Senin, 8 September 2014
Perlu Terobosan untuk Meningkatkan Produksi
MOJOKERTO, KOMPAS — Penggilingan padi dan beras modern diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani dan mendukung industri pangan berkelanjutan di Tanah Air. Kehadirannya juga diharapkan tidak mematikan industri penggilingan padi rakyat yang sudah ada selama ini.
PT Lumbung Padi Indonesia (LPI), penggilingan padi dan beras modern, diresmikan di Mojokerto, Jawa Timur, Minggu (7/9). Perusahaan itu berjanji membeli gabah petani dengan harga lebih tinggi karena mampu mengolah secara efisien.
Komisaris Utama PT Lumbung Padi Indonesia Rachmat Gobel mengatakan, penanganan pasca panen merupakan upaya strategis mendukung peningkatan produksi padi. Kontribusinya tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan meningkatnya mutu beras.
”Untuk meminimalkan kehilangan hasil perlu sentuhan teknologi di bidang peralatan panen dan penanganan pasca panen. Angka rata-rata nasional kehilangan hasil mencapai 19,92 persen,” ujar Rachmat.
Menempati areal seluas 5,1 hektar di Desa Jasem, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, PT LPI menggunakan inovasi teknologi Satake Jepang. Fasilitas terintegrasi semi otomatis, mulai proses penerimaan gabah kering panen (GKP), pembersihan, pengeringan, penyimpanan, penggilingan, hingga pengemasan.
Perusahaan hanya menghasilkan beras berkualitas premium. Melalui inovasi teknologi, bisa membantu petani menjual hasil panen tanpa kendala waktu dan cuaca. Selain itu, mengurangi kehilangan hasil proses pasca panen hingga 7 persen.
PT LPI mampu menyerap 150.000 ton GKP pada tahun pertama, selanjutnya 250.000 ton per tahun. PT LPI dilengkapi mesin pengering berkapasitas 500 ton per hari, penyimpan GKG 16.000 ton, mesin penggiling berkapasitas 15 ton per jam, dan mesin pengemas dengan kapasitas 25 ton per jam.
Intensifikasi
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, di tengah alih fungsi lahan pertanian yang tak terbendung dan upaya ekstensifikasi melalui pembukaan sawah baru yang belum maksimal, intensifikasi menjadi terobosan untuk meningkatkan produksi.
”Peningkatan produksi beras melalui sentuhan teknologi penggilingan gabah modern merupakan bagian dari intensifikasi di sektor pertanian. Harapannya, tidak hanya produktivitas yang naik, tetapi pendapatan petani juga tinggi,” kata Suswono.
Pantauan Kompas di Pasar Beras Induk Cipinang, Sabtu (6/9), harga beras cenderung stabil. Namun, sejumlah pedagang mengeluhkan sepinya permintaan beras kelas medium dalam tiga pekan terakhir. (AST/NIK/A12).
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140908kompas/#/18/
Ulasan diatas tidak sepenuhnya benar. Penggilingan padi jenis apapun yg ada saat ini msh trjd losses atau kehilangan hasil. Rendemen beras turun krn bnyk butiran beras yg ikut ke sekam. Semakin bnyk proses maka kehilangan beras semakin bnyk. Hilang krn terhempas ikut ke sekam, hilang akibat terkikis dlm proses penyosohan dan poles. Nah berdasar pengalaman dan uji coba maka kami menciptakan MESIN PENGGILINGAN PADI TANPA LIMBAH SEKAM. Jadi prosesnya hny sekali. Dari gabah lgsg ke penyosoh beras keluar jadi beras dan bekatul semua. Rendemen beras meningkat, rendemen bekatul jg meningkat drastis. Otomatis income menngkat. Tanpa losses, tnp polusi udara akibat pembakaran sekam, kami menyebutnya teknologi sederhana tp tepat guna. Untuk konsultasi dan pemesanan atau modifikasi mesin penggilingan padi dpt mengghubungi 081225449944, 085740639961 pin 53D4FDE7. Smg bermanfaat
BalasHapusMaaf bisa minta tutorial modifikasi penggilingan padinya mas
BalasHapusInvite pin bb saya atau sms WA 081225449944, 085740639961 PIN 53D4FDE7
BalasHapus