Minggu, 7 September 2014
Mojokerto - Pekerjaan sebagai petani bisa kembali menjadi kebanggaan jika produktivitas padi mampu ditingkatkan dan hal itu bisa dicapai dengan penggunaan teknologi. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dan lahan pertanian yang menciut, penggunaan teknologi on farm maupun off farm sudah menjadi keharusan.
"Saya yakin, Indonesia mampu menjadi lumbung beras dunia. Kita tidak hanya mampu memberikan makan kepada seluruh rakyat Indonesia, melainkan bisa memberi makan kepada dunia. Kita memiliki potensi yang besar. Tinggal sentuhan teknologi," kata Komisaris Utama PT Lumbung Padi Indonesia (LPI), Rachmat Gobel, saat peresmian pabrik pengolahan gabah dan beras modern terpadu di Desa Jasem, Kecamatan Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur, Minggu (7/9).
Hadir pada acara ini, antara lain Menteri Pertanian Suswono, Wagub Jatim Syaifullah Yusuf, wakil dubes Jepang untuk Indonesia, dan Bupati Mojokerto Mustafa Kamal.
Mesin penggilingan padi yang diresmikan memberikan efisiensi tinggi dan menghasilkan beras dengan tingkat kepecahan hanya 5 persen. Dengan kemampuan seperti ini, mesin giling modern ini nyaris zero waste. Dengan menerapkan teknologi pascapanen dengan baik, produksi beras Indonesia bisa bertambah 30 persen.
Amanat Ayah
Rachmat menuturkan, tekad untuk membangun petani sudah tertancap sejak 52 tahun lalu, saat ayahnya mendirikan perusahaan elektronik. Ketika itu, ayahnya, Mohammad Thayeb Gobel berbicara tentang niatnya membangun pertanian dan meningkatkan kualitas hidup petani. Ayahnya mengoleksi sejumlah gambar tentang hamparan sawah yang terbentang luas, traktor, dan mesin giling.
"Saya sempat mendengarkan percakapan ayah dan kakek saya tentang pertanian. Kakek saya berpesan agar ayah saya membangun pertanian dan membantu petani. Hari ini, saya mewujudkan mimpi mereka," ujar Rachmat.
Diialog almarhum ayah dan kakeknya benar-benar menginspirasi dirinya. "Saya ingat, almarhhum ayah saya mengucapkan terima kasih kepada ayahnya. Ia bangga menjadi anak seorang petani pejuang. Sekarang, setelah pabrik berdiri, saya ingat, ada satu hal yang belum saya lakukan, ialah menjadi pejuang petani," papar Rachmat
Indonesia membutuhkan pasokan beras yang terus meningkat seiring kenaikan jumlah penduduk. Menilik sumber daya yang ada, kata Rachmat, tidak sulit bagi Indonesia untuk mempertahankan swasembada beras asalkan pembangunan on farm maupun off farm menggunakan teknolgi. Kegiatan on farm adalah kegiatan dari pembenihan hingga panen. Sedangkan off farm merupakan kegiatan pascapanen, mulai dari pemotongan bulir padi, pengeringan, penyimpanan, dan penggilingan.
"Jika kegiatan on farm dan off farm dilaksanakan dengan benar, pertanian Indonesia bukan hanya mencukupi kebutuhan nasional, melainkan juga mampu memberikan makanan kepada dunia," ujar Rachmat.
Upaya meningkatkan produksi pertanian harus berjalan seiring dengan kenaikan kesejahteraan petani. "Dengan segala upaya, kita harus bisa menaikkan kesejahteraan petani. Kita harus mengembalikan kebanggaan petani," tegas Rachmat.
Ia menjelaskan, pabrik yang didirikannya akan bekerja sama dengan petani sekitar dan perusahaan penggilingan milik rakyat.
Lahan Pertanian Menciut
Pada kesempatan itu, Wagub Jatim Syaifullah Yusuf menyatakan ada sekitar 27.000 penggilingan di Jatim dan di Mojokerto 650 penggilingan. Produktivitas sawah di Jatim mencapai 5,9 ton per haktare, jauh di atas rata-rata produktivitas sawah nasional sebesar 5,1 ton per hektare. Sedangkan produksi gabah di Jatim mencapai 12 juta ton per tahun atau 17 persen dari produksi nasional. "Setiap tahun, Jatim surplus beras empat juta ton," katanya.
Saifullah mengakui kepemilikan lahan pertanian terus menciut, sementara penduduk makin bertambah. "Jika tidak ada terobosan teknologi, surplus beras Jatim akan menciut, terutama beras premium. Saat ini, sekitar 40 persen penduduk Jatim mengonsumsi beras premium. Tapi, lima tahun akan datang, konsumsi beras premium bisa mencapai 60-70 persen," ujarnya.
Surplus
Sementara itu, Menteri Pertanian Suswono membantah jika ada yang menilai Indonesia mengalami krisis beras. Pada 2013 produksi gabah Indonesia sebesar 71,6 juta ton atau setara 41 juta beras. Tahun ini, berdasarkan perkiraan BPS, produksi gabah 69,8 juta ton setara 40 juta ton. "Tapi, kita tetap mengalami surplus beras. Tahun lalu, surplus sekitar 7 juta ton dan tahun ini sekitar 5 juta ton," ungkap Suswono.
Selama ini, lanjutnya, surplus atau defisit beras tergantung Bulog. Kalau Bulog tak mampu menyerap gabah rakyat dan pada akhir tahun tak mampu memiliki stok 1,5 juta ton beras, Indonesia dianggap rawan beras dan untuk mengamankan stok, Bulog harus mengimpor beras.
Konsumsi beras Indonesia saat ini 124 kg per kapita per tahun. Jika konsumsi per kapita bisa ditekan, surplus beras bisa meningkat. Bila produksi beras mampu ditingkatkan dengan penamahan lahan dan penerapan teknologi, Indonesia akan terus mengalami surplus beras. Saat ini, ada 12 provinsi yang merupakan lumbung padi nasional dan dunia.
Penerapan teknologi pertanian, lanjut Suswono, bisa menaikkan produktivitas padi dari 5,1 ton menjadi 5,2 ton per hektare. Kenaikan itu sudah cukup besar karena secara agregat akan mendongkrak tambahan produksi 1,4 juta ton.
Penerapan teknologi pertanian sudah terbukti berdampak signifikan. Penggunaan mesin panen, misalnya, mampu menurunkan waste dari 9 persen menjadi 1 persen.
"Untuk meningkatkan produksi beras dan kesejahteraan petani, luas lahan petani harus bisa ditingkatkan. Saat ini, rata-rata luas lahan petani hanya 0,3 hektare per petani. Di Thailand, seorang petani memiliki 3 hektare. Luas lahan pertanian per kapita di Indonesia hanya 560 meter, sedang di Thailand 5.600 meter per kapita," ujar Suswono.
http://www.beritasatu.com/nasional/208144-kembalikan-kebanggaan-petani.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar