SEMARANG, KOMPAS — Memasuki puncak musim kemarau, harga beras di Kota Semarang dan sekitarnya merangkak naik. Harga beras medium naik Rp 100-Rp 200 per kilogram menjadi Rp 9.900-Rp 10.000 per kilogram. Untuk mengantisipasi kenaikan harga beras itu, Perum Bulog Jawa Tengah menyiapkan pembagian beras untuk rakyat miskin yang ke-13 dan ke-14 serta beras untuk operasi pasar.
"Raskin ke-13 akan dibagikan pertengahan September, raskin ke-14 pada awal Desember 2015. Total raskin yang dibagi setiap bulan mencapai 37.000 ton. Diharapkan pembagian raskin tambahan ini bisa menstabilkan harga beras di pasar," kata Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jateng dan DI Yogyakarta Usep Karyana, Kamis (10/9), di Semarang, Jateng.
Raskin yang dibagikan itu untuk 2,48 juta rumah tangga sasaran. Setiap keluarga memperoleh jatah 15 kilogram. Pembagian raskin tambahan ini untuk memperkuat pembagian raskin reguler yang dilakukan setiap bulan. Melalui pembagian raskin tambahan itu, harga beras diprediksi turun menjadi kurang dari Rp 9.500 per kg.
Kenaikan harga beras, menurut Nurhadi, pedagang beras di Pasar Pedurungan, Kota Semarang, karena pasokan beras dari luar kota mulai terbatas. "Panen gabah sudah surut, sentra gabah sudah tidak banyak yang panen. Panen kini banyak terjadi di Klaten, Pekalongan, juga Kendal bagian selatan. Namun, gabah mulai disimpan petani," ujarnya.
Nurhadi mengatakan, harga beras premium juga naik hingga Rp 350 per kg. Harga beras Mentik Wangi, misalnya, kini sekitar Rp 13.000 per kg, beras Rojolele mencapai Rp 12.950 per kg.
Usep menyatakan, pada saat musim kemarau ini, Bulog masih bisa menyerap gabah. Gabah itu diperoleh dari petani, terutama di kawasan dataran tinggi yang masih terdapat irigasi. Setiap hari, penyerapan gabah dan beras mencapai 3.000 ton-4.000 ton.
Tingginya penyerapan gabah ini berkat satuan tugas pengadaan Bulog di tingkat daerah dan anggota TNI yang bekerja sama untuk penguatan ketahanan pangan. Sawah yang masih ada panen, antara lain, terdapat di Kabupaten Klaten, Purworejo bagian utara, Pekalongan bagian selatan, Tegal, serta Magelang dan sekitarnya.
Hasil pengadaan gabah dan beras tahun ini hingga awal September 2015 sudah mencapai 360.000 ton. Usep optimistis target pengadaan gabah dan beras 2015 sebanyak 505.000 ton akan terpenuhi jika akhir Desember juga terdapat panen padi musim tanam I tahun 2015/2016.
Untuk penyerapan gabah premium, Bulog mematok harga pembelian gabah derajat sosoh minimal 95, butir patah 10, dan kadar air maksimal Rp 7.150-Rp 7.700 per kg.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Grobogan Wardi mengatakan, harga gabah saat ini memang naik, yakni Rp 5.000 per kg untuk gabah kering panen (GKP). Akibatnya, harga beras medium di desa kini Rp 10.000 per kg.
Harga gabah hasil panen di Kabupaten Magelang juga naik seiring dengan minimnya luas area panen dan produksi gabah pada musim kemarau ini. Makhi, pengelola penggilingan padi di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, mengatakan, harga GKP yang sebelumnya Rp 4.400-Rp 4.500 per kg kini Rp 4.800-Rp 5.000 per kg. Tahun lalu, harga gabah tertinggi hanya Rp 4.700 per kg.
"Harga gabah Rp 5.000 per kg adalah harga gabah tertinggi yang pernah saya alami selama 10 tahun terakhir," ujarnya di Magelang.
Sementara itu, hujan yang tidak turun sejak Mei lalu membuat debit tujuh sungai di beberapa daerah di Sulawesi Selatan berkurang drastis. Ketujuh sungai itu adalah Pamukkulu di Kabupaten Takalar; Sanrego, Ponre-ponre, dan Pattiro di Bone; Salomekko dan Tinco di Soppeng; serta Kelara di Jeneponto. Kondisi ini menyebabkan aliran irigasi untuk ribuan hektar lahan pertanian tersendat.
"Sungai Pamukkulu sudah tidak ada airnya sama sekali," kata konsultan monitoring kekeringan dari Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Abdul Hakim dalam rapat koordinasi penanganan dampak El Nino di Kantor Gubernur Sulsel di Makassar. (WHO/EGI/ENG)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus