Senin, 09 Februari 2015

Produksi Beras Bisa Terganggu, Bulog Diminta Siaga Operasi Pasar

Senin, 9 Februari 2015

Dampak Musim Hujan

Jakarta - Memasuki musim penghujan, Perum Bulog diminta untuk menjalani operasi pasar dan operasi pasar khusus. Hal itu dinyatakan perlu lantaran musim hujan dapat menggangu produksi beras sehingga bisa menyebabkan kenaikan harga. Hal itu dikatakan oleh Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Nellys Soekidi, akhir pekan kemarin.

Ia mengatakan operasi pasar dirasa perlu dalam menstabilkan harga beras bagi masyarakat, khususnya yang tergolong kurang mampu. Tanpa intervensi Bulog, harga beras diyakini tidak terkendali. "Bulog tidak hanya menjamin ketersediaan beras, tetapi juga dapat menstabilkan harga pada saat musim penghujan dan transisi seperti saat ini. Tanpa intervensi Bulog melalui Operasi Pasar (OP), sudah pasti harga beras tidak terkendali," katanya.

Nellys, yang juga salah satu pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang, menilai jikalau saat ini terdapat sedikit kenaikan harga, masih dalam kondisi wajar. Kondisi tersebut, tambahnya, setidaknya akan berlangsung hingga Maret 2015, ketika tiba musim panen raya. Saat ini, harga beras grosir untuk jenis IR3, berkisar antara Rp8.800-8.900/kg. Sedangkan IR2, antara Rp9.200-9.300/kg, IR1 antara Rp9.400-9.500/kg, dan IR Super di atas Rp9.600/kg.

Nellys menambahkan, untuk komoditas beras, tidak ada patokan harga normal. Yang penting itu tadi, masih tetap terkendalinya stabilitas harga. Karena jika harga tidak stabil, bukan hanya masyarakat yang menjerit, namun juga pedagang dan petani. Pedagang sendiri, lanjutnya, tidak senang jika harga tinggi. Selain menambah beban modal, juga menghadapi risiko kerugian yang tidak sedikit. Kerugian bisa terjadi, ketika tiba-tiba harga turun secara drastis. "Namun syukurlah selama ini Bulog selalu melakukan intervensi, sehingga dalam kondisi apapun harga tetap stabil," sambungnya.

Peran Bulog tersebut, menurut Nellys, tidak hanya pada saat musim transisi seperti saat ini. Ketika musim panen raya, Bulog juga berperan melakukan pengadaan, yakni membeli langsung kepada petani. Dengan demikian, petani tidak dirugikan karena harga jualnya tidak anjlok.

"Jadi yang terpenting memang keseimbangan antara produsen, konsumen, dan pelaku usaha. Tanpa peran tersebut, harga bisa saja suatu saat melambung terlalu tinggi, namun pada saat yang lain juga anjlok terlalu rendah. Kondisi demikian sangat merugikan semua pihak," ucap dia.

Selain Operasi Pasar (OP), peran Bulog juga terlihat nyata dalam Operasi Pasar Khusus (OPK). Melalui OPK, Bulog menyalurkan raskin kepada masyarakat miskin yang sangat membutuhkan. Terkait program tersebut, apresiasi datang dari para bupati/kepala daerah, termasuk Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti. Eka mengapresiasi program Raskin, sebagai suatu komitmen Pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat kurang mampu di Tabanan.

Bupati berharap, program raskin dapat dilanjutkan dan tetap menyentuh langsung kepada masyarakat yang membutuhkan. Karena melalui raskin, beban masyarakat miskin bisa berkurang, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok, yakni beras. Menurut Eka, program raskin sesuai dengan program Pemkab Tabanan. Karena Pemkab Tabanan selalu berkomitmen menempatkan skala prioritas berbagai program dalam mengentaskan kemiskinan.Sebelumnya, Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Dody Gunawan Yusuf menyatakan indeks harga konsumen pada Januari 2015 mengalami deflasi. "Jawa Barat deflasi 0,37 persen, sementara nasional deflasi 0,24 persen," kata dia.

Dody mengatakan, deflasi di Jawa Barat terdorong oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) baik yang bersubsidi maupun non-subsidi, penurunan tarif angkutan, serta turunnya harga sejumlah komoditas seperti cabe. "Sebetulnya kalau siklus tahunannya, Januari biasanya inflasi karena terdorong harga beras tinggi karena belum panen, tapi deflasi terjadi karena terdorong penurunan harga BBM," kata dia.

BPS Jawa Barat mencatat andil inflasi untuk seluruh komoditas sepanjang Januari 2015 mencapai 0,88 persen. Sejumlah barang dan jasa yang tercatat naik sepanjang Januari 2015 diantaranya gas elpiji, telur ayam, daging ayam, serta beras. Sementara sejumlah kelompok barang dan jasa mendorong deflasi dengan nilai seluruhnya 1,25 persen, diantaranya bensin, solar, cabe merah, serta angkutan dalam kota.

Menurut Dody, di antara sejumlah barang dan jasa itu, beras terhitung rentan karena harganya kemungkinan masih akan terus terdongkrak naik. Dia beralasan, komoditas itu baru memasuki masa panen paling cepat Maret nanti. "Februari kemungkinan masih ada kenaikan harga, tinggal cara Bulog atau pemerintah daerah mengantisipasinya dengan operasi pasar," kata dia.

Dody mengatakan, jika tidak ada intervensi pemerintah, andil naiknya harga beras bakal mendorong inflasi di Jawa Barat. "Sekarang tidak terlihat karena ada andil deflasi dari unsur penurunan harga BBM, kalau bulan depan tidak ada yang akan menstimulus penurunan harga lagi, sehingga bisa terjadi inflasi," kata dia. Pada Januari 2015, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menjadi penyumbang deflasi dengan sub kelompok transpor penyumbang terbesar.

http://www.neraca.co.id/berita-komoditas/50454/Produksi-Beras-Bisa-Terganggu-Bulog-Diminta-Siaga-Operasi-Pasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar