REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, musim kemarau panjang menyebabkan serapan beras untuk kesejahteraan rakyat (rastra) semakin berkurang. Pasalnya, dalam musim kemarau ini justru sangat sempurna untuk panen beras yang memiliki kualitas bagus.
"Sekarang agak sulit, serapan beras untuk rastra rata-rata hanya dapat 1000 ton per hari," ujar Djarot di Jakarta, Selasa (22/9).
Djarot menjelaskan, saat ini kebutuhan rastra per bulan rata-rata yakni sebesar 232 ribu ton. Menurutnya, saat ini sebagian besar penyerapan beras Bulog adalah untuk kebutuhan komersil. Bulog tidak bisa menyerap beras kebutuhan komersil untuk memenuhi rastra, karena harganya di atas kemampuan public service obligation (PSO) Bulog.
Djarot menjelaskan, agar kebutuhan beras di masyarakat tetap terpenuhi, maka Bulog rutin melakukan pasar murah dan operasi pasar. Kegiatan tersebut untuk mengetahui ketersediaan barang di pasar. Terkait dengan impor, menurut Djarot, Bulog tidak punya kewenangan untuk menentukan impor.
"Bulog hanya berperan sebagai operator dan kita cuma suplai data," kata Djarot.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengatakan, fenomena el nino belum mengganggu penyerapan beras Bulog. Sampai saat ini penyerapan beras Bulog ke petani dinilai masih cukup produktif.
"Belum ada gangguan terhadap penyerapan, walaupun pengadaan terbesar di komersial," ujar Wahyu.
Wahyu menjelaskan, penyerapan beras Bulog masih terbilang normal yakni sebesar 15 ribu ton per hari. Sementara, akumulasi penyerapan dari Januari-September 2015 yakni sebesar 2,45 juta ton. Wahyu menjamin bahwa stok beras Bulog masih cukup yakni sebesar 1,7 juta ton. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama tujuh bulan ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar