karno, terjadi kelangkaan beras, sehingga rakyat banyak makan bulgur. "Selama kuartal pertama tahun 1998, menjelang Soeharto lengser, beras tidak ada di seluruh supermarket di Indonesia, terutama di Pulau Jawa," ujarnya.
Ketika menjadi Kabulog tahun 2000, Rizal yang kini menjadi Komisaris Utama BNI, menuturkan pengalamannya. Tiap hari ia memonitor 10 pasar induk di seluruh Indonesia. "Dalam satu hari harga beras satu kilogram naik Rp 50, di monitor layar komputer berwarna kuning, bila naik Rp 100, berwarna merah. Maka, segera diadakan operasi pasar, beras digelontor ke pasar," ujarnya.
Bila panen raya, kata Rizal, Bulog harus membeli banyak padi dari petani, sehingga harga bisa naik, terkontrol. "Kepala Bulog itu harus seperti panglima perang yang menguasai medan perang," ujarnya. (OSD)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150410kompas/#/32/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar