Rabu, 25 Februari 2015

Impor Beras Tak Dipilih

Rabu, 25 Februari 2015

Operasi Pasar Dilakukan di Sejumlah Daerah


JAKARTA, KOMPAS — Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan, pemerintah tidak akan melakukan impor beras. Hingga saat ini, Perum Bulog masih memiliki stok beras 1,4 juta ton sehingga masih mencukupi sampai saatnya panen pertama tahun ini yang sudah dimulai dan akan terus bertambah hingga beberapa bulan ke depan.
”Bulan ini akan disalurkan 400.000 ton untuk menekan harga. Bulan depan disalurkan 500.000 ton,” ujar Jusuf Kalla di sela-sela kunjungan kerja ke kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal di Jakarta, Selasa (24/2).

Menurut Kalla, selain Perum Bulog masih memiliki stok beras, impor beras tidak perlu dilakukan karena Maret mendatang sudah mulai panen raya. Hingga Mei nanti, Perum Bulog ditargetkan akan menyerap 3 juta ton beras sebagai cadangan.

”Harga beras jangan terlalu tinggi, tetapi juga jangan rendah karena merugikan petani kita,” kata Kalla.

Di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Menteri Pertanian Amran Sulaiman memastikan pihaknya tidak akan membiarkan impor beras dilakukan untuk mengatasi gejolak harga beras di pasaran.

Sementara itu, meski operasi pasar dan beras untuk rakyat miskin (raskin) sudah disalurkan ke sejumlah lokasi distribusi di Jakarta. Salah satunya di Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Namun, hal itu belum dapat menurunkan harga beras eceran di pasar.

Sim Kim An, Sekretaris Rukun Warga (RW) 004, Kelurahan Bali Mester, Jatinegara, mengatakan, pihaknya sudah mendistribusikan 600 kilogram raskin. Akan tetapi, hingga Selasa, harga beras pun masih bertahan tinggi.

Edi Sutrisno, pedagang beras eceran di Pasar Jatinegara, mengatakan, belum ada tanda-tanda penurunan harga beras, bahkan semakin meningkat. Setiap hari, sejak akhir Januari lalu, harganya terus meningkat.

Iman Paryanto (42), warga Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, Jakarta, menuturkan, dirinya rela berkeliling kawasan Jakarta Utara untuk mencari beras murah karena di daerahnya tidak ada operasi pasar. ”Harga beras mahal dan itu pun sulit ditemukan apalagi beras di bawah harga Rp 11.000 per kilogram,” ujarnya.

Iwan Setiawan, pedagang beras di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan, kenaikan harga beras kali ini terasa sekali. ”Sebelumnya tidak pernah naik sampai Rp 2.000. Saya heran apa penyebabnya,” ujarnya.

Digelontor
Perum Bulog Provinsi Maluku berencana menggelontorkan 7,5 ton beras ke sejumlah pasar di Ambon, Rabu ini. Langkah
tersebut dilakukan untuk menekan harga beras di pasar yang terus melambung dua pekan terakhir.

Rabu ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Perum Bulog Divisi Regional Jatim juga menggelar operasi pasar untuk mengantisipasi lonjakan harga beras. Operasi pasar dilakukan di 209 lokasi di 38 kabupaten/kota dan dalam waktu yang belum ditentukan.

Sementara itu, operasi pasar yang digelar Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog sejak 16 Februari masih belum efektif menurunkan harga beras. Hal itu terjadi karena beras yang digelontorkan untuk operasi pasar masih sedikit.

Menurut mantan Direktur Utama Perum Bulog sekaligus Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia Sutarto Alimoeso, langkah pemerintah menggelontorkan raskin 300.000 ton belum akan efektif menurunkan harga beras di pasar yang telanjur naik tinggi.

Penyaluran raskin dapat menekan kenaikan harga beras, tetapi tidak bisa menurunkan secara signifikan tanpa dibarengi operasi pasar dalam jumlah yang cukup.

(B03/B04/FRN/NIK/DIA/DEN/ACI/EGI/REK/UTI/WIE/MAS/RWN/NAD/LAS/CAS)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150225kompas/#/17/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar