Presiden Joko Widodo (bertopi merah) melihat hasil panen padi varietas unggul IPB-3S di Desa Cikarang, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (27/9). Varietas itu merupakan hasil riset peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) Hajrial Aswidinoor. Dalam kesempatan itu, Presiden menegaskan, pemerintah belum berniat mengimpor beras tahun ini.
KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT
KARAWANG, KOMPAS — Pemerintah belum memutuskan untuk mengimpor beras dari negara mana pun. Meskipun muncul desakan untuk impor, cadangan beras sampai saat ini dinilai masih cukup memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun.
Stok beras di Bulog mencapai 1,7 juta ton yang terdiri dari 1,1 juta ton beras untuk keluarga miskin dan 600.000 ton beras premium. Stok itu diperkirakan bertambah 200.000-300.000 ton hingga akhir tahun.
Presiden Joko Widodo mengatakan, hampir semua petani akan menolak kebijakan impor beras. Oleh karena itu, pemerintah tidak akan gegabah memutuskan langkah impor.
"Akhir September ini, sudah hampir satu tahun, kebutuhan beras nasional bisa dipenuhi sendiri oleh petani, tidak ada impor. Sampai detik ini tidak ada impor," kata Presiden saat melihat panen varietas unggul di Desa Cikarang, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Minggu (27/9).
Meskipun pemerintah terus menyalurkan beras sejahtera sekitar 220.000 ton per bulan, tetapi stok masih akan tersisa pada akhir tahun. Pemerintah memprioritaskan kepastian pasokan beras ke rakyat cukup, distribusi lancar, dan harga terjangkau. Salah satu upaya pemerintah dalam jangka pendek adalah menggelar operasi pasar besar-besaran minggu ini.
Presiden mengakui, saat ini pemerintah sedang menghitung dampak El Nino. Sejalan dengan kalkulasi itu, kata Presiden, pemerintah perlu memperkuat cadangan beras agar betul-betul mencukupi kebutuhan. Presiden berharap Bulog dapat memainkan peran sebagai penyeimbang gejolak harga pasar. "Tujuannya agar harga di pasar tidak dimainkan spekulan," katanya.
Presiden menambahkan, tantangan pemerintah k?e depan adalah memberi insentif bagi petani sehingga bergairah meningkatkan produksi padi.
Kemarin, Presiden menyaksikan panen padi varietas unggul IPB-3S di lahan seluas 500 hektar. Produktivitas padi itu 13,4 ton per ha gabah kering panen, setara 9,4 ton per ha gabah kering giling. Produksi ini di atas rata-rata nasional 5,5 ton GKG per ha.
Di tempat yang sama, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, langkah pemerintah tidak mengimpor beras saat ini merupakan fakta yang positif. "Upaya keras pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri menunjukkan hasil yang signifikan," kata Amran.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyatakan, tidak ingin berdebat tentang impor beras. Menurut dia, hal terpenting saat ini adalah meningkatkan produksi beras secara nasional. Djarot mengakui, produksi beras dari petani cenderung menurun karena masa panen di musim kemarau.
Seperti diberitakan Kompas, Jumat (25/9), Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan rencana pemerintah mengimpor beras 1,5 juta ton. (NDY)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150928kompas/#/17/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar