Selasa, 23 September 2014

Prof. DR. Drs. Mohamad Husein Sawit, MSc "Sutarto Itu Sederhana, Tegas & Punya Prinsip"

Senin, 22 September 2014

Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimoeso, merupakan pemimpin yang mempunyai karakter. Sosoknya sederhana, mempunyai prinsip yang kuat, dan tegas. Di bawah kepemimpinannya Bulog berhasil melakukan pengadaan beras tidak berasal dari impor. Itu pendapat Prof. DR. Drs. Mohamad Husein Sawit, MSc tentang tokoh kelahiran Pacitan itu.

Setiap sosok yang memimpin Bulog punya karakteristik masing-masing. Dan untuk Sutarto Alimoeso, dia mempunyai pendirian yang kuat. Apalagi Sutarto orang lapangan, yang dalam hal produksi, bisa mengetahui sentra-sentra padi nasional. Sutarto bisa memetakan produksi beras. “Jadi orang lapangan tidak bisa bohong dengannya,” kata Prof. DR. Drs. Mohamad Husein Sawit, MSc.

Gudang-gudang Bulog sekarang sudah bersih dan tertib. Kalau dibandingkan dengan kepala Bulog sebelumnya, tidak ada yang mengalahkan Sutarto dalam persoalan ini. Itu karena Sutarto sering berkunjung ke daerah untuk melihat kondisi gudang. Dia bakal menegur bawahannya di lapngan,  jika gudangnya tidak bersih. Sering mengontrol, akhirnya gudang dicat dengan rapi, bersih dan tertata dengan baik. Itu menjadi standar untuk mengamankan pangan. “Beliau cukup konsen terhadap kebersihan dan kerapian gudang Bulog,” katanya.

Perubahan lain yang dilakukan pada masa kepemimpinan Sutarto adalah mengerahkan semua sumber daya yang ada untuk melakukan pengadaan beras dari dalam negeri. Kemudian memperbaiki kualitas dan penampilan gudang.

Selain itu, kesejahteraan karyawan juga mulai ditingkatkan. Dia benar-benar melakukan punishment and reward bagi karyawan Bulog di semua posisi. Dari tingkat pimpinan sampai tingkat bawah. Bila kinerja baik, maka karyawan akan dinaikkan jabatannya, dan begitu pula sebaliknya.

Menurut Husein Sawit, ketika Sutarto masuk ke Bulog lumayan shock karena perbedaan kultur dari sebelumnya di Kementerian Pertanian. Di pemerintahan lebih terlihat birokrasinya. Namun bulan ketiga Sutarto sudah mampu beradaptasi, mengetahui medan, dan dapat menentukan prioritas.

Ketika diminta untuk mengkritisi Bulog, Husein Sawit menyebut, bahwa di tangan Sutarto belum terlihat visinya untuk jangka panjang. Namun untuk jangka pendek itu bagus. Mustinya lembaga ini dibawa bersaing, bekerja efisien, dan penguatan sumber daya manusia. Bulog untuk ketahanan pangan harus dilihat jangka panjang.

Sutarto memang tipe sederhana, tegas dan punya prinsip. Misalnya pernah diundang ke luar negeri untuk menghadiri suatu acara. Disana juga akan presentasi soal kebijakan Bulog. Stafnya menyiapkan bahan presentasi, lantas dia tidak yakin, kemudian meminta pandangan saya.

“Saya bilang, bapak harus bedakan paper yang ingin disampaikan di Menko Perekonomian dengan di luar negeri. Akhirnya diubah dan mengikuti masukan saya,” kenang Husein Sawit yang memperoleh gelar PhD dalam bidang Economics dari University of Wollongong, NSW Australia ini. “Namun di satu sisi, dia kukuh dengan pendiriannya,” tambahnya.

Menurut Husein Sawit, Sutarto dengan keyakinannya untuk pengadaan beras tidak bergantung pada produksi itu baik. Akan tetapi, gerakan sampai tingkat bawah atau disebut jaringan semut itu boleh dilakukan, bila produksi beras lagi bagus. Namun gerakan itu bakal kesulitan menyerap beras lebih banyak, kalau panen tidak bagus, seperti yang terjadi di tahun 2012.

Dan itu kembali terulang. Tahun ini, kondisi produksi anjlok. Digerakkan dengan cara apapun sulit mencapai target yang diinginkan. Itu lantaran harga beras sedang tinggi. Seharusnya ini tidak dilakukan, karena harus memperhatikan sisi produksi. Namun karena ada keinginan supaya beras tidak impor dari luar negeri, gerakan itu masih dilakukan. “Saya melihat Sutarto bergerak melakukan itu, dengan semua resources yang ada,” ujar mantan Ketua FKPR (Forum Komunikasi Profesor Riset) Badan Litbang Pertanian itu.

Kelemahan lain, dalam jangka pendek di penggilingan padi ini umumnya 93% skala kecil. Produksi beras diperkirakan sekitar 1,5 ton/jam, sedangkan penggilingan besar di atas 3 ton/jam. “Penggilingan kecil ini tidak mampu menghasilkan beras kualitas bagus dengan harga rendah. Ongkos tenaga kerja semakin mahal, terjadi losses lantaran dijemur. Padahal masyarakat sekarang menyukai beras premium,” katanya kepada Agrofarm.

Mustinya Bulog mendorong penggilingan kecil meningkatkan kualitas. Caranya pengeringan gabah harus menggunakan alat pengering (hair dryer). Penggilingan dari dijemur diubah menjadi menggunakan alat pengering. “Ini harus diubah,” tukasnya.

http://www.agrofarm.co.id/read/successstoryp/818/prof-dr-drs-mohamad-husein-sawit-msc-sutarto-itu-sederhana-tegas-punya-prinsip/#.VCDULM5nOho

Tidak ada komentar:

Posting Komentar