Kamis, 23 Oktober 2014
GORONTALO -- Musim kemarau panjang mulai berdampak pada stok pangan di daerah. Lahan pertanian tidak bisa memasok kebutuhan warga karena kekurangan pasokan air. Wakil Gubernur Gorontalo Idris Ibrahim mengatakan, kekeringan yang melanda Provinsi Gorontalo sudah mulai dirasakan masyarakat luas. "Pemerintah harus segera berbuat untuk meminimalisasi dampak kekeringan, karena yang kena dampak adalah rakyat," ujarnya Rabu, (22/10).
Idris menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang kena dampak kekeringan, pemerintah akan segera menyalurkan bantuan beras. Bantuan tersebut berasal dari cadangan stok beras di masing-masing daerah yang terdapat di Bulog. "Kami akan menyalurkan bantuan beras," ujar Idris.
Sejumlah wilayah di Gorontalo yang mengalami kekeringan, seperti Kabupaten Gorut, Kabupaten Pohuwato, Kota Gorontalo, dan Kabupaten Boalemo. Di Kabupaten Boalemo, kekeringan merusak perkebunan jagung seluas 609 hektare dan padi sawah 227 hektare. Di Kota Gorontalo, 72,5 hektare lahan pertanian rusak akibat kurang pasokan air. Di Kabupaten Gorut, 378 hektare kekeringan.
Di Solo, Camat Giritontro Joko Waluyo menginformasikan, bencana kekeringan di Desa Tlogosari dan Ngargoharjo, Kecamatan Giritontro, Kabupaten Wonogiri, telah berlangsung selama enam bulan sejak mulainya musim kemarau. Bencana kekeringan ini mengakibatkan tingkat kesejahteraan warga semakin menurun.
Sekitar 400 hektare sawah petani di Desa Naibonat dan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), juga kekeringan akibat kemarau panjang. "Kami prihatin dengan tanaman sawah yang tengah tumbuh, namun terancam tidak berkembang karena debit air dari Kali Oesao dan sumber air Pukdale mulai turun drastis mencapai sekitar 40 persen," kata Aditya Loloin (50) petani sawah panas di Naibonat, Kupang, Rabu.
Pemerintah melalui Perum Bulog telah menyiapkan 300 ribu ton beras untuk bantuan. Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan, stok beras saat ini masih mencapai dua juta ton. Dari jumlah tersebut, 300 ribu tonnya milik pemerintah sebagai cadangan untuk bantuan bila terjadi bencana alam, termasuk kekeringan. Sisanya, yakni 1,7 juta merupakan milik Perum Bulog.
"Yang 300 ribu ton itu telah disalurkan sebagian," ujarnya, kepada Republika, Rabu (22/10). Besaran bantuan bervariasi. Akan tetapi, pemerintah membatasi hanya mencapai 100 ton. n antara/c91/ita nina winarsih/ edy setiyoko ed: teguh firmansyah
http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/10/23/ndvska22-sejumlah-daerah-mulai-khawatirkan-rawan-pangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar