Rabu,30 September 2015
JAKARTA, KOMPAS — Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia menilai stok beras milik Perum Bulog saat ini kurang aman. Pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan, tidak boleh menganggap ringan dan perlu hati-hati dengan kondisi itu karena harga beras sudah naik.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi, Selasa (29/10), di Jakarta, mengatakan, Bulog saat ini hanya memiliki stok beras medium untuk keluarga miskin dan beras premium. Cadangan beras pemerintah (CBP) untuk kondisi paceklik dan operasi pasar minim.
Sebenarnya pemerintah telah mengalokasikan dana APBN untuk mengisi CBP, tetapi belum terealisasikan. Jika direalisasikan dalam waktu dekat ini, Perum Bulog setidaknya perlu mendapatkan sekitar 300.000 ton.
"Situasinya saat ini sudah tidak memungkinkan karena sudah musim kemarau. Jika nanti baru direalisasikan saat terjadi paceklik, hal itu akan menimbulkan masalah. Jangan sampai CBP ini kosong. Saya kira hal ini harus betul-betul diperhatikan pemerintah dalam mengambil kebijakan," kata Bayu.
Dari data Perum Bulog, stok beras saat ini 1,8 juta ton. Stok terdiri dari stok beras medium untuk beras sejahtera (rastra) 1,1 juta ton dan stok beras premium sebanyak 700.000 ton.
Pada Oktober dan November nanti, Perum Bulog akan menyalurkan rastra sekitar 460.000 ton. Adapun pada awal Oktober, Bulog akan menggelar operasi pasar beras premium 300.000 ton di Surabaya, Semarang, Medan, Jakarta, dan Bandung.
Bayu menabahkan, stok beras di Bulog itu harus dicermati. Jika nanti ada penyaluran rastra, stok akan berkurang. Keterbatasan stok itu dapat memunculkan spekulasi harga. Saat ini, harga beras medium sudah cukup tinggi.
Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan mencatat, rata-rata nasional harga beras medium pada Selasa (29/9) Rp 10.316 per kg. Selama 30 Agustus-29 September, harga beras medium di atas Rp 10.000 per kg. Harga beras medium terendah selama periode itu Rp 10.018 per kg.
Dari Banyuwangi, Jawa Timur, petani mengakui menikmati tingginya harga gabah di akhir musim panen September ini. Harga gabah kering yang biasanya Rp 3.700 per kg kini menjadi Rp 4.700 kg. Tingginya harga ini dipicu minimnya pasokan gabah pada akhir musim panen dan kondisi gabah yang kering.
Prayogo Mustopo, petani asal Desa Pakis Taji, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi, menegaskan harga gabah saat ini yang tertinggi dalam setahun terakhir. Terakhir pada Maret lalu, ia hanya mendapatkan harga Rp 4.200 per kg. "Harga Rp 4.200 per kg itu sudah tergolong tinggi, apalagi saat ini," katanya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Blitar, Jawa Timur di depan ratusan petani menegaskan, pada tahun 2016 pihaknya tidak akan mengucurkan bantuan bagi daerah yang tidak bisa meningkatkan produksi beras sesuai dengan target. Sebaliknya, pada daerah yang berhasil, bantuan yang diberikan nilainya sama dengan tahun ini atau lebih besar.
(HEN/NIT/WER)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150930kompas/#/18/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar