SMN – Terjadinya lonjakan harga komoditi bahan pokok seperti cabai dan bawang merah direspon serius oleh Kementerian Pertanian (Kemtan). Bahkan Kemtan mengusulkan pembentukan badan penyangga oleh perusahaan badan usaha milik negara, yakni Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) yang dinilai memiliki pengalaman dan siap dalam menangani komoditas strategis.
“Ada komoditas strategis seperti cabai rawit, cabai keriting, dan bawang merah saat saat kekurangan pasokan maka akan melonjak harganya. Ini perlu penanganan yang sistematis dan strategis seperti beras,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Kemtan, Spudnik Sujono melalui siaran pers, Senin (7/11).
Badan penyangga tersebut, kata dia, bisa diberi penugasan oleh pemerintah untuk membeli cabai dan bawang merah saat musim panen. Selanjutnya bisa menyimpan di gudang yang dimiliki serta kemudian dijual saat harga mulai tinggi.
Menurutnya, Badan penyangga ini dinilai sangat mendesak untuk bisa dibentuk dalam waktu dekat, agar masalah lonjakan harga cabai dan bawang merah tak terus-menerus terjadi setiap tahunnya, terutama pada Oktober, November, dan Desember.
“Setiap tahun, Kemtan selalu menjadi pemadam kebakaran yaitu saat terjadi lonjakan harga dan stok dipasaran berkurang maka dilakukan operasi pasar. Cara seperti itu tidak akan efektif mengingat hanya bersifat sementara saja” jelasnya.
Ia menjelaskan, pola yang seperti dilakukan Bulog dalam menangani beras seperti saat ini sudah sangat tepat. Hal itu terbukti dengan harga beras yang jarang terjadi lonjakan dan stok selalu tersedia.
“Harga cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah yang menembus hingga Rp 60 ribu per kilogram sangatlah tidak wajar mengingat sebenarnya produksi dan stok di petani tersedia dan tidak terjadi gagal panen,” ungkapnya.
Manajemen pola tanam yang selama ini dilakukan petani sesuai usulan Kemtan, yaitu dengan tidak menanam cabai dan bawang secara sporadis tapi bergantian, juga sudah dilakukan petani. “Memang musim hujan yang berkepanjangan saat ini cukup mempengaruhi stok komoditas itu, disamping kurang lancarnya distribusi akibat cuaca yang tidak baik,” ujarnya. (afr/kom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar