Jumat, 3 Oktober 2014
Ketahanan Pangan Tak Hanya Soal Produksi
JAKARTA, KOMPAS — Ketahanan pangan di Indonesia mesti dilihat secara menyeluruh tidak hanya soal jumlah produksi pangan. Ke depan, peningkatan jumlah produksi pertanian membutuhkan terobosan baru seperti penerapan teknologi, gaya hidup dan selera, serta regulasi.
”Pendekatan untuk memahami masalah ketahanan pangan ke depan tidak cukup hanya dipandang dari sisi kuantitas atau jumlah. Harus juga dimasukkan variabel kualitas, gaya hidup, dan selera masyarakat,” kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi dalam diskusi yang diselenggarakan Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi), Kamis (2/10), di Jakarta. Bayu juga sebagai Ketua Umum Perhepi.
Bayu memandang kualitas, gaya hidup, dan selera menjadi sangat menentukan karena naiknya tingkat kesejahteraan masyarakat kelas menengah Indonesia. Dia memberi contoh, salah satu penyebab inflasi bukanlah naiknya harga beras kualitas medium ke bawah yang dijaga stoknya oleh Perum Bulog, melainkan beras kualitas premium yang konsumsinya masih terbatas.
Hal lain yang mesti diperhitungkan adalah alih fungsi lahan pertanian, sementara penambahannya tidak seberapa. Apalagi, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah dari 179 juta jiwa tahun 1990 hingga mencapai 250 juta jiwa tahun 2013. Produksi padi tahun 2012 sebesar 68,96 juta ton dengan rata-rata kenaikan 1,75 juta ton per tahun sejak tahun 2002.
Penerapan teknologi
”Pembangunan pertanian juga tidak mungkin tanpa ekspansi atau perluasan lahan yang dibarengi dengan penerapan teknologi. Kalau tidak, akan susah menambah jumlah produksi,” kata Bayu. Dari target pemanfaatan 2 juta hektar lahan telantar di seluruh Indonesia, hanya sekitar 600 hektar yang cocok dimanfaatkan untuk persawahan. Area pertanian tahun 2013 seluas 13,47 juta hektar.
Kepala Perum Bulog Sutarto Alimoeso dalam diskusi mengatakan, tahun ini Bulog mengimpor beras jenis premium dan medium 425.000 ton. Dari jumlah itu, yang sudah masuk Indonesia 50.000 ton, sedangkan 75.000 ton dalam perjalanan dari Vietnam dan Thailand.
Sementara itu, Menteri Pertanian Suswono dalam acara sosialisasi inovasi di Karawaci, Tangerang, Kamis, mengatakan, pemerintah mulai mengimplementasikan teknologi informasi terkait pemetaan fase pertumbuhan tanaman padi secara modern berbasis citra satelit. Dengan demikian, produksi pangan jauh lebih efisien.
Menurut Suswono, kebutuhan sarana produksi pertanian disesuaikan dengan kondisi terkini tanaman dan yang penting produktivitas dan produksi pangan meningkat. Dengan teknologi informasi pemetaan tanaman dalam fase pertumbuhan (standing crop) berbasis citra satelit, memungkinkan dilakukan pemantauan fase pertumbuhan tanaman padi setiap saat.
Sosialisasi inovasi dilakukan antara lain kepada seluruh jajaran kepala dinas pertanian/terkait tingkat provinsi dan balai penelitian tanaman pangan di seluruh Indonesia. (MAS/A12)
http://epaper1.kompas.com/kompas/books/141003kompas/#/22/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar