Jumat, 24 April 2015
diminta mengoptimalkan penyerapan beras premium.Pasalnya, pasar beras premium selama ini semakin diminati masyarakat dan masih banyak dikuasai oleh pihak swasta.
“Selama ini Perum Bulog lebih banyak berperan pada penyerapan beras petani kualitas medium untuk raskin dan operasi pasar, tapi kini petani meminta Bulog juga bisa menyerap beras premium,“ kata Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir di Surabaya, Jawa Timur, kemarin.
Menurutnya, Bulog jangan hanya menyerap beras jenis medium, tetapi juga beras premium. Dengan begitu, beras premium tidak hanya dikuasai oleh pihak swasta. Dengan masuknya Bulog di kelas beras premium, harga bisa menjadi lebih stabil karena tidak terlalu dikuasai oleh swasta. Apalagi, permintaan beras premium juga semakin meningkat.
Selama ini Bulog dianggap terlalu terpaku pada tugasnya terkait public service obligation (PSO), yang mengemban amanah untuk menjaga stabilitas harga beras di tingkat produsen.
Namun, potensi bisnis komersial masih disampingkan.Selama ini bisnis komersial hanya berkisar 10%. Idealnya, kata Winarno, bisnis komersial bisa berkisar hingga 30% agar Bulog juga tertolong secara pendapatan dan tidak bergantung pada suntikan modal negara.
“Beras premium yang dimak sud ialah beras kualitas tinggi yang berasal dari dalam negeri, jangan kemudian diartikan beras premium dari luar negeri,” ujar Winarno.
Pengadaan beras premium dalam negeri Bulog dapat diperoleh melalui pembelian langsung dari penggilingan padi dan beras lokal unggulan produk Unit Penggilingan Gabah Beras (UPGB) Bulog. Dari Kupang, Bulog Divisi Regional (Divre) Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai kemarin telah menyerap beras petani sebanyak 30 ton. Jumlah itu masih minim jika dibandingkan dengan target penyerapan beras selama 2015 sebanyak 15.000 ton.
“Bulog sudah melakukan kontrak dengan petani di sejumlah daerah untuk pengadaan beras,” kata Humas Bulog Divre NTT Marselina Radja.
Sementara itu, target penyerapan pangan di Bulog Subdivisi Regional (Subdivre) Banyumas, Jawa Tengah, direvisi. Sebelumnya prognosis penyerapan pangan mencapai 85 ribu ton hingga akhir 2015, tetapi kini dipangkas menjadi 62 ribu ton.
(FL/PO/LD/N-2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar