Selasa, 07 Oktober 2014

Hemat Beras

Senin, 6 Oktober 2014

Dalam perbincangannya dengan MedanBisnis, Kepala BKP Sumut Suyono yang didampingi Kabid Konsumsi Mutu dan Keamanan Pangan Eric Aruan dan Kasubbid Konsumsi Ernita Sabri, mengatakan, dengan beralihnya konsumsi nasi ke sumber karbohidrat lain, bukan berarti ingin mengulang sejarah lama.
Yang katanya kalau makan jagung atau ubi seperti kembali ke zaman penjajahan dulu. "Itu tidak benar. Diversifikasi yang dilakukan ini hanya untuk mengurangi ketergantungan kita dengan nasi dan yang paling penting adalah mencegah serangan diabetes mellitus atau penyakit gula dalam diri kita," kata dia.

Bayangkan saja kata Suyono, jika dalam setahun konsumsi nasi rakyat Indonesia mencapai 139 kg per kapita, itu berarti sehari konsumsinya berkisar 380,82 gram.
"Nah, kalau di dalam seminggu kita tidak mengonsumsi nasi sehari saja, maka kita bisa menghemat beras sekitar 19.802,64 gram atau sekitar 19,902 kg per kapita per tahun. Dengan asumsi, 380,82 gram dikali 52 minggu dalam setahun," jelasnya.

Kalau angka itu dikalikan dengan jumlah masyarakat Sumatera Utara sebanyak 13.326.307 jiwa (angka penduduk tetap tahun 2013), berarti kita bisa menghemat beras sebanyak 263.896.060 kg atau 263.896,060 ton per tahun.

"Angka yang luar biasakan kalau diversifikasi pangan ini berjalan sebagaimana yang diharapkan. Kita bisa swasembada beras dan menjaga kedaulatan pangan kita," kata Suyono.

Sayangnya, kata dia, program diversifikasi itu belum dapat diterapkan masyarakat secara keseluruhan. "Mengubah kebiasaan masyarakat dari mengonsumsi beras menjadi non beras itu sulit karena budaya kuliner. Kita suka makan," jelasnya.

Begitupun, kata dia, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) melalui BKP Sumut tidak akan tinggal diam.

"Kami akan terus mensosialisasikan one day no rice dan diversifikasi pangan ini ke masyarakat luas terlebih pada peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-34 nanti yang akan dilaksanakan tanggal 14 Oktober 2014 tingkat Sumatera Utara." ujarnya.

Apalagi, kata dia, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Gatot Pujonugroho, telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 501/87/26 tahun 2011 tentang Program Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya dan Budaya Lokal.

Hal ini juga merujuk pada Direktif Presiden RI pada Konferensi Dewan Ketahanan Pangan tahun 2010 yang salah satunya adalah penurunan konsumsi beras 1,5% per tahun serta dalam rangka implementasi Perpres No 22 tahun 2009, tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Seperti umbi-umbian, buah-buahan dan sayur-sayuran serta jenis pangan lainnya.

"Konsumsi umbi-umbian, buah-buahan dan sayur-sayuran serta jenis pangan lainnya merupakan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman (3B)," jelasnya.

Lewat surat edaran Gubsu itu juga kata Suyono, peran serta masyarakat sangat diharapkan untuk membiasakan mengonsumsi ubi-ubian, buah-buahan, sayur-sayuran dan sumber pangan lainnya berbasis sumber daya lokal menuju budaya pola makan 3B.

Dengan menerapkan budaya pola makan lokal seperti manggadong, yaitu pola makan karakteristik daerah Tapanuli yang mendahulukan makan ubi seperti seperti ubi jalar, ubi kayu dan keladi secukupnya sebelum makan nasi, konsumsi nasi akan berkurang.

Karena itu, para pengelola café, rumah makan dan pengusaha catering diharapkan agar menerapkan modernisasi pola makan manggadong tersebut atau menyediakan ubi-ubian sebagai kudapan.

"Begitu juga dengan Bupati dan Walikota se Sumatera Utara juga lewat surat edaran Gubsu tadi memerintahkan agar pemilik hotel, restoran, café, rumah makan dan pengusaha catering agar menerapkan pola makan modernisasi manggadong atau kearifan lokal lainnya," kata Suyono. (junita sianturi)

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/10/06/121641/hemat-beras/#.VDM24Wd_vyQ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar