Rabu, 10 September 2014
HARGA Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubisi saat ini dinilai masih relevan untuk beberapa waktu ke depan. Sehingga, desakan agar HET tersebut dinaikkan dinilai belum tepat untuk saat ini. “Saat ini timingnya mungkin tidak tepat,” kata Direktur Pupuk dan Pestisida Direktorat Prasarana da Sarana (PSP) Kementerian Pertanian, Muhrizal Sarwani kepada Jurnal Nasional saat dihubungi, Rabu, (10/9).
Apalagi, lanjut Muhrizal, para petani saat ini sedang menghadapi musim kering yang cukup panjang. Dimana dalam kondisi seperti itu tentu sangat sulit bagi petani untuk melakukan penanaman berbagai jenis tanaman sela untuk sekedar mendapat penghasilan tambahan. “Ini kan musim keringnya cukup lama, kasihan mereka,” lanjut Muhrizal.
Muhrizal juga menambahkan, waktu yang tepat jika HET pupuk subsidi harus dinaikkan, adalah ketika para petani sedang memegang uang dalam jumlah banyak. Sebab, dalam kondisi seperti itu kemampuan petani untuk membeli pupuk meski dalam harga lebih tinggi masih ada. “Tunggulah nanti saat mereka panen. Kalau kita paksakana menaikkan sekarang, keterlaluan kata orang,” tambah Muhrizal.
Apalagi, Muhrizal mengatakan serapan pupuk subsidi belakangan ini tidak mencapai 100 persen. Kondisi itu bisa dijadikan indikasi bahwa pupuk subsidi yang telah dialokasikan sebelumnya tidak terserap semuanya. “Serapan pupuk selama ini saja 9,5 hanya diserap 8,9, artinya kemapuan daya beli petani harus juga dipikirkan,” tegas Muhrizal.
Hal senada disampaikan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, E HERMAN Khaeron. Menurut dia harus ada perencanaan yang matang untuk menaikkan HET pupuk subsidi itu. “Sebaiknya bertahap-lah. Jangan membebani masyarakat dalam hal ini para petani, dalam situasi yang beberapa variable lainya sedang mengalami kenaikan. Toh ketersediaan anggaran subsidi pupuk udah terpenuhi. Kalau mau dinaikkan HET-nya harus ada program akselerasinya, misalnya penyediaan sarana lain,” kata Herman kepada Jurnal Nasional.
Dalam kesempatan itu Herman juga mengatakan betapa beratnya beban hidup yang akan diderita petani jika HET dinaikkan saat ini. Sebab, untuk musim tanam mendatang saja petani harus mempersiapkan modal awal dalam jumlah yang tidak sedikit. “Kasihan-lah petani kita. Mereka yang selama ini memproduksi bahan kebutuhan pokok kita, kok malah masih dibebani dengan kenaikan HET pupuk subsidi,” ujar Herman.
Komentar berbeda disampaikan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam. Menurut Multazam, sudah seharusnya HET pupuk subsidi mengalami peningkatan. Sebab, jika dibiarkan pada harga saat ini, dikhawatirkan pupuk subsidi tidak akan ditemukan petani dipasaran. “Tahun 2014 jumlah kuantum puouk subsidi hanya 7,5 juta ton. Kalau diasumsikan dlm satu tahun musim tanam ada 3, kan hanya cukup sampai agustus september. Subsidi itu sudah habis,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam kepada Jurnal Nasional, Rabu, (10/9).
Multazam berpendapat bahwa, petani saat ini tidak terlalu mempersoalkan harga beli pupuk subsidi di pasaran. Yang terpenting bagi petani, kata Multazam, adalah aspek ketersediaan pada waktu tepat. “Petani itu maunya pupuk ada di pasaran pada waktu yang tepat. Jadi kalau pupuk itu adanya dua minggu setelah waktu yang seharusnya, malah tidak menguntungkan bagi petani,” tegas Multazam.
Dengan menaikkan HET pupuk subsidi, Multazam juga mengatakan perlunya pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap gabah milik petani oleh Bulog. “Jadi Bulog-pun sudah saatnya menaikkan HPP gabah para petani. Dengan begitu kan petani juga yang akan merasakan manfaatnya,” ujar Multazam.
Reporter : Heri Arland
Redaktur : Rihad Wiranto
http://m.jurnas.com/news/148845/Belum-Tepat-Naikkan--Harga-Eceran-Pupuk-Subsidi--2014/1/Ekonomi/Ekonomi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar