Kamis, 05 November 2015

Bulog Klaim Serap 2,6 Juta Ton Beras Petani

Rabu, 4 November 2015

Setiap harinya rata-rata Bulog bisa mendapatkan pasokan beras dari petani sebesar 5.000 hingga 6.000 ton.

JAKARTA - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) sepanjang Januari-Oktober 2015 mengklaim telah menyerap sebanyak 2,6 juta ton beras petani. Angka tersebut terbilang fantastis mengingat dalam beberapa bulan terakhir Indonesia sedang mengalami kemarau dan kekeringan yang berkepanjangan.

"Penyerapan beras dari petani tahun 2015 ini tetap menggembirakan, meski Indonesia sedang dilanda kemarau dan kekeringan di sejumlah daerah Indonesia," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog, Wahyu kepada SH, di Jakarta, Selasa (3/11).

Diakui Wahyu, setiap harinya rata-rata Bulog bisa mendapatkan pasokan beras dari petani sebesar 5.000 hingga 6.000 ton.

Meski demikian, kata Wahyu, stok beras di Bulog per November 2015 sudah berkurang menjadi 1,4 juta ton. Stok beras, lanjut Wahyu, telah digunakan untuk sejumlah program pemerintah di antaranya beras masyarakat miskin (raskin) dan dijual secara komersial.

"Kami menggenjot (penyerapan) dari Juli hingga Oktober sudah dapat 1,2 juta ton pada saat luas areal panen tidak begitu banyak karena mengalami kekeringan dan kemarau," ujar Wahyu.

Namun, Wahyu mengakui, penyerapan beras pada tahun 2015 jauh dari target minimal sebesar 3,2-4 juta ton per tahun atau idealnya 4,2 juta ton. "Walau demikian, stok sampai akhir tahun masih cukup," ujar Wahyu.

Secara terpisah, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih dan Direktur Studi Pertanian Universitas Padjajaran Ronnie Susman Natawidjaja meminta pemerintah berhenti untuk mengumumkan data pangan terutama beras sebelum diyakini akurasinya.

Menurut Ronnie, kesimpangsiuran data akan mendorong timbulnya gejolak dan spekulasi. "Akan banyak pihak yang memanfaatkan situasi seperti ini," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Ronnie, pemerintah harus memastikan stok beras di Bulog cukup sehingga dapat menutup celah bagi para spekulan memainkan harga dan distribusi.

Hal senada disampaikan Henry. Menurutnya, kesimpangsiuran data menyebabkan situasi menjadi rentan digunakan untuk menjadi alat politik.

Henry mengatakan, pemerintah harus mulai nenggalakkan diversifikasi pangan. Dengan demikian, lanjut Henry, masyarakat tidak hanya akan bergantung mengkonsumsi beras.

Di sisi lain, Henry menambahkan, pemerintah juga harus berani mengurangi ketergantungan impor beras. Produksi nasional, lanjut Henry, harus didorong jika impian swasembada pangan ingin terwujud.

Sumber : Sinar Harapan
http://www.sinarharapan.co/news/read/151104011/bulog-klaim-serap-2-6-juta-ton-beras-petani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar