Kamis, 2 Oktober 2014
Merdeka.com - Badan Urusan Logistik memantau ada kenaikan harga gabah hingga 2,69 persen pada September 2014 lalu. Dampaknya, Jakarta dan beberapa kota lain mengalami inflasi akibat kenaikan harga jual beras.
Kepala Bulog Sutarto Alimoesso menyatakan pihaknya secara proaktif sudah menggelar operasi pasar. Jumlahnya tidak akan dibatasi sampai harga menjadi stabil.
"Sudah 1.000 ton yang kita keluarkan sejak akhir bulan," ujarnya di Jakarta, Kamis (2/10).
Selain Jakarta, kota-kota lain mengalami inflasi adalah daerah bukan produsen pertanian. Sutarto mengatakan, beras yang mengalami kenaikan harga bukanlah medium ke bawah, melainkan beras komersial yang mengarah pada jenis premium.
Lebih jauh lagi, perkembangan harga ini dipengaruhi aksi pedagang yang menahan pasokan untuk mendapat keuntungan lebih. "Kalau ada yang mau main kita keluarkan terus," ancam Sutarto.
Para pedagang dan spekulan ini mulai bergerak September lalu, karena mereka aktif membeli pada musim panen. Bulog sudah memprediksi kalau pedagang ingin ada kenaikan harga mulai awal triwulan IV hingga akhir tahun. I
Merujuk data Badan Pusat Statistik, pada September lalu, harga beras menyumbang inflasi 0,02 persen. Harga gabah di tingkat petani sebesar Rp 4.282 per kilogram, sedangkan di penggilingan mencapai Rp 4.369 per kilogram. Di beberapa daerah bahkan sudah ada yang melebihi Rp 6.000 per kilo. Artinya konsumen akan menikmati harga per kilo jauh lebih tinggi.
"Mungkin harus diantisipasi Bulog, apakah akan menyiapkan operasi pasar. Oktober Bulog jaga-jaga supaya harga beras enggak naik, kata Deputi BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo kemarin.
Sutarto mengamini saran BPS. Stok beras BUMN penyangga pangan itu kini disiagakan untuk operasi pasar sampai akhir tahun. "Kenaikan seperti September saya kira itu sudah harus kita stop."
[noe]
http://www.merdeka.com/uang/spekulan-bikin-harga-beras-naik-bulog-operasi-pasar-1000-ton.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar