Rabu, 3 September 2014
Perum Bulog Jember Gandeng Gapoktan
JAYAPURA, KOMPAS — Wilayah Papua belum mampu mencapai swasembada beras hingga saat ini. Sebanyak 85 persen dari 200.000 ton beras yang dikonsumsi masyarakat Papua dan Papua Barat per tahun berasal dari wilayah sentra produksi beras, yakni Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
”Selama ini kami hanya mendapatkan 30.000 ton beras dari sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat, yakni Merauke, Manokwari, dan Nabire. Jumlah itu hanya 15 persen dari total konsumsi beras di Papua dan Papua Barat setiap tahunnya,” kata Kepala Badan Urusan Logistik Divisi Regional Papua dan Papua Barat Benhur Ngkaimi, Selasa (2/9), di Kota Jayapura.
Benhur mengatakan, sebenarnya sejumlah wilayah sangat berpotensi besar untuk mewujudkan program swasembada beras di Papua dan Papua Barat, seperti Merauke dan Manokwari. Namun, masih minimnya dukungan pemerintah daerah dalam sektor teknologi, penyediaan benih, dan sarana irigasi menghambat hadirnya lahan persawahan di Papua.
”Saat ini Merauke mampu menghasilkan 29.000 ton beras. Berdasarkan potensi luas lahan, produksi beras di Merauke bisa dioptimalkan hingga 80.000 ton. Kondisi itu serupa dengan Manokwari. Jumlahnya dapat ditingkatkan dari 1.200 ton menjadi 10.000 ton beras,” katanya.
Berdasarkan Sensus Pertanian 2013 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, lahan persawahan hanya seluas 437.000 meter persegi dari total lahan pertanian sebesar 3.875.000 meter persegi.
Kepala BPS Papua Didik Koesbianto menuturkan, ada dua kendala yang menghambat perluasan lahan sawah.
”Budaya hak ulayat tanah masih menjadi kendala dalam rencana pembebasan lahan. Selain itu, masyarakat asli Papua juga belum punya budaya menanam padi. Selama ini hanya masyarakat transmigran yang menggeluti usaha pertanian tersebut. Pemda harus mencari solusi atas kedua masalah itu,” tutur Didik.
Kepala Bidang Humas dan Protokoler Pemprov Papua Fransiskus Mote, saat ditemui, menambahkan, pihaknya telah menetapkan dalam rencana jangka pendek, wilayah Merauke akan dikembangkan sebagai sentra produksi beras di Papua. Selain itu, 29 pemerintah daerah di 29 kabupaten wajib mengalokasikan 15 persen dari 80 persen dana otonomi khusus (otsus) yang diterima untuk sektor ekonomi dan pertanian.
”Alokasi 15 persen dana otonomi khusus diprioritaskan untuk bantuan modal dan pelatihan bagi para petani,” tuturnya.
Jember surplus
Di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Perum Bulog Subdivisi Regional Jember menggandeng gabungan kelompok tani (gapoktan) menjadi pemasok beras supaya target sebesar 75.000 ton beras terpenuhi pada 2014. Namun, minat gabungan kelompok tani untuk menjadi pemasok beras ke Perum Bulog masih rendah. Hingga saat ini pasokan ke Bulog masih sekitar 45 ton.
Wakil Kepala Perum Bulog Jember Rahmawati kepada pers di Jember, Selasa, mengatakan, selain bersama gapoktan, Perum Bulog juga memanfaatkan satuan tugas dan penggilingan padi. ”Sebanyak 45 ton beras yang kami terima itu berasal dari empat gapoktan,” katanya.
Padahal, jumlah gapoktan di Kabupaten Jember lebih dari 30 unit. ”Sisanya belum tertarik untuk menjual berasnya ke Perum Bulog,” ujar Rahmawati.
Hingga saat ini stok beras yang tersimpan di gudang Perum Bulog Jember sebanyak 27.332 ton. Jumlah beras yang tersimpan di gudang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi keluarga miskin hingga 11 bulan ke depan. ”Setiap bulan penyaluran beras untuk keluarga miskin rata-rata sebanyak 2.894 ton,” kata Rahmawati.
Selain itu, Perum Bulog Jember oleh Perum Bulog Pusat juga diminta mengirimkan lebih dari 1.000 ton beras ke dua daerah yang ditunjuk, yakni Palangkaraya, Kalimantan Tengah; dan Jayapura, Papua. Penunjukan agar Jember mengirimkan beras ke sejumlah daerah itu karena kualitas beras yang diproduksi bagus dan disukai.
Selain kedua daerah tersebut, kata Rahmawati, Perum Bulog Jember juga pernah memenuhi permintaan untuk sejumlah
daerah, antara lain Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Pertanian Jember Luluk Herman menambahkan, setiap tahun produksi beras daerahnya surplus 253.319 ton. ”Dinas Pertanian Jember pada tahun ini menargetkan produksi gabah kering giling satu juta ton. Akhir Juli sudah mencapai 815.394 ton,” katanya. (FLO/SIR)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/140903kompas/#/24/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar