Senin, 23 Februari 2015

Sucofindo Audit Gudang Beras

Senin, 23 Februari 2015

Kementerian Perdagangan Tidak Akan Buka Impor

JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perdagangan menggandeng Sucofindo untuk mengaudit dan memverifikasi stok dan distribusi beras. Langkah serupa juga akan dilakukan pada sistem pergudangan, terutama gudang-gudang beras milik swasta dan Perum Bulog.
Menteri Perdagangan Rachmat Gobel kepada Kompas, Sabtu (21/2), mengatakan, audit dan verifikasi itu dalam rangka membenahi tata niaga dan pendistribusian beras. Selama ini banyak pihak yang bermain, sehingga harga beras melambung dan beras Perum Bulog tidak tepat sasaran.

Audit dan verifikasi itu meliputi stok dan kebutuhan beras secara nasional, distribusi, serta perdagangan beras dari hulu hingga hilir. Audit dan verifikasi itu akan dimulai pekan depan, pada masa menjelang panen dan pasca panen.

”Stok yang diaudit adalah stok di pedagang dan masyarakat untuk mendapatkan data indikatif stok beras di luar Bulog. Selain itu, kami juga ingin mendapatkan data riil peredaran beras di pasar grosir dan eceran. Kami juga ingin memverifikasi distribusi dan perdagangan beras antarpulau,” kata Rachmat.

Sementara itu terkait dengan pergudangan, Rachmat menambahkan, audit akan berfokus pada gudang beras saja. Kemendag dan Sucofindo akan mengecek ulang mana saja yang gudang Bulog dari total 15.550 gudang di Indonesia.

”Audit dan verifikasi stok, distribusi, perdagangan, dan pergudangan itu akan dilakukan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dahulu. Baru kemudian menyusul wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur,” katanya.

Sementara itu peneliti Pusat Analisis Sosial-Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian, Mohamad Husein Sawit, mengungkapkan, strategi pemerintah yang tidak tepat dalam operasi pasar mendorong pedagang menyetok beras.

”Dalam situasi seperti ini harusnya pemerintah menyalurkan beras secara besar-besaran melalui pedagang. Nanti beras akan mengalir ke mana-mana dan harga akan turun dengan sendirinya,” kata Husein.

Agar beras operasi pasar tidak disimpan pedagang, selisih harga beras operasi pasar dengan harga di pasar jangan tinggi. ”Tidak bisa menurunkan seketika memang, tapi menekan harga sehingga sedikit demi sedikit harga akan turun,” katanya.

Produksi beras
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Hasil Sembiring mengemukakan, ketersediaan beras akan kembali berlimpah pada Maret hingga April. Panenan pada Maret seluas 2,5 juta hektar dengan produksi beras 7,1 juta ton, sedangkan April seluas 2,1 juta hektar dengan produksi beras 6,1 juta ton.

Pada Februari ini, sejumlah daerah penghasil beras juga tengah panen. Lahan panenan pada bulan ini seluas 1,3 juta hektar dengan perkiraan produksi beras sebanyak 3,9 juta ton.

”Setelah April nanti, masih akan ada tambahan tanam sebagai akibat dari program pemerintah memperbaiki saluran irigasi dan optimalisasi tanam. Dari total lahan 2,6 juta hektar lahan optimalisasi tanam dan lahan, akan ada tambahan produksi beras sebanyak 9 juta ton,” kata Hasil Sembiring.

Rachmat Gobel menegaskan, pemerintah tidak akan membuka keran impor. Kebijakan itu diambil karena pasokan beras pasca panen nanti akan berlimpah. Di samping itu, stok beras di Bolog masih cukup hingga panen mendatang untuk mengelar operasi pasar guna menstabilkan harga. (ETA/MAS/MDN/HEN)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150223kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar