Selasa, 23 September 2014

Investasi Tidak Ditutup

Selasa, 22 September 2014

Kedaulatan Pangan agar Tak Terganggu

Jakarta, Kompas Pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla tidak harus menutup aliran modal asing dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Investasi itu harus dikelola secara tepat agar tidak mengganggu pencapaian kedaulatan pangan.
Menurut Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Jember Rudi Wibowo, Senin (22/9), saat dihubungi di Jember, Jawa Timur, kita hidup di alam global yang tidak mungkin lagi menutup diri dari dunia luar. Apalagi Masyarakat Ekonomi ASEAN akan dimulai pada 2015.

”Dengan demikian, jelas kebijakan pangan kita ikut memperhatikan dinamika itu. Hal terpenting adalah kebijakan pangan bangsa ini tetap mengedepankan kemandirian, ketahanan, dan keamanan pangan rakyat. Hal ini harus berlaku untuk aspek produksi, distribusi, perdagangan, dan konsumsi. Tidak mungkin kebijakan pangan kita tak mempertimbangkan jejaring global, khususnya ASEAN,” katanya.

Perdagangan dan investasi di bidang pangan tidak mungkin ditutup. Akan tetapi, mesti mengedepankan kebijakan kerja sama berdasarkan kerja sama saling menguntungkan agar kita tetap mampu menjaga kedaulatan bangsa, terutama di bidang pangan.

Investasi di bidang pangan harus mengedepankan pemanfaatan sumber pangan lokal yang sekaligus meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Gatot Irianto mengungkapkan, bagaimanapun Indonesia membutuhkan modal untuk percepatan pembangunan sektor pertanian dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

Saat ini berbagai industri komponen pendukung kedaulatan pangan merupakan hasil penanaman modal asing. Mereka sudah puluhan tahun berinvestasi dan melakukan penelitian sehingga secara perlahan menguasai pasar. Hal seperti ini bisa dilihat pada industri benih jagung.

”Kita tentu tidak bisa meminta mereka untuk menutup investasinya karena itu akan berdampak terhadap ketersediaan benih jagung nasional dan akan berpengaruh pada produktivitas dan produksi jagung,” katanya.

Memaksakan diri untuk berkompetisi dengan perusahaan multinasional juga membutuhkan persiapan yang matang dan strategi.

Jika tak bisa bersaing dengan mereka, cara yang terbaik adalah melakukan pengaturan sehingga investasi masih tetap berjalan sementara kepentingan kedaulatan pangan tidak terganggu.

Dalam hal komponen bahan baku industri pupuk kimia, misalnya, kebutuhan fosfat dan kalium untuk industri pupuk masih diimpor. Untuk mewujudkan kedaulatan pangan, impor tidak harus dihentikan sekarang.

Gatot melihat ada baiknya jika penggunaan pupuk kimia dikurangi sambil menggantikannya dengan pupuk organik. Akan tetapi, pengembangan industri pupuk organik harus dipersiapkan dengan baik.

Sementara itu, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin mengatakan, strategi peningkatan produksi pangan melalui pertanian presisi dan perubahan teknologi plus perluasan areal pangan masih menjadi pilihan yang rasional. (MAS)

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140923kompas/#/18/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar